Aku duduk di dalam kabin mewah itu. Bentley Mulsanne tahun 2019, bisa dibilang merupakan salah satu mobil termewah di Inggris, mobil bergaya modern classic berwarna hitam dengan sedikit aksen emas dan silver yang elegan, menunjukan sebuah kasta yang tinggi. Lampu depannya di disain seperti permata, membuatnya terlihat seperti sebuah permata besar yang menyala. Tidak hanya penampilan luarnya saja, kabinnya pun di disain begitu mewah, seakan menunjukan pada semua orang seberapa kayanya dirimu saat kau keluar dari kabin itu, hampir seluruh dari kabin itu ditutupi dengan kulit, juga beberapa panel yang terbuat dari kayu, membuat kabin itu menjadi semakin terkesan mewah. Kursinya dibuat lebar, membuat mu seakan berada di atas kasur, Kuris yang dilapisi kulit berkualitas tinggi dan dijahit manual menggunakan tangan, seakan kursi itu dibuat oleh seniman-seniman pengrajin, membuat semuanya terlihat semakin mewah dan mahal. Jarak antara kursi penumpang depan dan kursi penumpang belakang dibuat berjauhan, sehingga kau bisa meluruskan kakimu dan tidur di sana, membuat siapapun yang berada di dalam sana merasa nyaman seperti berada di dalam jet pribadi, karena itu tidak heran kalau mobil ini terlihat lebih panjang dari sedan sekelasnya, bahkan mungkin orang dengan tinggi dua meter masih akan merasa nyaman di dalamnya. Tapi aku sama sekali tidak bisa menikmati semua kemewahan itu, hanya rasa tegang dan sesak yang memenuhi udara.
Seorang pria tua, berumur sekitar lima puluh tahunan, duduk di sampingku. Dia menggunakan setelan jas pesanan khusus berwarna putih yang harganya tidak masuk akal, juga sebuah kemeja yang harganya setara dengan motor sport jepang 600cc di balik jasnya itu. Pria tua itu hanya duduk memandang ke depan tanpa ekspresi, dia tidak melihat ke arahku sama sekali sedari tadi, seakan mengacuhkan diriku.
Untuk beberapa saat suasana menjadi hening, udara sedikit terasa berat, seakan atmosfir menekan dadaku dan membekukan udara di dalam kabin mewah itu. Begitu hening, hingga aku dapat mendengar suara samar dari luar yang sudah diredam peredam kabin.
"Kemana kau membawa ku?" Tanyaku.
"Tidak kemanapun. Mobil ini hanya bergerak untuk memastikan tidak ada satupun orang yang mendengar pembicaraan kita."
"Terkecuali aku, haha." Gurau suara di kepalaku, dengan tawa manjanya.
Aku tidak memperdulikan gurauan suara itu, bahkan aku tidak menyadarinya, karena atmosfir yang begitu tegang, tapi perkataan pria itu terdengar meyakinkan, mobil ini hanya berjalan untuk menghindari orang lain mengetahui pertemuanku dengannya, bahkan semua jendela di bagian belakang mobil ini ditutup dengan tirai, agar tidak ada yang dapat melihatku dan dia.
"Aku akan langsung ke poin pentingnya saja. Aku ingin kau membela seseorang di pengadilan." Ucap Pria itu.
"Apa maksud mu?" Tanyaku dengan nada yang bingung, walaupun sebenarnya suara di kepalaku sudah memberi tahu ku soal pertemuan ini.
Pria itu tersenyum kecil, dengan tatapan kosong ke depan, lalu menjawab pertanyaan ku tanpa menatapku sama sekali.
"Ada seorang aktivis yang berusaha untuk menghalangi jalanku, dia sedikit membuatku kesulitan, jadi aku memutuskan untuk menyingkirkannya, dan menyuruh seseorang untuk membunuhnya, tapi si bodoh ini justru menuntun polisi padaku, hanya untuk kesenangannya, jadi aku mau kau menghilangkan tuduhannya, agar aku dapat memberikannya pelajaran dengan tanganku sendiri." Jelas Pria itu.
"Dan jika aku menolaknya?" Tanyaku. Tanpa aku sadari, suaraku sedikit terdengar gemetar.
"Aku tidak sedang meminta bantuan mu Mr.Rein." Seraya menoleh ke arahku.
