Semua robot bekas yang aktif di sana semakin brutal merusak segala macam bangunan dan jalanan di area bawah, mereka juga tanpa ampun berusaha membunuh semua manusia yang ada. Rick dan Xeno memutuskan untuk menyelamatkan orang-orang yang masih tersisa, membawa mereka lebih jauh ke tempat yang lebih aman.
"Hei, semuanya! Lewat sini!" Rick menunjukan jalan melewati gang tercepat untuk sampai ke pemukiman aman. Orang-orang di sana segera menuruti arahan Rick dan berbondong-bondong masuk ke dalam gang.
Saat Rick berusaha memberi arahan untuk menjauh ke tempat yang lebih aman, ia melihat seorang anak tidak bisa kabur karena kakinya terjepit runtuhan. Anak itu menangis keras saat salah satu robot besar melemparinya dengan pilar bangunan yang telah roboh. Jika tidak segera diselamatkan, maka anak itu akan mati dengan tubuh remuk.
"Anak itu—."
Belum sempat Rick menghampiri, sosok Xeno melesat cepat mendatangi sang anak. Xeno segera memeluk sang anak di depan dan membiarkan tubuh besarnya ditimpa oleh pilar. Bukannya tertimpa, pilar tersebut malah hancur terkena tubuh Xeno. Xeno sendiri bahkan tidak merasakan apapun ketika pilar hancur menabrak tubuhnya.
"Adek tidak apa-apa, Pyo?" tanya Xeno dengan senyumannya, membuat sang anak terlihat lebih tenang sekarang.
Xeno menoleh, menatap tajam beberapa robot di dekat mereka. Hanya dengan satu tangan, Xeno melemparkan runtuhan bangunan yang menimpa kaki anak itu ke arah robot-robot. Beberapa robot itu langsung hancur ketika menimpa reruntuhan yang ia lempar.
Rick sempat khawatir dengan Xeno dan juga anak itu. Ia pun segera menghampiri mereka. "Kau tidak apa-apa, Xeno?"
"Xeno baik-baik saja, Pyo."
Rick bernafas lega, ia sebenarnya tahu jika Xeno memiliki kekuatan fisik melebihi manusia biasa, tapi tetap saja ia cemas jika hal buruk seperti tadi terjadi pada Xeno. Semenyebalkan apapun Xeno, dia tetaplah sahabat seperjuangannya.
"Kau pergilah. Bawa anak itu ke tempat aman, dan arahkan beberapa warga yang masih tersisa menuju gang di sana." Rick menunjuk ke arah gang yang dimaksud. "Itu satu-satunya jalan yang aman dari kejaran para robot."
"Lalu, bagaimana dengan Rick, Pyo?"
Rick bergeming, menatap ragu pada rombongan robot yang jumlahnya tak terhingga tengah menghancurkan semua fasilitas yang ada di area bawah. Rick tidak pernah menghadapi situasi segenting ini. Dia memang sering berkelahi dengan berandalan di area bawah, tapi tidak dengan menghadapi mesin-mesin bekas bersenjata. Tanpa sadar tubuhnya gemetaran, dan keringat dingin mengucur di kening serta bagian tubuhnya.
Rick ragu. Sungguh ragu dengan tindakan apa yang akan ia ambil sekarang.
'Hei, Rickolous!'
Sejenak memori tentang masa kecilnya bersama sang ayah terlintas dalam pikirannya. Senyum menenangkan dari sang ayah selalu membuat Rick kecil merasa aman dan bahagia ketika di sisinya.
'Kau pernah bercita-cita ingin menjadi pahlawan super seperti yang ada di tv-tv itu, bukan? Kelak jika waktunya tiba, kau akan menjadi pahlawan baik yang dapat menolong siapapun dari kesulitan.'
Ia merogoh sesuatu dari saku jaketnya, memperhatikan benda tersebut. Sebuah gelang canggih bermotif merah futuristik dengan monitor sentuh kecil di tengah-tengahnya. Perlahan ia menggenggam erat gelang itu. Sebuah keberanian yang tumbuh dari dukungan ayahnya di masa lalu membuat keraguan yang menerpanya saat ini sirna.
