Ini terjadi tepat disaat seluruh entitas dengan level tinggi berkumpul di ruang takhta di Great Castle of Darkness World.
Kekaisaran Nagrand, adalah sebuah negara yang dipimpin oleh seorang kaisar iblis. Kekaisaran Nagrand terletak di utara dari Black Continent, yang membuat negara itu sering terjadi musim dingin. Karena semakin ke utara, maka suhu semakin rendah.
Negara itu juga merupakan negara dengan wilayah terluas, namun hampir seluruh wilayahnya tertutupi oleh lebatnya salju karena suhu di Kekaisaran Nagrand cukup rendah. Pada awalnya, Kekaisaran Nagrand sangat rentan terhadap kelaparan serta kurangnya pakaian untuk musim dingin karena keterbatasan bahan baku.
Tetapi, beberapa bawahan Alice berkunjung ke negara itu demi membantu masalah internal seperti pangan serta sandang. Alice juga berhasil menciptakan sebuah tanaman pangan yang tahan terhadap musim dingin, sehingga tingkat kelaparan di Kekaisaran Nagrand menurun drastis.
Alice melakukan itu bukan demi kebaikan, tetapi dengan tujuan lain yaitu, Alice ingin memiliki banyak orang yang menyembah dirinya. Jika semakin banyak orang yang menganggap Alice sebagai Tuhan atau Dewi atau mungkin Dewa, maka atribut atau statistik Alice akan bertambah secara otomatis. Dan benar saja, penduduk Kekaisaran Nagrand menyembah Alice sebagai Dewi kehidupan serta Dewi penyelamat.
Sayangnya, masih terdapat beberapa agama lain yang menyembah Dewi atau Dewa lain selain Alice, tetapi mereka yang ketahuan melakukan perbuatan itu, akan langsung terkena sanksi sosial. Pengikut yang fanatik juga telah menyebar di berbagai tempat, jadi tidak heran jika tingkat toleransi sangat rendah.
Jam telah menunjukkan pukul tujuh pagi, yang menandakan bahwa siapa pun harus bersiap-siap untuk melakukan aktivitas sehari-hari, baik tua atau muda. Hal ini juga tidak berlaku bagi manusia saja, tetapi berlaku juga bagi Ras Iblis yang tinggal di Kekaisaran Nagrand.
Bisa dikatakan jika Ras Iblis yang terdapat di Kekaisaran Nagrand – tidak, lebih tepatnya di Darkness World memiliki kehidupan yang cukup mirip dengan manusia. Bahkan, mereka juga memiliki ritual yang sama, yaitu sebuah ritual kedewasaan. Ritual itu bertujuan untuk menilai apakah seseorang telah dewasa atau belum.
Seorang anak berusia sekitar 14 tahun, mulai bangun tempat tidurnya. Ia memiliki penampilan kulit pucat, telinga lancip, serta rambut berwarna ungu. Anak itu memiliki nama Ryuga.
Ryuga membuka matanya secara perlahan, dilanjutkan mengisi paru-paru miliknya dengan udara dingin serta segar saat pagi hari. Kemudian, Ryuga mengangkat sedikit badannya hingga posisi tubuhnya menjadi posisi duduk.
"Huuuftttt Hahhh..."
Ryuga mulai meregangkan beberapa anggota tubuhnya yang kaku karena tidak digerakkan dalam jangka waktu tertentu. Hal ini cukup wajar mengingat ketika tidur, terlebih lagi jika salah posisi maka akan ada beberapa bagian tubuh yang kaku.
Beberapa bagian tubuh Ryuga yang kaku juga sedikit mengeluarkan bunyi ketika diregangkan.
"Saatnya beraktivitas!"
Ryuga melompat keluar dari tempat tidurnya, Ia lalu merapikan tempat tidurnya selama beberapa menit. Termasuk merapikan posisi bantal, serta melipat selimut. Pakaian Ryuga saat ini bukan piyama, melainkan sebuah pakaian tebal untuk menghangatkan diri di tengah musim salju yang ekstrim.
Ryuga berjalan pelan menuju ruang dapur, letak ruang dapur dan kamar cukup dekat, sehingga tidak membutuhkan waktu lama hingga mencapai ke dapur. Ryuga hidup sebatang kara, karena orang tuanya meninggal ketika bertempur di medan perang.
Walau begitu, Ryuga selalu mengingat rutinitas spiritual yang sering Ia lakukan bersama orangtuanya, yaitu dengan melakukan ritual penyembahan di sebuah ruangan khusus yang terletak di dalam rumahnya. Setelah sampai di dapur, Ryuga segera mengambil beberapa bahan makanan untuk dimasak sebagai sarapannya.
