webnovel

BAB 28: PERNIKAHAN DONGENG?

BERITA di Thailand mengalami perubahan arus yang sangat cepat. Sempat ada perselingkuhan antar artis, drama perusahaan milik Mew dan Apo, remaja melakukan pesta miras, laporan KDRT yang berujung pada banyak kontraversi, kemudian penyesalan Alpha setelah operasi kelamin menjadi Omega.

Semua bergantian dan timbul tenggelam. Tidak ada topik yang sungguhan tetap pada pencarian trending, apalagi hari ini keluar pengumuman besar dari badan kesehatan pusat. Kata ketuanya, Ran--dunia Omegaverse masa kini telah mengalami perubahan sedikit demi sedikit. Mereka memberikan konfirmasi terkait masalah yang pernah diadukan orang-orang seperti Apo dan Win. Dan ternyata pemerintah langsung mengadakan penelitian masal.

Sebanyak 500 responden digiring untuk menjadi sampel percobaan. Mereka semua dalam kondisi normal saat masuk laboratorium, tapi menunjukkan reaksi berbeda setelah melalui beberapa uji coba.

"Oh ... jadi begitu rupanya," desah Apo setelah menyimak siaran baik-baik.

Ran memaparkan, memang tidak bagus jika seorang Alpha atau Omega menekan siklus kawin mereka terlalu lama. Contoh berbelas tahun seperti yang Apo lakukan. Karena seharusnya, begitu gender mereka dinyatakan permanen ... maka kehidupan seksual sehat bisa dimulai.

Knot Alpha akan terjadi dengan kehendak yang murni. Tidak ada kecelakaan atau semacamnya, dan semua berjalan normal. Namun, jika penggunaan suppressant dipakai terus-menerus tanpa melepaskannya satu kali pun, pasti akan berakibat fatal. Seperti aroma feromon yang merebak gila meski rutin memakai suppressant, atau kesehatan yang menurun drastis--intinya hal seperti ini akan mudah terpancing setelah mereka menemukan aroma yang tepat.

"Maksud kami, yang paling membuat nyaman," jelas Ran di layar kaca. "Bisa dikatakan seperti naluri. Tidak setiap orang akan membuat Anda begitu. Apalagi kejadian ini butuh kondisi khusus dan langka. Jadi, seharusnya Anda tak perlu terlalu cemas. Kita semua pasti baik-baik saja. Apalagi kini pemerintah kita resmi meluncurkan satu jenis suppressant baru."

Suppressant itu fungsinya agak berbeda. Dosisnya lebih tinggi lagi, tapi pemakaiannya diawasi dan juga terbatas. Hanya dipergunakan untuk orang dewasa, terutama yang merasa belum siap kawin lebih dari 10 tahun. Sayangnya, penggunaan ini hanya boleh tiga kali seumur hidup. Sebab jika lebih bisa mengakibatkan infertilitas selama-lamanya.

DEG

"Wah ... gila. Andai hari itu obatnya sudah ditemukan, ya. Jadi tidak akan ada drama yang menyaingi series Korea," kata Mile meledek. Tiba-tiba sang suami jadi jahil setelah ganti piama. Lalu memeluk Apo dari belakang.

"Hmmh," keluh Apo yang menaikkan volume TV. Dia masih ingin mendengarkan siaran ulang dari channel itu, tapi Mile sudah menyeruduk pipinya dengan kumis tipis-tipis. "Minggir dulu, Mile. Ini benar-benar info penting."

"Ho, jadi lebih penting dariku?" kata Mile. "Padahal suamimu ini sudah pulang cepat untuk dapat perhatian."

Apo pun mendorong muka Mile dari lehernya. "Hm, jelas. Karena seharian pasukanmu itu rewel semua," katanya. "Aku sampai tidak sempat menonton hal ini, untung beritanya disimpan-kan babysitter Kaylee."

Mila hanya terkekeh pelan. Sebab pulang-pulang seprai kamar mereka berubah total, padahal paginya baru diganti. Ternyata, baby triplets sempat tantrum karena tidak mau jauh dari Apo. Jadi mereka ikutan tidur di sana.

Mulai dari menjerit. Menangis. Muntah. Ngompol. Bahkan harus baring di sisi 'Papa' mereka, walau tidak mau tidur.

Bisa bayangkan tidak? Satu di sisi kanan. Satu di sisi kiri. Satunya lagi dalam dekapan Apo.

Ketiga pasang mata mereka terbuka. Mengoceh bersahut-sahutan. Tapi Apo tetap ketiduran pada akhirnya.

Dia lelah.

Baby triplets mulai menguras perhatiannya semakin gencar, bahkan mungkin tidak mau ditinggalkan meski Apo kini sudah sanggup bekerja.

"Tapi kini mereka tenang sekali," kata Mile bangga. Dia menoleh ke ranjang bayi yang dipindahkan dalam kamar mereka, tapi tidak ada tanda-tanda bangun. Kaylee, Blau Er, dan Edsel ... semuanya kompak memeluk boneka gajah pemberian Mile.

Tadi sore, mereka digendong sang Daddy satu per satu. Namun, menggeliat pun tidak samasekali. Ketiganya tidur pulas setelah mengedot susu, hingga sekarang seperti itu.

"Hmph, ya," kata Apo sembari mematikan TV. Rautnya terlihat kesal, bahkan meski Mile memijat lengannya perlahan. "Kalau begitu kenapa tidak bawa saja ke kantor? Perasaan dulu kau pernah menginginkannya. Dengar, Mile. Aku yang sekarang sudah ikhlas lahir batin."

