webnovel

S2-118 THE FROZEN HEART

"The frozen heart ...."

[ANGELIC DEVIL: The Crown]

***

[Aku ingat kau pernah bilang Amaara takkan pernah tersentuh oleh polisi. Apa itu benar? Karena hari ini dia meninggalkanku di pom bensin setelah membunuh ibu Mew Suppasit]

___ Mile

DEG

"Apa?"

Baru saja sampai rumah, Paing sudah dikejutkan oleh isi pesan Mile Phakpum. Dia pun sigap mengantungi ponsel. Tersenyum ke Apo. Lalu menggandeng sang Omega masuk ke dalam.

"Ahh, Phi. Aku capek ...." keluh Apo yang sudah malas berjalan. Omega itu memeluk perut dengan lengan kanan. Tampak mengantuk, tapi dia segar setelah di-spa berjam-jam malam kemarin. Paing pun menyarankan Apo tidur (walau masih pagi) dan sang mate melipir masuk ke kamar.

"Hm, take ur time. Nanti Phi suruh pelayan bawakan kue castella-nya kemari," kata Paing sambil menyelimuti Apo. "Jadi bangun bisa langsung dimakan, oke? Sekarang tidur saja yang nyenyak."

"Umn."

"Good."

Cup. Paing pun keluar setelah mengecup kening Apo Nattawin. Dan dia menelpon Mile sambil mondar-mandir di balkon. "Halo, ini aku. Jadi posisimu sekarang di mana? Masih di jalan dan motormu dibawa?"

Suara Mile menyahut dari seberang sana. "Hell, yeah. Begitulah. Tapi motor bukanlah masalah. Aku tiduran di taksi sekarang. Sedang dalam perjalanan pulang," katanya. "Hanya saja, posisiku kan tahanan rumah, Takhon. Aku terikat hukum. Dan jangan sampai kulanggar peraturan berkali-kali karena masalah yang masih bisa ditangani orang lain."

Paing pun mengangguk pelan. "Oke, aku paham," katanya. "Jadi intinya kau butuh orang untuk mengejar. Dan akan kukirimkan orang untuk melakukan itu. Tapi ada kira-kira dia mau kemana? Amaara tidak boleh terlalu jauh hingga waktu penyerangan tiba. Tapi bungkam saja kalau ada polisi mencari."

"Sssh, ck. Tentu saja aku paham soal itu, Brengsek. Masalahnya nomor Amaara sekarang sudah berganti (atau aku saja yang diblokir). Dan ada mayat di rumah tersebut," kata Mile. "So, bayangkan saja. Cepat atau lambat tetangga pasti ada yang melaporkan, akunya kena--itu pun jika ada yang ingat mukaku--tapi sumpah aku tidak sampai ikut campur kalau soal ini ...."

Bola mata Paing meredup perlahan. "Ho, jadi kau tak tahu dia membunuh saat ada bersamanya?" katanya mendadak sarkastik. "Ok, fine. Sekarang cerita macam apa yang bisa membuatku mempercayaimu."

Mile pun mendecih untuk kesekian kalinya. Sangat kesal, tapi akhirnya mau buka mulut juga. "Alright, jadi ...."

***

Kawasan Wat Rong Khun, Sansan, Chiang Rai, Thailand. Pukul 09:02

____________________________________

Perjalanan dari hotel hingga tujuan ternyata menghabiskan waktu 3 jam. Mile tidak menyangka kawasan Sansan sangat-sangat rumit. Karena jalannya melingkar dan berbelit-belit. Sialnya Thailand sudah seperti negara kedua baginya. Karena Mile lebih hapal jalanan Australia setelah tinggal lama tinggal di sana. Mereka sempat tersasar karena Amaara dua kali lupa jalan. Berputar-putar seperti anak hilang. Makin gencar berdebat karena Mile dan Amaara saling menyalahkan. "Ya mana aku ingat kalau daerahnya sudah begini!" bentaknya. "Masih bagus bisa kutunjukkan jalan cukup jauh! Rumah Nadech memang pindah sejak dia kuliah! Aku juga cuma sekali ke sana. HARUSNYA KAU MEMUJI INGATAN BAGUSKU, TOLOL!"

PLAKKKKHHH!

Meski dipukul, Mile mengakui Amaara cerdas. Omega itu memang dibawa Nadech pulang usai dijemput dari Oslo. Menginap seminggu untuk dirawat. Barulah diantar ke sebuah villa tempat dia diawasi selama rehabilitasi. Di sanalah Amaara menjalani persiapan sebelum dia kejar paket. Dibina untuk mengendalikan emosi (Mile tak bisa membayangkan seperti apa Amaara yang waktu itu) yang pasti versinya sekarang sudah lumayan.

Sayang, ketika mereka tiba "orangtua" Nadech malah tak ada di rumah. Kata tetangga sedang bepergian, bahkan Amaara kecewa karena perkiraannya soal Mew salah. "Terus kalau tidak disembunyikan di sini, kemana?!" katanya dengan ekspresi murka. "Segitunya ya sampai aku tak boleh bertemu lagi? Keparat kau Nadech! Aku akan membunuhmu!" Sambil mengomel, dia pun berjalan memutari kebun sampai ke pintu belakang. Dia membuat Mile tertegun karena memanjat tiang tak peduli celana dalamnya kelihatan dari bawah.

