webnovel

Angel's Voice

Rein sudah mendengar suara di dalam kepalanya semenjak dia kecil, suara itu memberi tau Rein apa yang akan terjadi dan harus Rein lakukan di masa depan. Rein berpikir itu adalah anugerah Tuhan yang diberikan untuknya, sebuah suara malaikat yang menjaganya. Tapi apa malaikat memang sebaik itu?

Stift_Noir · Seram
Peringkat tidak cukup
16 Chs

Chapter 11

Waktu menunjukan pukul 13.00

Pada akhirnya John dan Alison tidak menanyakan apapun kepada Katherine, dan langsung pergi kembali ke Aylesbury. Mereka berpamitan dengan Katherine saat dia kembali setelah mengantar Susan ke kamarnya. Sekarang John tidak lagi memiliki keraguan dalam dirinya, dia hanya memutar otaknya, mencari cara untuk membuktikan kesalahan Harry selama perjalanan kembali ke Aylesbury. John yakin bahwa Harry secara tidak langsung sudah mengakui kesalahannya, dan secara tidak langsung menantang John dan Alison untuk membuktikannya. Tapi ada sesuatu yang membuatnya bingung. Harry seperti orang jenius yang tidak waras, dia menyembunyikan gimik wajahnya dengan sempurna saat Alison menginterogasinya, tapi setelah itu dia seakan menunjukannya dengan sengaja. Dia pasti merencanakan sesuatu.

"Ini aneh Alison."

"Apa?" Tanya Alison bingung.

"Harry seperti sudah merencanakan penangkapannya." Jelas John.

"Apa maksudmu?"

"Dia seperti sudah tahu kita akan menangkapnya malam itu. dia bahkan berada di depan rumahnya tepat sebelum kita menangkapnya, seakan mempermudah kita agar tidak perlu mengetuk pintu rumahnya." Jelas John.

Wajah Alison kini terlihat sedikit bingung. Dia tidak yakin dengan apa yang baru dikatakan John, dan mencoba mencari dasar pembicaraan John.

"Kau mungkin berpikir, bisa saja saat malam penangkapannya dia baru dari toko swalayan atau Pub. tapi aku yakin Pub cukup jauh dari rumahnya dan dia bahkan tidak mabuk, lalu jika dia dari toko swalayan dia seharusnya membawa kantung belanjaan." Jelas John.

Wajah Alison kini terlihat seperti mulai mengerti, dan tenggelam kedalam kata-kata John, karena yang dikatakannya masuk akal bagi Alison.

"Apa sudah ada polisi yang menggeledah rumahnya?" Tanya John

"Rumahnya? Belum."

John hanya diam, dan kembali memutar otaknya. Sebenarnya apa yang Harry rencanakan. John terus memacu otaknya, mencoba mengingat semua momen dan perkataan Harry malam itu yang mungkin bisa menjadi petunjuk, dan mencoba mencari benang merah dari awal kasus ini dimulai.

Harry membunuh Sebastian tanpa meninggalkan jejak sedikitpun, tapi dia justru memasukannya kedalam lemari pendingin untuk memperjelas bahwa Sebastian mati dibunuh, lalu dia seakan sengaja membuat dirinya ditangkap hanya untuk mengakuinya secara tidak langsung dan memprovokasi kami agar menyelidikinya, dia juga meminta pengacara dan menyebutkan nama Rein Rayner tanpa memikirkannya terlebih dulu. Kalau memang dia sudah merencanakan semuanya sedari awal besar kemungkinan bahwa Rein Rayner juga terlibat dalam pembunuhan ini, atau setidaknya dia mengetahui sesuatu. Tapi apa motifnya. Sekilas perkataan Alison melintas di pikiran John. Sebastian adalah sahabatku semenjak kecil. Dia meminta bantuan ku untuk mengumpulkan bukti kejahatan seorang konglomerat kaya.

"Hey, kau bilang Sebastian menyelidiki seseorang?" Tanya John.

"Iya." Jawab Alison dengan sedikit bingung karena John menanyakannya dengan tiba-tiba.

"Dan kau bilang orang itu adalah kepala dari kelompok mafia yang melakukan bisnis ilegal?"

"Ya." Jawab Alison dengan nada yang masih terdengar bingung.

"Bisnis apa?"