Ryuga mulai memasak dengan menghidupkan sebuah kompor. Berbeda dengan lokasi lainnya, kompor di Kekaisaran Nagrand menggunakan api yang dihasilkan oleh sebuah batu sihir. Penggunaan batu sihir bertujuan agar lebih efisien, serta mempermudah seseorang yang tidak bisa menggunakan sihir untuk memasak.
Batu sihir umumnya dijumpai di tempat yang acak, bisa di dalam sebuah gua atau tempat lainnya.
Ryuga juga tidak lupa memotong daging hewan bernama Vacca.
Vacca adalah seekor hewan dengan bentuk tubuh mirip dengan sapi, tetapi memiliki tanduk seperti banteng, serta memiliki kaki dengan cakar dan cengkraman yang kuat bagaikan harimau. Vacca adalah sebuah hewan ternak yang sering dijumpai di Darkness World. Untuk membudidayakan Vacca, diperlukan beberapa metode khusus agar tidak berbahaya, karena Vacca bisa sangat agresif.
Terkadang, Vacca juga bisa membunuh seseorang yang tak berhati-hati.
Setelah memotong daging vacca, Ryuga juga memotong beberapa sayuran lainnya seperti daucus dan solanum. Daucus adalah sayuran yang sangat mirip seperti wortel, hanya saja warnanya lebih kuning seperti kulit bagian luar pisang. Sementara itu, solanum merupakan sebutan kentang di Darkness World.
Ryuga memasukkan seluruh bahan yang telah Ia potong ke dalam panci, serta menambahkan beberapa bumbu dan rempah lalu mengaduknya.
"Di pagi yang dingin memang lebih cocok untuk sarapan sup,"
Ryuga menghirup aroma dari sup yang Ia buat, namun ketika menghembuskan nafasnya, Ryuga mengeluarkan asap berwarna putih. Hal itu wajar, karena disebabkan oleh cuaca yang sangat dingin.
Setelah semua bumbu, rempah dan bahan-bahan tercampur rata, Ryuga mengambil sebuah mangkuk, lalu menuangkan sup tersebut ke dalam mangkuk yang Ia ambil. Tentu saja, Ryuga tidak lupa untuk menutup panci yang berisi sup itu untuk makan siang nantinya. Walaupun kondisi pangan di Kekaisaran Nagrand telah stabil, berkat bantuan dari Great Castle of Darkness World, akan tetapi penghematan tetap perlu dilakukan.
Terlebih lagi, Ryuga hidup sebatang kara yang membuat dirinya cukup sulit untuk mendapatkan penghasilan, tetapi dia mendapatkan pembiayaan khusus dari pihak Kuil Artemian yang membuat keuangannya cukup stabil walaupun harus hidup sederhana serta berhemat.
Ryuga berjalan ke meja makan, Ia lalu duduk di sebuah kursi dekat meja makan.
"Selamat makan!"
Ryuga memakan sup itu dengan lahap serta cukup cepat, karena dia sudah cukup lapar ditambah lagi Ryuga harus berangkat ke sekolah.
Setelah selesai sarapan, Ryuga berjalan menuju wastafel sembari membawa mangkuk yang Ia gunakan untuk memakan sup sebelumnya, dilanjutkan dengan mencuci mangkuk itu.
Singkatnya, setelah sarapan, Ryuga merebus air, lalu menggunakan air yang telah direbus untuk mandi. Air panas sangat diperlukan untuk mandi ketika sedang terjadi musim salju ataupun musim dingin.
Ryuga juga menyempatkan diri ke sebuah ruangan khusus spiritual di dalam rumahnya, Ia berdoa memohon perlindungan serta keselamatan kepada Dewi Alice Vasilissa.
Ryuga tepat berdoa di depan patung Alice dengan ukuran cukup besar.
"Ya Dewi Alice Vasilissa, Hamba hanya berserah kepada-Mu saja, tolong berikan perlindungan serta keselamatan kepada Hamba,"
Tentu saja, tidak ada yang menjawab doa Ryuga secara langsung. Karena Dewa atau Dewi apa pun tidak akan menjawab hambanya secara langsung.
Ryuga kemudian memberikan persembahan berupa beberapa buah-buahan yang Ia rangkai dalam sebuah wadah. Bisa dikatakan wadah itu adalah sesajen.
Ia meletakkannya tepat di dekat dari kaki patung Alice.
Beberapa saat telah berlalu, Ryuga saat ini telah memakai seragam sekolah. Sama seperti manusia, Ras Iblis di Darkness World – lebih tepatnya di Black Continent memakai seragam ketika bersekolah.
