webnovel

S2-54 BEXTIAR FAMILY 3

__________

"Not someone trying to leave...."

[ANGELIC DEVIL: The Crown]

Walau memang agak telat, pukul 9 keluarga Bextiar tetap menjamu Mile dengan makan malam bersama. Bagaimana pun ini tetap momen khusus, sementara Mile baru dikabari orangtuanya pukul 10.

"Kami akan menyusul besok pagi saja, Sayang," kata Nathanee lewat telepon. Suaranya kedengaran agak serak. Karena sepertinya dia baru menangis lagi. Oh, rasa sayangnya ke Apo memang terlampau besar, maka tidak heran menghadiri resepsi kedua Mile jadi sangat berat. Namun, bagaimana lagi jika puteranya sudah memutuskan. "Pa-mu juga kelihatan lelah. Tapi kami sekarang dekat hotel kok. Kau tidak perlu khawatir lagi karena semuanya baik-baik saja."

"Iya, Mae. Hati-hati," kata Mile sebelum mmenutup sambungan. Alpha itu kemudian menoleh kepada Nazha, tapi yang bersangkutan tampak sibuk sendiri. Dia menelpon seorang desainer dari butik miliknya di Konya, tapi makin gelisah saja.

Nazha juga mengecek kissmark di lehernya berkali-kali. Wanita itu duduk di meja wardrobe sambil membubuhkan vaseline, sepertinya khawatir tanda itu terlihat di hari jadi. "Ah, perih ...." katanya, tapi tidak protes kepada Mile mau bagaimana pun cara lelaki itu menyentuh dia.

Oh, jadi begitu rupanya, pikir Mile. Tadi Nazha mungkin ingin ganti gaun karena tempat kissmark-nya terlalu vulgar. Apalagi besok lusa mungkin belum hilang. Mile pun tergerak mendekat di belakangnya. Lalu mereka bertatapan di cermin datar.

"Setelah mendapatkannya, kau tidak takut kupukul seperti istriku?" tanya Mile tiba-tiba. Mata Alpha itu tidak melepaskan Nazha sedetik pun, begitu pun Nazha padanya.

"Oh, ya? Kau takkan pernah melakukan itu padaku," kata Nazha tanpa keraguan. "Lagipula kau Alpha di depan Omega. Tapi bagiku, kau hanyalah lelaki biasa, Mile. Dan aku bukan jenis yang bisa kau pengaruhi sampai kapan pun, maaf saja." Dia lantas berlalu meninggalkan Mile Phakphum. Membiarkan Alpha itu berpikir sendiri. Karena Nazha benci berurusan padanya jika sudah membicarakan hal tajam.

Mile pun menghela napas panjang. Jujur perasaannya datar setiap Nazha berbaring sebelahnya, mau menghadap atau memunggungi sekali pun. Dia menatap wanita itu seperti kawan, tapi berguna jika kemelut nafsu tak bisa dibendung lagi. Setidaknya Nazha tahu mereka tidak terikat secara batin, maka dia pun diam saat Mile memilihkan kalung pada keesokan pagi.

"Yang ini bagus untukmu," kata Mile sambil memasangkan kalung emas putih ke wanita Beta tersebut. Dia berdiri di belakang Nazha saat proses fitting gaun, tak peduli tawa gemas Mianmian di belakang sana.

"Wah! Kalian serasi sekali! Sumpah ya! Kenapa tidak begini sedari dulu?" kata Mianmian selaku pengelola butik tersebut. Desainer di sebelahnya juga mengangguk setuju, dan dia mungkin si bawahan yang ditelpon Nazha kemarin.

Nazha pun meraba lehernya yang agak merah. "Tapi, Mile. Ini agak--"

"Kau bilang hubungan ini mutualisme," sela Mile yang tetap getol melanjutkan kegiatannya. Dia membuat kalung itu tampak indah di leher sang calon istri, tapi tanda kepemilikan juga terpampang jelas di sana. "Karena itu diam sajalah. Aku juga tidak bermaksud pergi."

Nazha pun meraba lehernya perlahan. Wanita itu menatap potret mereka yang tampak sempurna. Andai tidak ada bayangan masalah dan lain-lain.

"Ha ha, begitu?" kata Nazha. "Tapi aku juga tidak peduli kalau suatu saat kau berubah menjadi parasit."

"...."

Kali ini Nazha berbalik untuk membenahi dasi Mile Phakphum. Matanya menyorot Mile dengan kerlipan cantik, tapi hati tetap tajam meski bibir menampilkan lengkungan manis. "Toh Alan takkan selamanya kecil," katanya yakin. "Karena itu akan kuajari dia untuk terus-menerus. Perlahan pun rasanya tidak masalah, asal dia bisa menerima kematian Hanyi suatu hari."

