webnovel

Hampir saja....

Sepanjang perjalanan, Ara dan Aya hanya berdiam diri. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.

Aya tidak berani bicara mengenai sepupu Sony karena akan mengingatkan kisah mereka sewaktu liburan di Yogyakarta.

Namun di sisi lain, Aya terkejut sekaligus penasaran dengan Lando yang ternyata merupakan sepupu Sony.

'Hem... Ternyata dunia memang selebar daun kelor.' Katanya dalam hati sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Sampai mereka tiba di depan rumah, Ara berdehem dan melirik ke arah Aya.

Dengan hal yang sama, Aya pun menoleh melihat Ara.

Aya tahu apa yang ada dipikiran Ara. Karena dari wajahnya yang menegang sejak bertemu dengan Lando di rumah makan tadi, mengisyaratkan kalau ia dalam suasana hati yang tidak baik.

"Ayo kita turun." Ajak Aya. Ia segera membuka sabuk pengamannya dan membuka pintu. Di saat bersmaaan, Ara menarik lengan kanan Aya. Ayapun kembali menoleh kepada Ara.

'Kenapa?' Pertanyaan Aya dalam hati. Namun tidak sempat dilontarkannya karena bibir Aya sudah dilumat oleh Ara.

Aya membelalakkan matanya. Ia masih saja suka terkejut dengan perbuatan Ara yang suka mendadak. Perbuatan dalam hal ini adalah, ciuman.

Ara terus dan terus menjelajah ke dalam mulut Aya. Membuat Aya kesulitan untuk bernafas dan ia mulai merasa mual dan jijik.

Dengan segenap tenaga makan siangnya, Aya mendorong Ara agar berhenti menciumnya.

Ara memang terdorong ke belakang, tapi ia dengan cepat kembali menarik Aya untuk menciumnya. Kali ini kedua tangannya pun ikut bergerilya di tubuh Aya.

Aya mulai kehilangan akal sehatnya, antara menerima atau hendak menolaknya.

Ia mulai membiarkan Ara menjelajahi tubuhnya.

Namun saat Ara hendak beraksi lebih jauh, tanpa sengaja Ara menekan klakson mobil dan berbunyi panjang.

"Tiiiiiiiiiiin....."

Ara langsung bangkit dari posisinya yang sembarangan dan Aya segera merapikan bajunya yang berantakan.

Tampak bude Welas dan suami yang tergopoh-gopoh karena berlari dari dalam rumah, terkejut dengan suara nyaring klakson mobil Ara.

Bude Welas langsung menghampiri Aya di pintu mobil dan mengetok-ngetok jendela mobil.

Aya dan Ara saling menoleh dan tertawa keras sambil masing-masing membuka pintu mobil.

Tampak rupa yang keheranan di wajah bude Welas dan suaminya.

"Nda apa-apa kok bude." Aya menjelaskan. "Tadi Ara nda sengaja kesenggol klakson." Sambungnya sambil menahan tawa.

"Kaget bude bu. Kirain kenapa nglakson nyaring betul. Mana lama lagi." Cerocos bude Welas yang berjalan di samping Aya karena digandeng oleh Aya.

Ara yang berjalan di belakang, tersenyum melihat keakraban istrinya dan pasangan suami istri yang menjaga rumahnya.

"Tapi kok aneh ya bu, pak?" Lanjut bude Welas bicara dan menghentikan jalannya untuk menoleh ke belakang menatap Ara.

"Pak Ara kok bisa kesenggol klakson? Segitu panjangnya lagi suaranya? Emang bapak ngapain?"

Jedarrrrrr.

Wajah Ara memucat karena kaget dengan keingintahuan bude Welas.

Ia terpaku dan terpana ditatap oleh bude Welas.

Suami bude Welas langsung menggamit tangan istrinya dan segera mengajaknya masuk.

"Ayo bu, masuk." Pintanya dan menggandeng istrinya masuk.

Aya yang terkejut, juga sedikit pucat kemudian merona karena malu.

"Ayo mas, masuk." Ajaknya pada sang suami.

Ara tersadar dari kekagetannya yang secara mendadak.

"Ah, he eh."

Di dalam rumah, pakde Imam menegur istrinya yang dianggapnya terlalu banyak bicara kepada majikan mereka.

"Saya cuma penasaran aja pak. Siapa tau pak Ara atau bu Aya lagi sakit atau apa kan?" Sahut si istri menjelaskan. Ia memang tidak bermaksud apa-apa ataupun berpikir yang macam-macam.

"Iya bu. Lain kali, jangan begitu lagi bu!" Perintah pakde kepada istrinya yang disahut dengan anggukan dari bude Welas.

▪︎▪︎▪︎

Di tempat tidur, Ara sudah menunggu Aya yang masih berada di dalam kamar mandi.

Ara membaca beberapa artikel di Google terkait berita hari ini. Saat Ara asyik membaca, Aya sudah berada di sampingnya yang juga mulai membuka layar ponselnya.

Ara menoleh melihat Aya menggunakan baju tidurnya dan mencium aroma wangi dari tubuh Aya.

Kebiasaan Aya yang suka menggunakan wewangian walaupun hendak tidur malam, membuat Ara terangsang dan ingin memeluknya.

Ara menghirup dalam-dalam aroma bunga mawar dan mendekat ke samping Aya.

Aya menghentikan aktivitasnya dengan ponsel dan menjauhkan badannya dari penciuman hidung Ara.

"Kamu kenapa sih mas?" Tanyanya risih.

"Kenapa apanya?" Tanya Ara balik. Kedua tangan Ara sudah berhasil menangkap tubuh Aya dan menariknya mendekat.

"Eh!" Respon Aya.

Ponsel yang tadi dipegang Aya, telah diamankan Ara dengan meletakkannya di samping bantal tidurnya.

"Kamu mau ngapain mas?" Tanya Aya kembali dan berusaha menjauhkan dirinya dari Ara.

Ara hanya mengangkat kedua bahunya dan mulai mencium kedua pipi Aya yang mulus dan berlanjut ke dahi, ke hidung, dagu dan bibir Aya.

Aya yang tahu kelanjutan dari perbuatan Ara ini, segera memutar otak mencari alasan.

"Ehmm mas, ini sudah malam. Ayo kita tidur. Besok kamu harus pagi-pagikan ke kantor."

"He em." Respon Ara, tanpa berhenti dan terus menciumi leher Aya.

"Mas? Ah.." Aya mulai tergoyahkan dengan kecupan-kecupan yang ditinggalkan Ara di kulit bagian dadanya.

Setelah Aya berusaha menolak perbuatan Ara, akhirnya pertahanannya bobol juga. Ia mulai menikmati apa yang diberikan oleh Ara.

Tangan Aya mulai ikut memegangi dan mengelus tubuh Ara yang tadinya berlagak jual mahal. Ayapun membalas ciuman Ara.

Ada rasa bahagia dan bangga yang dirasakan Ara saat ini. Tapi ia berusaha untuk tetap tenang agar tidak merubah perasaan Aya.