'Kau bisa, Rickolous. Aku percaya padamu.'
"Aku akan menanganinya."
Xeno terbelalak terkejut. Ia tak menyangka jika Rick akan mengambil keputusan untuk melawan semua robot rongsokan yang tak terhitung jumlahnya itu sendirian.
"Tapi, Rick—."
"Pergilah!"
Karena tidak bisa membantah perintah Rick, Xeno segera menggendong anak tadi lalu berlari meninggalkan Rick menuju gang yang telah ditunjukkan.
Kini hanya tinggal dirinya sendirian bersama semua robot bekas, mereka menatapnya dengan lensa-lensa merah berkilat tajam. Semua robot terdiam, berhenti pada aktivitas mereka menghancurkan semua yang ada dan hanya fokus pada Rick seorang. Sinyal dari benda yang baru saja Rick aktifkan menjadi pusat perhatian mereka saat ini.
Rick memasang gelang itu di pergelangan tangan kanannya, menekan salah satu tombol kecil untuk mengaktifkan mode monitor hologram.
'[Selamat datang, Pengguna AndroMega,]' ucap suara audio di gelangnya, '[Untuk mengaktifkan fitur persenjataan AndroMega, silakan sebutkan nama dari sandi persenjataan Anda.]'
Menatap tajam ke arah para robot yang terlihat mulai bersiap dengan persenjataan mereka untuk menyerangnya, sejenak Rick teringat kembali akan masa kecilnya.
'Ayah, kira-kira aku bisa tidak jadi sekuat T-Rex? Dinosaurus jenis itu suka sekali menyerang mangsanya secara brutal. Grrraaauuuw!!!'
'Hahahaha…. Kau suka T-Rex setelah menonton chanel kemarin? Tentu. Jika kau berani, maka kau akan menjadi T-Rex yang dapat membantai mangsanya dengan ganas dan tanpa ampun.'
"Tyrant-X."
'[Akses : diterima.]'
Rick mengulurkan kepalan tangan kanannya ke depan, butiran-butiran hologram bercahaya muncul di antara genggamannya, memanjang dan bercabang-cabang kecil menyerupai jalur sirkuit elektrik membentuk kerangka sebuah objek.
'[Menunggu proses instal untuk pemakaian pertama.]'
Perlahan objek panjang hologram itu mengeras, berubah seutuhnya menjadi sebuah tombak merah dengan desain futuristik yang rumit.
'[Proses instal senjata AndroMega [Tyrant-X] : Selesai.]'
Tyrant-X, senjata tombak merah modifikasi, baru saja dikeluarkan Rick dari sebuah gelang AndroMega yang selama ini hanya bisa dipelajarinya tanpa berani menggunakannya. Ini pertama kalinya Rick menggunakan Tyrant-X. Dia belum terbiasa, tapi Rick akan menggunakannya sebisa mungkin.
Dia harus….
MENGHABISI SEMUA ROBOT ITU!
Rick memutar-mutar tombaknya untuk membiasakan diri sedikit. Dalam sekejap mata, Rick melesat ke salah satu robot, menusuknya dari kepala hingga ke badan robot menggunakan tombak tersebut. Dengan santai Rick mengibaskan tombaknya, menyingkirkan bagian-bagian robot yang sempat tersangkut di sana.
Melihat tindakan Rick membuat robot-robot lainnya meningkatkan sistem keamanan mereka. Para robot segera menodongkan berbagai macam senjata jarak jauh yang ada, mulai dari Machine Gun, Rocket Launcher, hingga Laser Launcher. Semuanya langsung menembak Rick secara membabi buta tanpa peduli jika beberapa tembakan sempat mengenai sesama mereka.
Dengan gerakan lincah Rick menghindari setiap tembakan dan sesekali menangkisnya dengan putaran tombak berkali-kali. Rick juga berusaha menghindari rudal-rudal berukuran sedang yang ditembakan oleh beberapa robot besar dari kejauhan. Ia memutuskan untuk bersembunyi di reruntuhan sekitar sambil menyusun rencana.