Untuk pertama kalinya pria itu menatapku. Tatapannya begitu dingin, dan membuatku merasa tertekan, aku bisa merasakan bahwa dia sedang mengancam ku hanya dengan tatapannya. Aku hanya diam, tidak mampu menjawab perkataannya. Aku menarik nafas dalam perlahan, dan menghembuskannya perlahan, berusaha untuk tidak membuat suara helaan nafas sekecil apapun, berusaha menenangkan diriku dan menyembunyikan rasa tertekan ku, karena satu hal yang aku tau pasti, dalam negosiasi intimidasi adalah salah satu cara paling ampuh.
Mobil ini kembali ke Randell"s Road setelah lebih dari setengah jam berjalan, dan berhenti dua puluh meter dibelakang mobilku. Pria hitman yang tadi membukakan ku pintu turun dari kursi penumpang depan mobil dan kembali membukakan ku pintu. Aku mengeluarkan sebelah kaki ku, bermaksud untuk keluar dari mobil, tapi saat itu juga pria tua itu memanggilku.
"Mr.Rein." Suaranya terdengar pelan namun dalam.
Aku menoleh kearahnya, dan dalam sekejap seluruh tubuhku seakan membeku, dia menatapku, untuk yang kedua kalinya, tapi kali ini terlihat jelas dari sorot matanya, bahwa dia sedang mengancam akan membunuhku.
"Hari ini tidak pernah terjadi, kau tidak pernah bertemu denganku."
Aku hanya diam, tubuhku seakan membeku dan menjadi batu, jantungku berhenti untuk sesaat dan kembali berdetak dengan cepat, membuat dadaku sedikit terasa sesak, seakan orang yang sedang menatapku bukanlah manusia, tapi kematian yang sedang menatapku. Lidahku terasa kaku, aku tidak pernah mengira bahwa berbicara akan sesulit ini.
"Baiklah." Jawabku.
Aku dapat merasakan suaraku yang terdengar bergetar dan pelan, itu jelas menunjukan betapa tertekannya diriku, menunjukan padanya dengan jelas bahwa dia berhasil mengintimidasi ku, bahwa aku sudah ada dalam genggamannya.
Aku melanjutkan niatku untuk keluar dari kabin mewah itu. Pria hitman itu menutupkan pintu setelah aku keluar, kembali masuk kebalik pintu penumpang depan, dan Bentley itu mulai melaju meninggalkanku.
Aku berjalan menuju mobilku, sembari terus memikirkan perkataannya, memikirkan bagai mana cara untuk memenangkan kasus ini. Jelas itu mustahil, memenangkan sebuah kasus pembunuhan yang sipelaku justru dengan sengaja meninggalkan bukti, mustahil untuk membebaskannya, tapi jika tidak aku akan mati.
Memikirkan semua itu membuat jantungku sedikit berdebar kencang, waktu seakan berjalan lambat, kesunyian seakan menutupi telingaku, menenggelamkan ku pada pikiranku sendiri, dan tanpa aku sadari aku sudah berada di dalam mobilku. Suara notifikasi smartphone ku menyadarkan ku, aku mengambil smartphone ku dari saku celanaku, dan melihat notifikasi yang muncul dilayar, itu adalah sebuah surel, aku menekan notifikasi yang ada dilayar dan membuka surel itu.
Surel itu berisikan informasi megenai seorang pria bernama Harry Bloodwood, latar belakang, pekerjaan, alamat rumah, dan lain sebagainya, juga informasi mengenai dirinya yang mungkin tidak banyak orang yang tau. Tapi tidak satupun dari informasi itu yang mengatakan bahwa dia bekerja sebagai seorang pembunuh professional. Semua informasi itu masih belum cukup untuk membuatku dapat memenangkan kasus ini, aku membutuhkan lebih banyak informasi, terutama mengenai sudah sejauh apa polisi menangani kasus ini, apa yang menjadi motif pembunuhannya sudah jelas, tapi ada sesuatu yang aneh, sesuatu yang tidak dapat aku mengerti. Sebuah perasaan aneh kini memenuhi hatiku, jantungku seakan seakan berdebar, menimbulkan sedikit rasa nyeri, perasaan yang sama seperti saat aku menerima panggilan dari pria tua itu.
"Hey, beritahu aku lebih lanjut mengenai kasus ini kedepannya." Sahut ku.
"Baiklah, pertama…" Jawab suara di kepalaku.