"Hei--"

Brugh!

"Diam kau! Aku ini sedang mengambil kunci serep!" kata Amaara setelah melompat seperti bajing. Dia menepuki rok dari debu yang menempel. Lalu berjalan untuk membuka pintu kayu yang berdesain klasik. Cklek! Terbuka. Mile heran kenapa ada orang menaruh serep di bawah pot tanaman. Karena seumur-umur di Australia tak pernah begitu.

"Ok? Now what?" kata Mile yang mengikuti dari belakang. Dia tolah-toleh untuk memastikan tetangga tidak me-notice. Tapi beberapa tetap melirik juga. "Hei, Amaara. Kau sadar kan kita sedang memboboli rumah orang?"

"Ya?" kata Amaara. "Tapi semuanya pernah melihatku tinggal di sini, kan? Tolol kalau mereka mempermasalahkan ...."

Cklek! Cklek! Cklek

Amaara justru masuk begitu saja. Sementara Mile belum berani mengikutinya. Dia sedang menilik-nilik sekitar. Mengecek rumah anjing yang ternyata tak ada isinya. Bahkan wadah makannya pun dikerubuti lalat besar-besar. Hmm ... Seolah bangunan ini sudah ditinggalkan lama. Memprihatinkan, dan masuk-masuk, Amaara malah meracik kopi instan terlebih dahulu.

"Hei, jangan main-main di sini. Kita tidak punya banyak waktu untuk mencari bukti."

"Kau takut?" Amaara mengaduk kopinya santai.

"Ck, bukan begitu. Tapi tujuan kita kemari apa," kata Mile. "Aku tidak mengantarmu jauh-jauh hanya untuk membuat kopi di dapur orang--"

"Buatmu."

Amaara menyodorkan cangkir tersebut. Menyeringai. Lalu berbalik untuk membuat yang baru lagi.

"Hei--"

"C'mon, keep it easy, Phakpum. Kita pakai otak saja sambil beristirahat ...." kata Amaara sambil menyesap kopinya sendiri. Omega itu memunggungi Mile. Melirik sekitar. Lalu meletakkan cangkir ketika isinya habis setengah. Dia memeriksa beberapa tempat dengan selidik. Pintu-pintu. Gudang. Bahkan jalur rahasia di bawah meja sekali pun (Amaara menutupnya lagi saat yakin tidak ada orang).

Mile pun mengalihkan pandangan darinya, lalu gagal fokus pada foto berukuran kecil. "Tunggu, lihat. Yang satu ini foto Mew ikut dipajang," katanya sambil menunjuk meja TV.

"Ya, sudah tahu. Makanya pas menginap dulu pikiranku sangat-sangat normal. Toh Mew dan Nadech memang sepupuan," kata Amaara sambil membuka isi sebuah laci. Dia memeriksa buku di dalamnya. Membuka cepat, lalu mengembalikannya ke tempat semula. "Tapi seperti yang sudah kau bilang ... sekarang masuk akal kenapa semua terjadi. Karena yang kutahu "orangtua" Nadech men-treatment Mew berlebihan."

Keduanya pun berpandangan dengan tangan yang menyilang. Lalu Mile menghela napas. "Apapun itu, bisa kita persingkat saja? Memang kau mencari apa sejak tadi." Dia berbalik dan ikutan membuka pintu buffet. "Biar kubantu menemukannya."

"Oke."

"Itu untuk bukti atau semacamnya?"

"Ya." Amaara naik ke tangga kayu. "Aku akan ke atas untuk surat penting keluarga. Akta lahir, surat tanah, dan semacamnya. Kau bagian foto, catatan penjualan obat, atau apapun yang bisa dipakai."

"Alright."

"Setahuku pajangan rumah ini dulu lebih banyak lagi."

Mile pun melanjutkan misi Amaara di lantai satu. Dia membongkar-bongkar perabotan mana saja yang berpotensi menyembunyikan sesuatu. Tapi memang ... Mile merasa tak banyak yang bisa diharapkan kalau status tempat ini sudah "rumah pindah." Dia hanya bersisipan dengan Nadech saat akan rehabilitasi. Menemui pskiater di RS. Tapi di parkiran ada Mew yang duduk dalam mobil Nadech. Lelaki itu dikecup meskipun uring-uringan. Mereka berdebat. Tapi Mile dulu tak sepeduli itu soal hubungan mereka.

Dia hanya membatin, "Oh, si bangsat itu sudah bangun rupanya, " Tapi tidak kepikiran aneh-aneh karena hubungan threesome itu biasa (setidaknya menurut dia). Mile pun membuka-buka sebuah buku catatan (benar juga kata Amaara) tapi dia tidak paham tulisannya karena berbahasa Norwegia. "Ini pasti dipakai selama Nadech di Oslo," gumamnya sulit berkedip.

