webnovel

ALZYAS

kehilangan seorang ibu sangatlah menyakitkan, apa lagi tepat di hadapan kita, dan itulah yang dirasakan oleh Alzyas. Alzyas melewati hari-hari nya dengan penuh kebencian, apa lagi dirinya harus tinggal satu rumah dengan orang yang sudah menyebabkan ibu nya tiada. Aditya, laki-laki tampan dan merupakan capten tim basket di sekolah Alzyas adalah satu-satunya orang yang mampu mencairkan hati Alzyas yang telah lama membeku dan tentu saja itu juga tidak mudah bagi Aditya. Tepat di pesta ulang tahun Alzyas yang ke 17 tahun Alzyas harus kembali menerima kenyataan pahit tentang dirinya.

RinduIbu · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
88 Chs

Perpisahan

" Nyokap sama Bokap mau pindah ke LN dan juga lanjutin study gue disana " Denny menunduk menyembunyikan kesedihannya

Tidak ada lagi yang bersuara hanya suara jangkrik dan hembusan angin yang menyapu keterdiaman mereka. Denny menghela nafas yang terasa sesak sebenarnya sudah beberapa hari ini dia berusaha untuk terlihat biasa saja, tapi malam ini dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kesedihannya lagi.

" apa itu artinya Lo nggak akan balik lagi? " Denny tersenyum mendengar pertanyaan Narina

" kami akan menetap disana, bokap juga udah mengurus semuanya " jawabnya

" come on Guys!!!!!! kok kalian jadi pada sedih sih kalau kalian liburan ke LN, kalian bisa mampir ke tempat gue, dan sesekali gue juga akan balik lagi kesini, ini tanah kelahiran gue " Denny berusaha untuk tersenyum menghibur sahabat-sahabat nya

Aditya menghampiri Denny dan langsung memeluknya diikuti oleh Sammy, Arga dan juga Joko. Sedangkan Alzyas, Narina dan juga Shasa masih berdiri ditempatnya.

" apa kalian bertiga nggak mau peluk gue " ucap Denny pada ketiga gadis itu setelah melepaskan pelukan Aditya dan yang lainnya

" wooooooooh modus!!!!! " sorak Aditya dan yang lainnya, Denny hanya terkekeh melihat tatapan tak terima Aditya dan juga Arga.

" kapan Lo berangkat? " tanya Sammy

" besok pagi, bokap ambil penerbangan pertama " Denny kembali merangkul Sammy

" kalo gitu ayo kita foto dulu " Shasa mengeluarkan camera nya dari dalam tas dan langsung membidik kearah Denny dan Sammy

Mereka bergantian mengambil posisi untuk berfoto dengan Denny, dan terakhir mereka semua bersama-sama berfoto dengan Denny. Meskipun merasakan kesedihan tapi Denny juga merasa bahagia karena bisa berkumpul dengan mereka semua.

Hanya tersisa Sammy dan juga Joko di rumah Narina sedangkan yang lainnya sudah pulang, kedua pemuda itu membantu Narina membereskan semua kekacauan di taman rumah Narina, yang lainnya bukan nya tidak ingin membantu hanya saja Joko memang mengulur waktu agar bisa bicara penting dengan gadis itu.

Sebenarnya ada art yang juga bisa membantu Narina membereskan semua itu, tapi Narina justru ingin membereskan nya sendiri karena dia sudah terbiasa mandiri.

Merasa semua nya sudah rapih, Sammy meninggalkan Narina dan juga Joko yang masih duduk diteras depan dengan alasan ingin ke toilet.

" Nar, gue mau tanya sesuatu sama Lo, boleh? " dengan hati-hati Joko memulai percakapannya dengan gadis itu. Ini untuk pertama kalinya juga, Joko bicara seserius ini dengan Narina.

" Lo kesambet apaan Jo, kok tiba-tiba cara ngomong Lo jadi formal gini " cibir Narina membuat Joko salah tingkah

" Lo mau ngomong apaan sih Jo! jangan Lo pikir gue nggak tau klo sejak tadi Lo terus ngeliatin gue terus, dan sikap Lo ke gue itu juga beda "

Skakmat! Joko tidak bisa menyangkal lagi karena justru Narina juga sudah sejak tadi memperhatikan gerak geriknya, pemuda itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal

" sebenarnya gue- " Joko masih ragu untuk mengatakan tentang perasaan nya pada Narina karena dia takut kalau gadis itu akan menolak nya.

" Narina, gue nggak tau yang gue lakuin ini sebenarnya salah atau benar tapi yang jelas gue nggak mau pendam semuanya lebih lama lagi "

" maksud Lo? sumpah demi apapun gue nggak ngerti maksud dari omongan Lo " Narina yang pura-pura tidak tahu atau dia memang yang tidak peka kalau selama ini Joko sudah menaruh hati padanya.

" gue suka sama Lo Nar.... dan gue juga sayang sama Lo " ujar Joko dengan cepat, dia tidak perduli dengan jantung nya yang seketika berdetak tidak karuan.