Mile malah merengkuh hingga tubuh Apo tenggelam dalam lengan-lengannya. "Ckckck. Wah, jadi istriku marah ... ngeri ...." katanya tetap bercanda. "Dengar, Apo. Setelah dipikir-pikir, kau tidak harus melakukan ini. Karena aku sudah agak terbiasa sekarang. Jadi, pekerjaan dobel-dobel itu tidak lagi mengejutkan. Paham kan?"

Apo pun melirik lewat ekor matanya. "Tidak, aku tidak mau Ayah sampai kenapa-kenapa," katanya. "Sudah cukup istirahatnya. Nanti aku tidak bisa memaafkan diri sendiri kalau sampai beliau kambuh."

Mile pun coba bersikeras. "Bagaimana kalau sampai mereka sekolah?" tawarnya. "Hanya empat sampai lima tahun lagi. Aku janji akan kerja lebih keras mulai sekarang ...."

Hidung Apo pun mengerut lucu. "Hanya, ya ... katamu?" Dia tampak jengkel sekali. "Kau bilang empat tahun lagi ingin punya baby lain. Jadi, intinya aku akan dimonopoli dalam rumah 100%? Mereka sekolah aku sudah hamil lagi. Membayangkannya saja sudah sangat menjengkelkan."

Mile pun kalah debat kali ini. "Oke, oke, fine," katanya. Lalu mengalihkan topik pembicaraan. "Daripada itu, mungkin kau harus melihat sesuatu yang kubawa pulang."

"Hm?" Apo baru terlihat lega ketika Mile beranjak pergi. Sang suami mengambil empat paper bag dari atas sofa, lalu mengeluarkan isinya.

"Ini, lihat. Aku sudah persiapkan semua untuk photoshoot mereka," kata Mile. "Album kosong, aksesori, baju-baju, selebaran referensi untuk tema-tema kreatif, dan yang satu ini adalah untukmu."

Apo pun menerima majalah yang menjelaskan tentang Denmark lengkap wisatanya. Mile ingin Apo senang dengan lokasi resepsi yang dia pilih. Berikut destinasi yang akan mereka kunjungi selepas acara.

"Kau sudah menandai beberapa tempat rupanya?" tanya Apo retoris.

Mile pun segera menggeleng pelan. "Hm, iya. Tapi tak masalah kalau kau memilih lainnya," kata lelaki itu. "Yang penting tetap di sana. Aku sudah senang sekali."

Apo pun membolak-balik majalah itu kembali. Sebenarnya dia agak aneh saat Mile memilih tempat di luar negeri untuk resepsi, tapi katanya Denmark memang seperti dongeng.

Sejak remaja, Mile sudah mengincar negara itu jika dia menikah. Sebab lokasi indah di sana cocok untuk dijadikan menjepret kenangan. Yah ... sewajarnya tanah yang dijuluki sebagai sebagai wilayah terbersih di dunia saat ini.

"Hmm, kalau begitu aku mengikut saja," kata Apo. Lalu menutup majalah dengan senyuman. "Lagipula kau pasti lebih paham sana daripada aku, kan?"

Mile pun gemas dengan perubahan ekspresi Apo yang secepat itu. "Yakin?" tanyanya.

"Hm, tenang saja."

Mile pun menyingkirkan benda itu. "Oke."

BRUGH!

"Hah--"

Niatnya, Mile memang ingin mencumbu Apo sebentar sebelum tidur. Namun, saat menindih dengan bibir mendekat ... ponsel Apo malah berdering keras di atas nakas. Volume-nya mungkin sempat lupa diturunkan, jadi Mile pun langsung didorong agar baby triplets tidak sampai bangun.

DEG

"Tunggu, Apo--"

BRUGH!

"Sebentar, Mile," kata Apo sigap mengangkat telepon. Dia sudah panik karena Er bergeliatan, tapi untungnya cepat tidur kembali. "Halo, siapa?" tanyanya tanpa melihat nama kontak di layar.

"Ini aku, Jeff," kata Jeff dengan suara pelan. "Maaf, Tuan. Anda kuganggu di jam seperti ini. Tapi tolong lihat file-file yang sudah kukirimkan ke dalam surelmu sekarang. Ini terkait dengan pembunuhan Ameera."

DEG

"Apa?" kaget Apo. "Oke, tunggu dulu sebentar. Akan kucek dalam laptopku sekarang. Jangan tutup."

Mile pun mengernyit ketika istrinya berjalan terburu-buru. Lelaki itu membuka jendela email secepat mungkin, lalu mengecek satu per satu semua informasi pada layar laptopnya.

"Hei, kenapa ... Apo?"

Apo sempat mengernyit karena ada banyak kejanggalan di dalam, apalagi sesuatu yang dia terima muncul pada layar monitor.

"Apa? Ini serius?" bingung Apo. "Tunggu dulu ... tunggu dulu ... tunggu dulu ... hah?" katanya. Sebab nyata-nyata ada gadis berwajah sama dengan Ameera. Versi rambut pendek. Lebih kurus. Memakai penampilan serba hitam. Dan wajahnya tertangkap CCTV kota meski dari kejauhan.

"Dia Amaara, Tuan Natta," kata Jeff. "Omega pertama milik Mew Suppasit Jongcheveevat yang selama ini Anda pikir masih koma."

Glek!

Apo pun kesulitan menelan ludah karena masih sulit percaya. "Lalu?"

"Saya katakan sekali saja, oke? Karena Amaara sebenarnya tidak pernah koma," jelas Jeff lamat-lamat. "Dokumen kerahasiaan medisnya pasti sudah dipalsukan. Dan dia pernah masuk rumah sakit jiwa umum sebelum disembunyikan dari dunia."