Mile pun mencoba membalik halaman demi halaman. Mencari tahu. Tapi faktanya tidak ada bahasa lain hingga nyari ke belakang---

BRAKKKKHHHHHH!!!

"MINGGIR KAU JALANG KOTOR!"

"ARRRGGGHHHHHHH!! HSSSSH!"

DEG

"Apa? Kenapa?" kaget Mile yang langsung menoleh. Alpha itu pun melempar bukunya ke meja terlebih dahulu. Menyusul naik. Sebab keributan itu parah, dan dari sepertinya sesama wanita. "AMAARA!" panggilnya sepanjang jalan. Dia pun mengikuti sumber suara. Membuka pintu kamar satu per satu. Lalu ke ruangan paling ujung dimana perkelahian terjadi.

BUGH! BUGH! BUGH! BUGH!

"MATI KAU! MATI KAU! MATI KAU!"

"AAAAAAARRRGGGGHHHH!"

Yang mengancam bukanlah Amaara, melainkan lawannya. Mungkin itu adalah serangan mendadak karena mereka tampak saling terkejut. Amaara mencekik. Lawannya memukul. Dan saat Mile mendobrak masuk ke dalamnya, Amaara sudah membanting ibu Mew ke lantai. Merebut sapu-nya. Lalu dipakai menggebuk tubuh pingsan itu hingga darahnya muncrat-muncrat

ke muka.

BRAKHHHH! BUAGGGH! BUAGH! BUAGH! BUAGHHHH!

"KAU YANG MATI! KAU YANG MATI! KAU! KAU! KAU! KAU!"

Amaara pun memukul tanpa henti. Bahkan Mile tidak sempat menghentikanya karena gagang sapu sudah menggebuk leher hingga memar biru dan menjadi mayat.

DEG

"AMAARA! What the fuck--! Kau ini apa-apaan-?!"

BUAGHHHH!

"MINGGIR! JANGAN GANGGU AKU ATAU KAU IKUTAN KUHAJAR JUGA!"

PRAKHHHHHH!

Amaara pun melempar sapu setelah dipakai memukul Mile. Benda itu patah. Tapi rasa ngilunya tidak parah karena kemungkinan benda itu sudah retak sejak dipakai membunuh si wanita. Entah apa yang sudah terjadi. Amaara hanya mendengus sambil melangkahi mayat. Melewati Mile. Lalu mencuci tangan bersimbah darahnya ke wastafel dapur.

"Oh, shit!" maki Mile karena ikut terkena cipratan darah. Dia pun mundur, karena perkelahian semacam ini biasa di Australia (saat ada tawuran anak muda, lebih tepatnya) Tapi dia masih penasaran kenapa wanita itu ada dan rumah sunyi ketika mereka datang.

Srrrrrsshhh!

"Hei, kau ini tidak apa-apa?" tanya Mile yang ikutan mencuci tangan. Amaara pun menoleh dengan sorot mata dingin. Masih emosi, tapi tetap mau menjawabnya.

"Menurutmu?" kata Amaara. "Aku sudah jadi pembunuh sebelum pulang ke Thailand. Jadi jangan macam-macam saja. Aku paling benci pengkhianat tidak tahu diri, tapi aku tidak bisa membela Nadech meskipun dia termasuk korban mereka."

DEG

Ha, aku paham ....

Amaara pun meninggalkan Mile terlebih dahulu. Mengambil berkas-berkas yang dia butuhkan. Lalu berteriak dari ruang tamu. "CEPAT KELUAR! KUTUNGGU!" katanya tanpa basa-basi.

Mile pun mengeluarkan kunci motor untuk pergi. Membonceng sang Omega. Tapi dia tak tahu kapan Amaara mencuri kuncinya dari saku saat akan buang air di SPBU. Kembali-kembali Omega itu sudah tidak ada. Menyetir ugal-ugalan. Semasekali abai saat Mile memanggil namanya. "HEI! HEI! AMAARA! BRENGSEK KAU INI MAU KEMANA?!"

Amaara tetap berlalu meski menyetir dengan rok sependek itu.

BRRRRRRMMMMM!

Dia belok keluar SPBU. Melarikan diri, sementara Mile menendang udara karena dia ditinggalkan. "AH! BEDEBAH!" makinya tidak habis pikir. Mile pun menyetop taksi meski datangnya yang kosong lama. Langsung pulang. Tapi kepikiran dimana ayah Mew setelah menjalani peran palsu "orangtua" Nadech dalam seluruh kehidupannya.

***

Setelah mendengarkan Mile, Paing pun diam sesaat. "Baik, tapi saranku kau harus segera wajib lapor," katanya. "Jangan sampai pengadilan menjeratmu macam-macam lagi. Atau semuanya berantakan karena ada yang harus menggantikan posisimu di Oslo nanti."

"Damn--cih ... tentu saja," sahut Mile dari seberang sana. Paing pun meremas ponsel setelah sambungan terputus. Karena Omega seliar Amaara tidak pernah tahu apa yang akan dia lakukan.

"Lihat saja kau pasti kuseret gabung kembali. Atau takkan kuampuni kalau bertindak di luar rencana ini ...."