"Oke, kira-kira apa saja yang kau punya, Tyrant-X?"
Rick kembali mengaktifkan monitor hologram sebelum para robot menyadari keberadaannya. Dengan cepat ia mempelajari segala penjelasan tentang senjatanya dari menu aktivasi, lalu mengatur modifikasi senjata lebih dulu agar bisa lebih muda mengaktifkan semua fungsi yang ada pada Tyrant-X.
"Siap!" Ia menyeringai senang.
Saat Rick berlari keluar dari runtuhan, salah satu robot berukuran besar melesatkan kembali beberapa rudal ke arah Rick. Segera Rick menghadangnya, memutar-mutar tombak merahnya, lalu bersiap melemparkannya.
Tombak Tyrant-X ia lemparkan begitu keras. Saat dilemparkan, lubang dari ujung bawah tombaknya terbuka, menghasilkan ledakan kecil dari sana, menciptakan dorongan agar tombak dapat melesat lebih cepat dan semakin jauh.
Tombak Tyrant-X berhasil menancap pada kepala robot yang menembak Rick tadi. Seketika lampu pemicu yang sempat diaktifkan Rick segera berkedip-kedip dengan sangat cepat. Merasakan sinyal bahaya di dekat robot tersebut membuat robot lainnya berusaha untuk menghidar, tapi terlambat….
Tombak itu meledak, mengakibatkan beberapa robot hancur dan menciptakan kepulan asap tebal.
Rick berlari sangat cepat ke depan, menangkap tombaknya yang melesat kembali ke arah sang pemilik setelah diledakan. Sebenarnya, Rick sendiri tidak mengerti mengapa tombaknya tidak hancur ketika diledakan, mungkin tombak Tyrant-X terbuat dari berbagai bahan tahan ledakan. Rick rasa dia harus semakin mempelajari seluk-beluk senjatanya agar bisa lebih baik menggunakannya.
"Baiklah…. Sekarang, dimana posisi robot-robot yang tersisa?" gumam Rick pelan.
Langkahnya mendadak terhenti saat melihat kilatan cahaya merah mendekat ke arahnya. Ia lompat salto di waktu yang tepat demi menghindari kibasan sebuah Red Light Saber dari robot. Setelah mendarat, Rick menangkis segala serangan dari kedua pedang laser itu dengan gerakan cepat. Ketika pedang sang robot hampir menebas kaki Rick, ia segera menangkis sekaligus menghancurkan pedang sang robot dengan sekali pukul tombaknya, memukul bagian rahang robot berkali-kali dengan gerakan tombak memutar ke atas, lalu menusuknya. Kemudian, Rick lemparkan badan robot yang ia tusuk ke arah robot lain yang hendak menyerangnya dari belakang.
Pria berjaket merah itu segera memutar-mutar tombaknya agar asap sisa ledakan tadi terhapus. Dan ketika semua asap seketika lenyap, ia mematung kala melihat robot-robot menodongkan senjata mereka ke arahnya.
"Oops!"
Belum sempat mereka menembak Rick, seseorang dari atas terjun dengan kepalan tangannya. Orang itu mendarat dengan pukulan ke tanah yang begitu dahsyat, membuat tanah sekitar hancur dan robot-robot terpental ke segala arah, termasuk Rick yang belum sempat menghindar ikut terpental pula sambil memeluk tombaknya dengan wajah datar.
Dari ekspresi jengkel Rick, pria itu sudah tahu bahwa yang meninju tanah tadi adalah Xeno.
"Rick enggak apa-apa, Pyo? Eh?"
Saat Xeno menoleh, ia sama sekali tidak menemukan sosok Rick dimanapun. Ia hanya melihat tombak yang digunakan Rick tertancap di tembok. Tapi rupanya di dekat tombak, kepala Rick juga menancap di sela-sela retakan tembok, membuatnya sulit dilepaskan dari sana.
"Rick, Pyo!"
