"Terima kasih atas pujiannya, Kakek Wijaya," ucap Arthur seraya tersenyum dan menganggukan kepalanya dengan sopan.
Dan Wijaya pun beralih kearah David.
"Yang ini pasti, David, ya?" tanya Wijaya.
David menganggukkan keplanya, "Benar, Kakek, saya David," jawabnya.
"Putra-putramu sudah dewasa, Arumi. Dan mereka terlihat kuat serta tampan. Tapi sayang mereka tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan putraku Satria," ujar Wijaya membanggakan putranya sendiri.
Arumi mencibir sinis mendengarnya, ucapan Wijaya benar-benar sangat menyebalkan baginya.
Tapi dia tidak boleh menunjukkan kekesalanya sekarang. Karna dia masih harus berpura-pura lemah hingga tiba saatnya mereka menujukkan kekuatannya nanti.
Bukan hanya Arumi yang merasa kesal mendengar Wijaya membangga-banggakan putranya, tapi juga Arthur.
Pemuda ini sudah tak tahan ingin membantai tubuh Wijaya saat ini juga.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com