webnovel

ALZYAS

kehilangan seorang ibu sangatlah menyakitkan, apa lagi tepat di hadapan kita, dan itulah yang dirasakan oleh Alzyas. Alzyas melewati hari-hari nya dengan penuh kebencian, apa lagi dirinya harus tinggal satu rumah dengan orang yang sudah menyebabkan ibu nya tiada. Aditya, laki-laki tampan dan merupakan capten tim basket di sekolah Alzyas adalah satu-satunya orang yang mampu mencairkan hati Alzyas yang telah lama membeku dan tentu saja itu juga tidak mudah bagi Aditya. Tepat di pesta ulang tahun Alzyas yang ke 17 tahun Alzyas harus kembali menerima kenyataan pahit tentang dirinya.

RinduIbu · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
88 Chs

Pilunya Alzyas

Menjelang pagi hingga siang kediaman Raka yang biasanya selalu dihiasi dengan canda tawa Alzyas dan Milly berubah menjadi mendung para tetangga, sahabat dan kerabat dekat keluarga Herman masih silih berganti datang untuk mengucapkan belasungkawa, Milly yang berdiri di samping Larasati juga ikut menyambut para tamu sedangkan Alzyas sejak semalam masih mengurung diri dikamar.

" Milly, kamu liat kakakmu dikamar yah bujuk dia untuk keluar dari kamar " titah Larasati, Milly hanya mengangguk kemudian beranjak pergi.

Milly tau ini menjadi pukulan terberat untuk Alzyas tapi posisi mereka juga sama Milly juga merasakan kesedihan yang mendalam meskipun Emely dan Raka hanya orang tua angkatnya tapi sejak kecil mereka lah yang sudah merawat dan membesarkan nya terutama Emely, gadis itu mengusap airmata nya sebelum masuk ke kamar kakaknya.

" kak Zyas... " perlahan Milly menghampiri Alzyas yang duduk termenung di sudut kamarnya, tatapannya kosong, dia benar-benar terlihat sangat kacau dengan wajah yang sembab, Milly yakin kalau semalaman kalanya pasti tidak tidur.

" kita keluar yuk kak, sudah banyak tamu dibawah untuk bertemu sama kita " bujuk Milly dengan sangat hati-hati

" hmmmmm " hanya gumaman yang dapat didengar oleh Milly.

Selama tujuh hari kedepan istana megah milik Herman akan melakukan do'a bersama untuk mendo'akan Raka dan Emely. Guru, teman-teman Alzyas dan Milly disekolah juga turut hadir untuk ikut berdo'a bersama.

" kami dari pihak sekolah turut berdukacita atas musibah yang menimpa keluarga anda Bapak Herman dan Ibu Larasati " ujar Darwanto selaku kepala sekolah

" terimakasih banyak, kalian menyempatkan untuk datang kemari dan ikut mendo'akan anak dan juga menantu saya " balas Herman

" sama Pak Herman " sahut kepala sekolah

" Oma, Alzyas SMA Milly mana? " tanya Shasa

Aditya, Arga, Sammy, Denny, Joko, Shasa dan juga Narin, kembali datang dengan seragam sekolah mereka padahal semalam mereka pulang sudah larut malam tapi masih ikut menyempatkan diri untuk datang nampak juga Farah dan Indah berdiri tak jauh dari Narina.

" Milly sedang membujuk Alzyas untuk keluar dari kamarnya karena dari semalam dia hingga sekarang masih mengurung diri " jawab Larasati lirih.

" kami tahu ini akan menjadi pukulan terberat untuk mereka berdua " sahut Ratih selaku wali kelas Alzyas.

Pandangan mereka kini teralihkan kearah tangga dimana Alzyas dan Milly yang mengenakan dress panjang berwarna putih gading menuruni tangga secara bersamaan, Milly tersenyum samar melihat mereka semua berbeda dengan Alzyas yang hanya menunduk dengan raut wajah datar. Tapi setidaknya bisa membuat Larasati dan Herman bernafas dengan lega karena Milly berhasil membujuknya untuk keluar kamar.

Aditya menatap ibah kekasih nya yang masih enggan mengeluarkan suara, mereka semua sudah duduk bergabung dengan para tamu yang lainnya untuk berdo'a bersama di ruang keluarga. Larasati menggenggam erat kedua tangan cucunya berbeda dengan Milly yang terlihat tegar Alzyas justru sebaliknya, gadis itu masih setia dengan bungkamnya dan terus menunduk.

" Assalamualaikum " Semua mata tertuju kearah pintu, tamu yang sedari semalam di tunggu oleh Larasati dan juga Herman akhirnya tiba.

Herman menghela nafas lega melihat kedatangan putra sulungnya.

" Uncle Azka.... " gumam Milly yang duduk tepat disebelah Alzyas

Alzyas yang mendengar nama Azka langsung mendongak lalu menoleh deruh nafasnya terdengar bergemuruh air matanya kembali menetes dengan deras. Alzyas berlari dan langsung memeluk Uncle nya dengan erat dan seketika tangisnya pecah begitu saja.

Azka membalas pelukan erat Alzyas berkali-kali dia mengecup puncak kepala Alzyas, mereka yang melihat nya pun tak urung membuat mereka juga ikut merasakan tangis pilu Alzyas.