Dengan paniknya Xeno berlari menghampiri Rick. Ia berusaha menarik kepala Rick sampai berhasil lepas dari sela-sela retakan. Rick menggelengkan kepalanya yang terasa pusing sambil berusaha mengambil nafas sebanyak-banyaknya karena hampir kesulitan bernafas saat di dalam retakan.
"Ish, Xeno! Kau ini jangan asal serang aja, ya! Aku ikutan mental, kepalaku nyungsep di tembok, tahu?!" omel Rick jengkel.
Xeno tersenyum polos sambil memainkan jari-jarinya. "Hehe…. Xeno panik saat melihat Rick mau diserang, jadi buru-buru Xeno serang aja mereka. Eh…. Tahu-tahu kepala Rick malah masuk ke tembok."
Rick hanya bisa menepuk kasar wajahnya menanggapi perilaku polos pria dewasa di dekatnya ini. Xeno memang tipikal makhluk yang menyebalkan bagi Rick.
Jumlah robot-robot bekas semakin banyak, beberapa dari mereka muncul lewat butiran-butiran hologram. Rick segera mencabut tombaknya dari tembok, ia dan Xeno kini mulai semakin waspada dengan serangan yang mungkin akan muncul kapan saja tuk menghancurkan mereka.
"Jumlah mereka bertambah banyak tanpa sebab," tanggap Rick serius, "Kita tidak bisa mundur begitu saja jika tidak ingin area bawah mereka hancurkan."
Beberapa robot siap melancarkan serangan jarak jauh mereka, tetapi sinyal deteksi beberapa jenis robot berbunyi, menandakan bahwa ada bahaya lain bagi mereka datang dari atas.
"Magnolia! Imperia!"
Langit-langit pembatas antara area bawah dan kota atas hancur seketika oleh hantaman sebuah perisai emas berlambang bunga. Perisai itu juga dihantamkan sang pemilik ke tanah area bawah hingga menciptakan retakan-retakan besar, menjatuhkan cukup banyak robot ke dalamnya.
Seorang pria bermantel jubah keemasan berdiri tegap dengan perisai emas berukuran besar di tangan kiri dan pedang emas di tangan kanan. Sosok itu sempat menoleh pada Rick dan Xeno yang tengah menatapnya dengan heran sekaligus kagum karena ia terlihat keren dengan pakaian dan persenjataan yang ia miliki.
"Kalian tidak apa-apa?" tanyanya pada Rick dan Xeno.
Sejenak mereka terdiam, bingung harus bicara apa dengan orang asing bersenjata ini, sampai akhirnya Rick balik bertanya, "Kau siapa?"
"Kapten Golden."
Ketika satu robot menyerupai laba-laba hendak menembakan laser pada mereka, pria lainnya yang memakai mantel jubah perak mendarat dari atas, tepat menginjak sang robot hingga hancur.
"Dan yang satu itu rekanku, Kapten Silver," katanya sambil menunjuk enteng pria yang baru saja terjun tadi. "Kami Kapten pembimbing kelompok Agent dari Organisasi NEBULA."
"Organisasi yang sering menangani masalah kejahatan berat yang tidak bisa ditangani pihak keamanan biasa itu?" ucap Rick setengah kagum. "Wah! Aku tak menyangka jika kalian bakal kemari. Kenalkan, aku Rick, dan orang gila di sampingku ini namanya Xeno."
"Hai, Pyo!" sapa Xeno dengan riangnya tanpa mengerti ledekan Rick tadi.
Golden dibuat bingung saat melihat tombak yang dipegang Rick, begitu juga dengan kalung besi yang dipakai Xeno sama seperti kalung besi yang dipakai Silver. Ada rasa penasaran dalam pikirannya ingin tahu siapa sebenarnya mereka, tetapi rasa penasarannya tertunda saat Silver memanggilnya.
"Hei, Kapten Golden!" panggil Silver saat tengah memegang sebuah PDA.
Golden segera menghampiri Silver. "Ada apa, Kapten Silver?"
"Coba kau lihat bagaimana cara jumlah mereka bertambah."
