BAB 3
"Sejak kau pergi, ada banyak hal yang tidak bisa kuceritakan padamu, meski ingin."
[Apo Nattawin Wattanagitipat]
MILE tidak pernah membayangkan kepulangannya dari Australia akan membawa banyak kejutan bagi keluarga. Sebab sebelum menjenguk Pomchay, dia sudah menggendong tubuh Porche yang terbalut selimut masuk rumah.
Sopir yang menjemput Mile saja syok karena sang tuan sempat memerintahnya masuk landasan langsung dengan mobil. Semua demi menjaga harga diri Porche. Dan Mile tidak tahu ada mobil lain yang menjemput Porche setelah itu.
Bawahan Apo jelas bingung mencari sang tuan!
"Mile, Sayang?" tanya Nathanee yang baru pulang dari kantor. Wanita itu pun ikut mengawal Mile yang buru-buru membawa Porche berbaring di kamarnya. "Siapa itu? Ada apa sebenarnya?"
Mile pun langsung bernapas lega setelah mengunci pintu. "Apo, Mae. Aku memberinya mark tanpa sengaja. Apa Mae masih ingat soal dia?"
DDE
"Apa? Serius?" Nathanee pun langsung melihat Apo dari dekat. Wanita itu jelas mengenali wajah sang CEO karena Apo merupakan putera dari rekan kerjanya di masa lalu. Hanya saja, setahu Nathanee lelaki itu adalah Alpha. Kenapa bisa mendapat marking dari puteranya?
"Nanti kujelaskan. Yang pasti tadinya hanya untuk menyelamatkan dia," kata Mile. "Tapi cepat atau lambat mungkin akan hamil anakku."
Nathanee syok, lalu duduk di sebelah Apo yang tertidur lelap. Memang begitu jika Omega baru saja di-knot oleh seorang Alpha. Mereka tidak akan bisa meng-handle rasa sakitnya hingga pingsan berhari-hari. Kalau staminanya terlalu rendah, bahkan ada yang tidur hingga dua minggu lebih. Yang pasti, Apo harus istirahat total hingga dia bangun sendiri.
"Tapi aku masih penasaran. Kenapa aku bisa kelepasan? Aku harus tanyakan ini pada seorang dokter."
Nathanee pun memandang Mile khawatir. "Ya, tentu saja. Kalau dia bangun, kalian harus cepat periksa. Kasihan. Dia itu orang penting. Kalau hamil di luar rencana pasti pekerjaannya berantakan."
"Aku akan datangi keluarganya nanti," kata Mile. "Apa dia punya saudara? Mungkin ada yang bisa menggantikan tugasnya dulu selama masih di sini."
"Mereka mungkin akan memukulmu," kata Nathanee. "Apalagi Mae sempat bertengkar dengan ayahnya. Kita sudah tidak bekerja sama lagi sejak lama. Ada salah paham, tapi sudah tak tertolong. Dan ini buruk sekali."
Setelah membicarakan ini itu lebih jauh dengan sang ibu, rasanya Mile lebih paham kenapa Apo tidak pernah membuka blokirnya. Pasti masalah keluarga pun membuat Apo tidak bisa mendekat pada Mile lagi. Walaupun lelaki ini jatuh hati padanya.
"Ahh ... sial," maki Mile sambil menaikkan selimut Apo sebatas dada. Jujur, dia masih tidak paham sisi menarik mana yang Apo lihat dari dirinya yang gendut. Sebab Apo menghina tapi suka. Mile jadi ingin bicara lebih jauh dengannya secepat mungkin.
Kalau ditanya suka, Mile tidak pernah memandang Apo dari segi romantisme. Sebab aura Apo sejak dulu adalah Alpha.
Sudah menjadi kebiasaan untuk Mile memandang Apo sebagai rekan atau rival, tapi kalau dari sisi keindahan ... Mile akui bahwa Apo masuk kriteria tipe-nya.
Tipe untuk dipotret dalam majalah, maksud Mile.
Ckrek! Ckrek!
[Day 1: Apo's Pregnancy (?)]
(*) Disusun kayak gini fotonya 😍
Mile memotret Apo setiap hari sebelum dia mengurus semua kekacauan yang terjadi. Di perusahaan. Ke keluarga Apo yang tentunya langsung marah-marah ... dan masih banyak lagi. Yang pasti, kegiatan itu membuat Mile cukup refresh. Sebab dia bisa menyalurkan hasrat terbiasa memegang kamera. Walau Apo kaget ketika hari ke-8 bangun dan melihat jejeran foto-nya.
Lelaki Omega itu duduk termenung di depan dinding hias dengan tanpa celana panjang (mungkin baru saja dari kamar mandi, yang pasti hanya memakai kemeja acak-acakan dan pants putih).
Oh, Apo pasti belum benar-benar sadar kalau tidak sedang di rumah sendiri. Lalu melihat-lihat foto yang terpanjang familiar di sekitar.
"Kau bangun?"
DEG
PRAKH!
Mendengar suara Mile, Apo pun menjatuhkan foto mereka berdua ketika kecil. Ekspresinya seperti baru dipergoki mencuri, tapi pikirannya langsung terdistraksi Mile yang berdarah di bagian lengan serta pipi kirinya memar.