Narina yang mendengar itu terdiam, tapi sedetik kemudian-

" bahahahahahahahah " Narina terpingkal-pingkal mendengar ungkapan hati Joko, sampai gadis itu memegangi perutnya yang mulai terasa sakit karena tertawa

" ya ampun Jo..... Lo kok lucu banget sih!!!!! " Narina mencubit pipi Joko dengan gemas, gadis itu masih saja tertawa

Joko hanya diam saja melihat Narina yang masih terus menertawakan ungkapan isi hatinya, raut wajah pemuda itu terlihat kecut.

" please deh Jo, jangan buat gue sakit perut " ujar Narina yang masih tertawa memegangi perutnya

" Nar, gue serius " tidak ada raut wajah bercanda dari pemuda itu, dia menatap lekat wajah Narina

Tapi Narina seakan tidak perduli dia masih saja menganggap apa yang dikatakan oleh Joko hanyalah sebuah lelucon, tawanya semakin lebar melihat Joko yang mulai frustasi

" Narina gue serius sayang sama Lo!! dan gue mau Lo jadi pacar gue " suara Joko sedikit meninggi, kedua tangannya menahan bahu Narina agar gadis itu mendengarkan lagi ungkapan hatinya yang bukan hanya sekedar lelucon

Narina menatap nanar wajah Joko yang baru saja mempertegas isi hatinya, tidak lagi ada tawa diwajah cantik Narina dia justru membalas tatapan Joko tak kalah dalamnya.

" gue sayang sama Lo, dan itu lebih dari sekedar sahabat " ungkap Joko dengan suara yang lirih

Tangan Narina tergerak menyentuh kedua tangan Joko yang memegangi bahunya, tatapannya tak lepas dari pemuda tampan itu.

" kenapa harus gue Jo? " Joko diam mematung melihat sorot kesedihan dan kekecewaan dimata Narina

" kenapa harus gue? kenapa harus gue yang Lo pilih untuk perasaan Lo itu? " Narina mengulang pertanyaan nya

" gue cuma nurutin apa yang ada di dalam hati gue Narina... gue nggak bisa terus-terusan bersembunyi dibalik kata persahabatan kita " jelasnya, Joko seketika kehilangan nyali melihat sorot mata Narina yang tajam.

" maaf Jo! gue nggak bisa " tegas Narina

Joko tersenyum masam, sebenarnya dia juga sudah tahu jawaban apa yang akan diberikan oleh Narina dan dia juga sudah tahu resiko yang akan di terima setelahnya Joko juga sudah berbesar hati untuk menerima kekalahan nya.

" apa karena bang Dikta Lo nolak gue? "

Pertanyaan Joko yang begitu lancang justru membuat Narina naik pitam, mendengar nama Dikta seketika wajah gadis itu merah padam.

" kalo Lo nggak tau apa-apa jangan sesekali Lo bahas soal Dikta!!! penolakan gue nggak ada sangkut pautnya sama dia " desis Narina

" kalo bukan karena dia lalu apa, Nar? gue tahu kalo gue kalah tajir dari dia, gue nggak sebanding sama Lo yang juga anak orang kaya gue juga tahu kalo Dikta nyaris sempurna dan- "

Joko tidak lagi melanjutkan kalimatnya karena sebuah tamparan keras mendarat tepat di pipi nya. Mata Narina berkilat tajam karena kalimat Joko sungguh melukai hatinya.

" serendah itu Lo nilai gue, Jo! Lo kenal gue bukan baru hari ini tapi kenapa Lo tega nilai gue seakan-akan gue ngejar harta nya Dikta!!! " hardik Narina dengan amarah yang tidak terkontrol.

Sammy yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua langsung keluar dari tempat persembunyiannya, dia sebenarnya tidak ke toilet tapi bersembunyi dibalik pintu.

Melihat pipi Joko yang merah karena tamparan Narina, dan melihat raut wajah Narina yang tidak bersahabat Sammy justru memilih untuk bungkam.

" gue nolak Lo karena nggak mau persahabatan kita hancur!!!! gue murni anggap Lo sebagai sahabat gue, nggak lebih!!! bukan karena Dikta atau siapapun!!! " tegas Narina

" jangan memaksa seseorang untuk melawan dirinya sendiri karena gue nggak sekuat itu, dan gue nggak semampu itu, Jo!! " lanjutnya mata Narina sudah berkaca-kaca tapi dia tahan agar tidak tumpah.

" Nar, gue- "

" cukup Jo! mendingan sekarang kalian pulang ini udah malam " setelah mengatakan itu Narina bergegas masuk kedalam rumah dan langsung menutup rapat pintu rumahnya.

Joko menatap gamang pintu besar yang sudah tertutup rapat, Sammy tidak bisa berbuat apa-apa dia menepuk pundak Joko lalu mengajaknya untuk pergi. Dengan langkah kaki gontai Joko keluar dari halaman rumah Narina, dia mengutuk mulutnya sendiri karena sudah mengatakan hal yang tidak-tidak tentang Narina.