Golden melihat ke arah Silver menunjuk. Di sana, ia melihat beberapa robot muncul dalam wujud hologram terlebih dahulu, begitu juga persenjataan yang mereka punya. Teknik dan sistem seperti ini tidak begitu asing bagi Golden maupun Silver, hanya saja mereka heran darimana sistem macam itu bisa dikendalikan.
"Kemunculan dan senjata mereka hampir sama dengan cara kita mengeluarkan senjata dari AndroMega," komentar Golden serius, "Rasanya tidak mungkin jika AndroMega dapat menyimpan robot dan persenjataan sebanyak ini."
"Aku memang mendeteksi sinyal serupa dengan AndroMega ketika mereka muncul, Myo," kata Silver sambil memeriksa sinyal yang dimaksud dalam PDA-nya, "Tapi, memang mustahil jika mereka berasal dari penyimpanan canggih macam AndroMega, Myo."
"Lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang?"
Silver mengantongi PDA ke dalam saku mantel peraknya. "Kita coba hancurkan mereka, Myo. Jika mereka semakin bertambah dengan cara yang sama, maka aku akan mengandalkan kemampuanmu untuk mengakhirinya."
Golden hanya menghela nafas, lalu menggaruk kepala pirangnya. Rasanya agak merepotkan jika Silver ingin ia menggunakan 'kemampuan' yang dimaksud. Tapi, kalau keadaannya terdesak, mau bagaimana lagi?
"Xeno! Rick!"
Keduanya langsung menatap Silver yang baru saja memanggil mereka.
"Sebelumnya, kalian pasti yang menghajar mereka, bukan?" tanya Silver dengan ramah, "Bisa bantu kami dulu, Myo?"
Dengan percaya dirinya Rick memanggul tombak di bahunya. "Boleh saja jika kalian butuh."
"Xeno juga mau bantu, Pyo!" ucap Xeno dengan antusias.
Silver turut senang jika respon mereka baik untuk membantu membasmi para robot. Hanya saja tidak bagi Golden. Pria itu malah terlihat mencurigai mereka berdua.
"Kau yakin melibatkan mereka, Kapten Silver?" bisik Golden tidak yakin. "Mereka terlihat mencurigakan. Maksudku, aku bingung darimana tombak yang dipegang Rick berasal, terlihat bukan tombak biasa. Dan kalung yang dikenakan Xeno mirip dengan kalung yang kau pakai."
Silver memang sudah menyadari akan hal itu, tetapi dia tidak begitu mencurigai mereka. Silver yakin jika Rick dan Xeno bukanlah orang yang patut dicurigai seperti yang dipikirkan Golden. Mungkin mereka bisa mencari tahu seperti apa Rick dan Xeno setelah masalah ini beres.
Ia tersenyum menanggapi kecurigaan Golden. "Kau tenang saja, Kapten Golden. Setelah robot-robot dibereskan, kita akan cari tahu siapa mereka berdua sebenarnya."
Dengan santai Silver melangkah ke arah robot-robot di hadapan mereka. Golden melirik langkah Silver, berpikir bahwa kapten pembimbing berparas imut itu memang tipikal santai dan tidak begitu memberatkan pikiran akan hal-hal tertentu. Golden pikir yang dikatakan Silver benar. Kini mereka harus lebih fokus untuk memusnahkan para robot lebih dulu, baru bisa mencari tahu siapa Rick dan Xeno.
"Ayolah, bocah-bocah! Kita hajar semua robot itu," ajak Golden walau nadanya terkesan datar dan meremehkan.
"A-apa?! Kau sebut kami bocah, Pak Tua?!"
Persimpangan imajiner tiba-tiba muncul di kepala pirang Rick. Dia sangat jengkel ketika Golden menyebut dirinya dan Xeno sebagai bocah. Xeno sendiri hanya terkekeh riang, antara memaklumi atau terlalu bodoh untuk memahami bahwa mereka dikatain.
~*~*~*~
Kutipan Terbaik :
"Ish, Xeno! Kau ini jangan asal serang aja, ya! Aku ikutan mental, kepalaku nyungsep di tembok, tahu?!" ~Kepala Rick ji'un kena meteor azab