"Siapa--"
"Masih tidak mengenaliku juga?" Mile mengusap pipinya dengan punggung tangan. "Tiga hari lalu kena gampar ibumu, dan tadi kena tinju ayahmu. Mereka benar-benar pasangan serasi."
Apo pun tertegun karena otaknya masih mencoba mencerna. Sementara Mile mengambil kotak P3K dari laci dengan santainya, lalu mengobati diri sendiri. "Kau ...." Bola matanya bergulir ke figura kecil yang sudah pecah di lantai. ".... Mile?" tanyanya coba memastikan.
"Hm, baguslah kalau kau sadar," kata Mile. Dia merobek kain kasa dengan cepat, lalu memutari lengannya dengan benda itu hingga seperti mumi sebelah. "Aku Mile. Beberapa hari lalu pulang ke sini. Apa kau tak dengar kabar Phi Pomchay kecelakaan? Aku sebenarnya benci meninggalkan fotografi."
Apo pun memperhatikan beberapa foto lain yang Mile pajang di sebelah foto-fotonya. Di sana ada Mile dan kucing, Mile yang telanjang dada di balkon, Mile sedang makan di kafe, dan masih banyak lagi. Intinya, Mile sudah bukan sosok gendut yang diingatnya dari masa lalu.
"Bagaimana--"
"Kau ingat sudah berapa tahun aku menetap di Aussie?" sela Mile. "Dari jaman Bibi hidup sampai aku tinggal sendiri. Memangnya kau pikir semua akan tetap sama?"
Apo baru membuang muka setelah itu. "Oh ...." Telinganya memerah meski Mile tidak macam-macam, dan sang Alpha pun segera mendatangi partner mate-nya.
"Biar kuperiksa perutmu dulu," kata Mile. Apo pun diam saat dia direngkuh dari belakang, dan refleks meremas tangannya saat menyentuh bagian yang masih rata. "Kudengar kalau memang hamil, kau akan mulai tantrum di Minggu pertama. Sekarang bilang apa yang kau rasakan--"
"Aku tidak tahu, aku benar-benar bingung," kata Apo cepat. "Kau Mile. Di mimpi Mile. Di foto Mile. Semua Mile. Otakku isinya penuh."
DEG
"Oh, kau memimpikanku?" tanya Mile dengan dengusan bangga. "Memang apa isinya?"
"Kau jelek."
Aura Mile langsung menggelap. "Yang lain?"
Apo menoleh padanya kali ini. "Kau sebenarnya mengapakanku?" tanyanya. "Aku tidak bisa pikirkan yang lain. Dan aku bahkan bingung kenapa mendadak heat di tempat seramai itu. Itu bukan siklusku, sumpah. Aku yakin aku baik-baik saja saat akan berangkat pulang. Tapi kau--aku mencium aromamu tiba-tiba. Aku tidak pernah begitu sebelumya. Dan brengsek sekali omonganmu--kau pikir, aku orang yang seceroboh itu apa?"
DEG
"Tunggu dulu, jadi ini salahku?"
"Ya, memangnya siapa lagi? Ini salahmu! Kau!" kata Apo marah. "Padahal aku sudah menghitung semuanya dengan rapi. Aku tidak pernah salah selama ini. Dan aku, Nattawin Wattanagitipat--tidak mungkin membiarkan harga diriku jatuh di depan siapa pun hanya karena lupa mempersiapkan perjalanan penting."
Oh, itu masuk akal juga. Bagaimana pun Apo anak tunggal dan naik ke posisi CEO lebih cepat daripada dirinya. Tidak mungkin sosok seperti itu menyepelekan masalah suppressant. Apalagi dia berjuang menyembunyikan identitas gender yang telah berubah. Tapi Omega ini kacau pertama kali karena--
"Tunggu, kau mengenali aromaku?"
DEG
"Memang kenapa kalau tidak? Kau pernah bersamaku sebelum pindah. Lagipula aku ini tidak bodoh. Aku selalu bisa mengenali milik siapa pun, tapi punyamu yang keparat itu, aku benar-benar ingin--"
BRUGH!
Apo pun diam ketika Mile memeluknya. Secara ajaib ekspresi lelaki itu langsung tampak merenung, tapi napasnya jadi teratur ketika Mile membelai diantara helaian rambutnya.
"Oke, oke. Aku paham. Sangat paham. Jangan katakan apapun lagi," kata Mile. Dia juga menepuk-nepuk punggung Apo seperti bayi, karena sepertinya lelaki ini sudah masuk masa tantrum yang baru saja dia bicarakan.
"Shit, rasanya cepat sekali," batin Mile. "Aku sih tidak masalah. Tapi dia sendiri bagaimana? Jangan sampai luka tinjuku bertambah lagi setelah ini."
"Aku sangat-sangat membencimu ...." kata Apo. Tapi sang Omega justru memeluk semakin erat. "Aku benar-benar membencimu, Mile. Kenapa malah pergi waktu itu? Aku benar-benar takut sekali ...."
Seketika, Mile pun membeku mendengar pengakuan Apo setelahnya.
Bersambung ....