DEG

Mile pun gentar untuk sejenak. "Kau ...."

"Aku berdiri di sini bukan tanpa alasan, Mile. Dan kau pun alat, kalau kau memandangku begitu," kata Nazha. "Jadi sekarang kita tetap satu banding satu, kecuali kau memutuskan suatu hal pasti di masa depan--"

BRUGH!

Nazha pun terbelalak karena mendadak dicium. Dia tidak fokus ke Mile melainkan Mianmian di seberang sana. Lalu ke Nathanee yang baru menyusul masuk.

"Mile ...."

Mungkin calon mertuanya syok saat melihat mereka berdua, tapi biarkanlah ini berjalan saja. Nazha juga langsung melipir setelah bibirnya dilepas. Lalu senyum sopan ke Nathanee, sebelum berganti gaun yang lain. "Halo, Oma," katanya.

Pulang dari fitting, cek gedung dan RSVP, Nazha pun menjemput Alan di tempat les SEMPOA. Bocah tujuh tahun itu sudah bisa berhitung cepat hingga ratusan, tampak bosan, tapi langsung menjerit karena melihat orangtuanya.

DEG

"MAMA! DADDYYY!" jerit Alan dengan wajah cerahnya. Dia refleks melemparkan alat hitung khusus tersebut. Minta peluk, dan tertawa karena diberi hadiah kerja kerasnya yang paling anyar.

"Apa? Celiyus, Mama?" tanya Alan. Mile sendiri tak tahu projek sang calon istri. Tahu-tahu dia diajak menemani ke sebuah disneyland baru. Namanya adalah "ALAN'S WORLD". Tempatnya ada di Antalya dan dekat pantai. Sangat strategis dengan gerbang masuk berbentuk wajah Alan yang sedang senyum. " WOAAAAAH! TULUN! AKU MAU KE CANA!" katanya sambil menunjuk-nunjuk.

Bocah itu pun berlari setelah lepas dari gendongan. Dia disapa lelaki yang memegang tali puluhan balon. Tulisannya "ALAN'S World" juga, begitu pun baju badut-badut lucu yang berada di lorong masuk.

Tempat itu benar-benar menginterpretasikan Alan dan kesehariannya. Mulai dari permainan dan wahana yang disediakan. Makanan, style baju, kue-kue, parfum, dan boneka anak kucing miliknya. Semua hanya tentang Alan seorang.

Alan punya stand robot dan toko mainannya sendiri. Rumah bola serta kolam dengan seluncuran yang diukir dengan namanya. Lalu minum dari gelas milky yang didesain selucu dirinya.

"WOHOHOHOHOHO! MAMA! Tencuuuu!" teriak Alan sambil melambai-lambai di seberang sana. Dia pun main pistol air untuk mengenai target berbentuk mukanya sendiri. Dan begitu puas bisa lari lagi ke mesin capit boneka yang isinya mirip dengan perawakannya. "HA HA HA HA HA! WOAAAAAAAAAAAAH!! HUHU! HA HA HA HA HA!" tawanya pun terdengar lepas sekali.

Mile saja sampai terlupakan oleh si bocah, sangking senangnya dia dengan kejutan tersebut. Tentu ada banyak bodyguard ikut mengekori dari belakang. Beberapa juga dekat untuk berwaspada kalau Alan nyaris terseok saat berlari. Dan mereka terlihat ribut sekali. "Ngomong-ngomong, kau memberinya hadiah atas pencapaian apa?" tanyanya penuh rasa penasaran.

"Alan?" tanya Nazha yang masih fokus melambai kepada puteranya di seberang sana. "Ha ha ha, it's great. Dia sudah menguasai 32 OP piano sejauh ini," katanya. "Mulai Beethoven, Mozart, Chopin, dan Michelaangeli. Berikutnya tinggal meneruskan saja ke kelas biola kalau pun mau."

DEG

Mile tidak tahu bocah 7 tahun sudah dibebani hal seberat ini. Keluarga Romsaithong saja tidak pernah sampai dibegitukan. Setidaknya hingga mereka lulus junior dan sanggup berpikir aktif.

"Kau tak merasa ini sangat berlebihan, Nazha?" tanya Mile. Padahal dia sudah berusaha tidak peduli. "Maksudku, Alan--"

"Tidak, Mile. Karena aku akan berhenti kalau dia tak mau," sela Nazha tegas, lengkap senyuman dewi pas wajahnya. "Tapi, meski kehadiran Alan memang seperti tersalah. Aku takkan pernah membiarkannya tumbuh seperti itu."