" menangis lah..... jangan Zyas pendam karena itu hanya akan membuat luka hati Zyas semakin sakit " bisik Azka yang masih memeluk erat keponakannya " Uncle akan selalu ada untuk Zyas " Alzyas semakin menangis tergugu sejak semalam d*** nya berdenyut nyeri, dia ingin berteriak tapi mulutnya enggan mengeluarkan suara.

" kenapa Tuhan nggak adil sama Zyas..... Tuhan sudah ambil Mommy Kirana dan sekarang kenapa Tuhan juga ambil Mommy Emely dan Daddy " suara Alzyas terdengar serak.

Azka melepaskan pelukannya lalu kedua tangannya menangkup wajah mungil Alzyas

" No!!!!!! jangan menyalahkan Tuhan... " ujar Azka

" apapun yang terjadi ini sudah menjadi kehendaknya, kita juga milikNya dan kapanpun juga bisa Dia ambil " Azka mencoba memberikan pengertian pada keponakannya

" tapi kenapa harus dengan cara seperti ini Uncle!!! rasanya benar-benar sangat menyakitkan!!!! " pekik Alzyas dengan berderai airmata

" bahkan Zyas belom sempat minta maaf sama Mommy, karena sikap buruk Zyas yang pernah nyakitin hati mommy..... Zyas belom sempat buat Mommy dan Daddy bangga!!!!! sepanjang malam Zyas menyesali semuanya " memukul-mukul d*** nya

Larasati menghampiri cucunya menghentikan tangan Alzyas yang trus memukul dirinya sendiri

" cukup nak..... cukup " lirih Larasati

" Mommy sangat menyayangi Zyas dan dia juga bangga sama Alzyas.... apapun yang terjadi itu sudah kehendak yang maha kuasa sayang " bujuk Larasati dengan lembut

" kenapa aku harus lahir ke dunia ini kalau aku harus terus kehilangan orang-orang yang aku sayang, Oma!!!! pertama Mommy Kirana... dia pergi ninggalin aku gitu aja di saat aku masih kecil dan di saat aku masih membutuhkan kasih sayang seorang Ibu, sekarang Mommy Emely dan Daddy juga pergi!!!! " pekik Alzyas lagi

Milly yang mendengar pekikan Alzyas juga ikut terisak, karena nasibnya lebih beruntung dari Alzyas meskipun ibu kandungnya juga sudah meninggal dunia tapi setidaknya dia mendapatkan kasih sayang penuh dari Emely dan juga Raka, sejak kecil dia tidak pernah kekurangan kasih sayang berbeda dengan Alzyas, cerita hidupnya begitu berliku-liku.

" Ada yang datang dan ada yang pergi, beginilah hidup nak.... Tidak ada yang bisa mengubah takdir " Herman merangkul Milly, karena dia tahu Milly juga butuh seseorang untuk dijadikan tempat bersandar.

Azka kembali memeluk Alzyas dengan erat, tidak mudah bagi Alzyas menerima kenyataan pahit seperti ini, bahkan sampai sekarang pun mereka tidak tahu di mana jasad adik dan iparnya.

*********

" Nih minum dulu!!!! biar nggak rehidrasi " Denny melempar botol air mineral pada Aditya yang termenung di pinggir lapangan basket

" gimana, Alzyas udah mau angkat telfon Lo? " tanya Arga yang mendudukan p****t nya di sebelah Aditya.

Bungkam nya Aditya sudah menjadi jawaban mutlak untuk Arga bahwa Alzyas masih enggan merespon Aditya.

" Kasih Alzyas waktu, keadaan nya sekarang lagi terpuruk dan jangan tambah bebannya lagi " ujar Sammy yang baru datang.

" iya, dia baru aja kehilangan orang tuanya jangan buat pikirannya semakin berat " Joko yang biasa nya celamitan bisa juga bicara serius

" Alzyas tau kalo Lo jalan sama Jassie pada hari itu... " ucap Sammy

" tapi yang pasti bukan gue ataupun Milly yang bilang " lanjut Sammy dengan cepat karena mendapat tatapan sengit dari Aditya.

" kalo bukan Lo terus siapa? Milly? " Aditya mendengus keras

" Rani!!!!!! " mereka semua menoleh begitu Narina dan Shasa menghampiri mereka

" gimana ceritanya tuh ondel-ondel yang ngasih tahu Alzyas, emang dia juga ada disana Sam? " tanya Denny dengan antusias, Sammy hanya menggedikan bahunya

" cafe yang kalian datangi itu milik sepupunya Rani... dan mungkin kebetulan dia juga ada disana tapi sebelum itu, ni orang laporan dulu sama bos nya kalo liat Aditya sama Jassie " ujar Narina panjang lebar

" bos? sejak kapan dia jadi jadi buzzer " Denny tersenyum mengejek

" siapa lagi kalo bukan- " Narina menggedik kan dagunya kearah Sammy

" Sammy!!!!!! " tebak Arga asal

" kampret Lo!!!!!! bukan gue " sahut Sammy dengan jengkel, Arga terkekeh memang tidak mungkin Sammy orangnya

" Malika " ucap Aditya

" Right!!!! " Shasa mengangguk setuju