"Aku tidak yakin, data mengenai kelompok ini tidak ada di kepolisian. Tapi data mengenai konglomerat itu ada, dia adalah pembayar pajak yang baik, dia melakukan bisnis di bidang ekspor-impor berbagai jenis barang mulai dari property sampai bahan baku produk. Tapi Sebastian yakin bukan hanya itu yang dia lakukan. Selama aku membantu Sebastian, aku sedikit mendapat informasi darinya kalau orang itu melakukan bisnis pengedaran narkoba dan perdagangan manusia."

John kembali terdiam, dan memutar otaknya sekeras mungkin, mencoba mengurutkan semua informasi yang dia miliki.

1.Sebastian mati dibunuh karena menyelidiki sebuah kelompok mafia

2.Sebastian mati dibunuh oleh Harry. Tapi kenapa Harry?

Apa hubungan Harry dengan mafia yang diselidiki Sebastian? Pertanyaan itu kini memenuhi kepala John. Perdagangan manusia kata-kata itu melintas di pikiran John. Perdagangan manusia? Sebenarnya apa yang dikategorikan kedalam perdagangan manusia? Perbudakan? Pelacuran?

Tiba-tiba John teringan saat Alison memberitahu John informasi mengenai Harry yang merupakan lulusan fakultas kedokteran Oxford University dan tidak memiliki catatan perkerjaan. Seorang dokter pengangguran dan perdagangan manusia. Tiba-tiba John terpikirkan suatu kemungkinan yang membuat semua informasi menjadi terhubung.

"Alison kita butuh hasil penyelidikan Sebastian!" Teriak John.

Alison yang terkejut hampir saja membanting kemudi mobilnya.

"Jangan mengejutkanku seperti itu! Apa kau tidak lihat aku sedang mengemudi! Apa kau ingin membuat kita mati kecelakaan?" jawab Alison dengan emosi.

"Maaf. Kita membutuhkan hasil penyelidikan Sebastian. Jika apa yang aku pikirkan ini benar, itu akan menjadi kunci kemenangan kita." Jelas John.

"Tapi kau tahu, semua hasil penyelidikan Sebastian sudah hilang."

"Aku rasa tidak."

"Apa maksudmu?"

"Masih ada kemungkinan bahwa Harry menyimpannya."

"Kenapa kau seyakin itu?"

"Jika yang dimaksud dengan perdagangan manusia adalah penjualan organ manusia, maka keberadaan Harry dalam kasus ini jadi masuk akal. Dan aku yakin untuk menghindari kesalahan yang sama mereka akan mempelajari terlebih dulu hasil penyelidikan Sebastian." Jelas John.

Wajah Alison yang tadi terlihat bingung, kini terlihat seperti wajah yang sedikit terkejut dan berlahan berubah menjadi wajah yang penuh semangat.

"Kalau begitu kita harus bergegas!" Jawab Alison seraya menyalakan sirine dan menginjak pedal gas mobilnya lebih dalam.

Waktu menunjukan pukul 14.30

John dan Alison sudah kembali ke kota Aylesburry. Mobil mereka melesat melalu Wendover Road menuju ke kantor kepolisian Aylesbury, kendaraan di depan mereka menyingkir untuk memberikan mereka jalan dan mendahuluinya. John menggenggam kuat sabuk pengamannya dengan kedua tangannya, sedikit ngeri karena Alison mengemudikan mobilnya dengan sangat cepat. John tahu mereka harus cepat, selagi Harry masih ditahan kemungkinan untuk mendapatkan hasil penyelidikan Sebastian semakin besar. Tapi membayangkan mereka menabrak kendaraan lain dengan kecepatan seperti itu membuat John diselimuti kengerian.

"Apa pengacara Harry sudah datang?"

"Seharusnya sudah. Tapi aku belum mendapatkan kabar dari juniorku kalau wawancaranya sudah selesai, jadi seharusnya mereka masih berada di sana."

"Apa memang harus secepat ini?"

Mendengar perkataannya Alison justru tersenyum dan menginjak pedal gas lebih dalam, membuat mobilnya melaju semakin cepat, sekaligus membuat John terdiam dan mengeluarkan keringat dingin.

Waktu menunjukan pukul 15.00

Kini gedung kantor kepolisian Aylesbury sudah tampak di depan mereka. Alison mematikan sirine mobilnya dan menurunkan kecepatan lalu menyalakan lampu sein dan berbelok memasuki pekarangan gedung kantor kepolisian. Kengerian yang menyelimuti John kini sudah hilang dan melepaskan genggamannya dari sabuk pengamannya.

"Aku akan menuntut mu karena sudah membahayakan hidupku." Gumam John kesal.

Mendengar perkataan John, Alison justru tertawa.

"Hahaha. Maaf, tapi kau tahu, Speed Always Win's."

Kendaraan mereka kini memasuki area parkir. Alison memarkirkan mobilnya di tempat yang paling dekat dengan lobby gedung. Mereka keluar dari mobil dan Alison langsung bergegas berjalan menuju lobby. Tapi John hanya berdiri diam, menopang tubuhnya dengan satu tangannya ke atap sedan itu. Walaupun rasa ngeri dan ketegangannya sudah berlalu, tapi kini tubuhnya justru terasa lemas.

"Kau kenapa?" taya Alison.

Tidak ingin mendengar tawa Alison yang membuatnya kesal itu lagi, John mengusahakan untuk bersikap biasa saja.

"Tidak apa, aku hanya ingin merokok sebentar. Kau masuk lah lebih dulu, aku akan menyusul mu." Seraya mengeluarkan bungkus rokok dari saku mantelnya, mengambil satu batang rokok dan menyelipkannya di antara bibirnya yang pucat, lalu menyalakan api.

Tapi sepertinya usaha John untuk bersikap biasa saja percuma. Alison hanya menyeringai dan tertawa kecil lalu melanjutkan langkahnya menuju lobby gedung.

John menghisap rokoknya dalam-dalam dan menghembuskannya. Dari tempatnya berdiri sekarang dia bisa melihat jelas lobby gedung. John dapat melihat Alison yang memasuki gedung, ada seorang pria yang berpapasan dengannya. John merasa kalau dia pernah melihat orang itu entah di mana, tapi rasa lemas akibat terlalu tegang membuatnya tidak dapat mengingatnya. Setelah berpapasan dengan Alison pria itu berdiri di lobby, terdiam untuk beberapa saat. Pandangannya seperti kosong, seakan menatap sesuatu yang tidak ada. Dan tiba-tiba pria itu menoleh dan memandang tepat kearah John.

Tidak dapat melihatnya dengan jelas di jarak sejauh itu, tapi sepertinya pria itu tersenyum kecil kepadanya. Pria itu berjalan menghampiri John. Sekali lagi John merasa pernah melihat pria itu entah di mana. Pria itu menggunakan mantel dan setelan jas hitam, membawa sebuah tas koper tangan yang di lapisi kulit berwarna hitam dengan jahitan benang yang berwarna emas. Rambutnya yang bergaya potongan Slicked Back Undercut ditata dengan sangat rapih. Semua yang dikenakan pria itu seakan menunjukan betapa kaya dirinya. Pria itu berhenti dan berdiri tepat di depan John.

"Boleh aku meminjam pematik api?" Ucap pria itu, seraya mengeluarkan sebungkus Marlboro dari balik mantelnya.

John mengambil pematik api miliknya dari kantung mantelnya, dan memberikannya pada pria itu, sembari bertanya-tanya dalam hatinya siapa pria itu. Pria itu menyelipkan sebatang rokoknya di antara bibirnya dan menyalakan api, lalu mengembalikan pematiknya pada John.

"Terimakasih." Ucap pria itu, lalu menghisap rokoknya dan menghembuskannya.

Pria itu tidak pergi dari sana, hanya berdiri menghisap rokoknya di samping John. John masih tidak dapat mengingat di mana dia melihat pria itu sebelumnya dan akhirnya memutuskan untuk menanyakannya pada pria itu.

"Apa aku mengenalmu?"

"Mungkin." Jawab pria itu, sembari terus menghisap rokoknya.

"Apa maksudnya mungkin?" Pikir John.

"Mungkin kita pernah bertemu dalam sebuah pengadilan." Jelas Pria itu, seakan tahu apa yang John pikirkan.

Perkataan itu membuat John semakin bingung untuk sesaat, lalu mengerti maksud perkataan pria itu dalam sekejap. John tidak pernah bertemu dengannya, perkataannya jelas hanya untuk membuat John mengetahui siapa dia sebenarnya.

"Namaku Rein, aku dipanggil kesini untuk menjadi pengacara tuan Harry."