Seragam sekolah milik Ryuga sangat mirip dengan setelan jas berwarna putih, tetapi dengan dasi berwarna ungu, serta celana panjang berwarna putih juga. Tidak hanya di Kekaisaran Nagrand, hampir seluruh sekolah di Black Continent memiliki seragam dengan dominan warna putih.
Hal itu dimaksudkan sebagai perwujudan kesetiaan terhadap Dewi atau Dewa Alice. Beberapa saksi mata mengatakan jika mereka melihat Alice dengan wujud siluet berwarna putih. Kemungkinan besar, mereka hanya melihat siluet dari rambut panjang milik Alice yang berwarna putih
Namun hal yang sebenarnya terjadi adalah, Alice menggunakan sebuah sihir atau skill khusus sehingga Ia bisa mengubah wujudnya seperti kilat ataupun siluet agar wajahnya tidak dilihat penduduk lokal. Alice melakukan itu dengan tujuan agar pengikutnya tidak berkurang, semakin banyak yang menyembah atau mengikuti Alice, maka statistiknya akan terus bertambah.
Kembali ke Ryuga...
Setelah semuanya siap, Ryuga berjalan ke arah pintu utama rumah miliknya, lalu setelah berada di luar, Ia langsung menguncinya dengan tujuan keamanan.
Walaupun tingkat kriminalitas rendah, pencegahan tetap perlu bukan?
Rumah Ryuga terletak di sebuah bukit yang cukup jauh dari perkotaan, jadi tidak heran jika suhunya sangat dingin. Ryuga berjalan tepat di sebuah padang rumput yang tertutupi oleh salju.
Ryuga juga tidak lupa untuk selalu berhati-hati terhadap longsoran salju yang siap menerjang dirinya kapan saja.
Di sebelah kiri, terdapat sebuah tebing yang cukup dalam, serta di sebelah kanan Ryuga terdapat sebuah tebing yang sangat tinggi. Jika seseorang melihat ke arah kiri, maka mereka akan dipastikan merasa takjub karena keindahan pemandangan di bukit itu.
Karena di sebelah kiri terdapat pemandangan beberapa sungai bercabang, serta sebuah kota yang tertutupi pagar cukup tinggi.
Bukit itu memiliki nama Rebellion Hill.
Tidak yang tahu mengapa bukit itu dinamakan Rebellion Hill termasuk penduduk sekitar, bahkan Alice sendiri tidak tahu dan tidak peduli terhadap nama sebuah tempat.
Sembari berjalan, Ryuga selalu melihat ke arah kiri karena pemandangan yang sangat indah, bahkan jika seseorang baru pertama kali melihatnya, mereka mungkin tidak akan mengedipkan mata.
Tidak lupa juga, Ryuga melirik sisi kanannya karena longsoran salju umumnya terjadi dari tempat tinggi ke tempat rendah, sedangkan di sisi kanan Ryuga terdapat tebing yang cukup tinggi.
Tetapi disaat berjalan, Ryuga merasakan seperti menginjak sebuah benda keras – lebih tepatnya seperti menginjak batu.
"Ehh apa ini?"
Ryuga bertanya-tanya di dalam pikirannya.
Apakah yang Ia injak?
Bukankah salju di sini cukup tebal? Sehingga tidak mungkin benda sekeras batu akan terinjak.
Karena penasaran, Ryuga kemudian sedikit menggali salju menggunakan kedua tangannya. Tentu saja, Ryuga tidak lupa memakai sarung tangan tebal agar tangannya terasa lebih hangat.
Setelah kedua tangannya merasa memegang bongkahan batu itu, Ryuga lalu mengangkatnya. Batu itu memiliki warna abu-abu, sama seperti batu pada umumnya, tetapi terdapat sebuah tulisan di dalam bahasa dari Kekaisaran Nagrand. Akan tetapi, Ryuga sama sekali tidak mengerti arti dari tulisan itu.
"Tabula Spatium?"
"Hah?? Apa ini??"
Setelah berpikir beberapa saat, Ryuga memutuskan bahwa batu itu hanya membuang waktunya saja. Ia lebih baik harus bergegas berangkat ke sekolah.
"Buang-buang waktuku saja,"
Ryuga kemudian memutuskan untuk melempar bongkahan batu yang memiliki judul "Tabula Spatium" Serta beberapa tulisan dengan arti yang sangat sulit dipahami.
Bongkahan batu itu memiliki bentuk tablet, atau persegi.
Ryuga melempar "Tabula Spatium" ke arah kiri, atau ke arah jurang.
"Ah biarlah, saatnya bergegas ke sekolah!"
Dengan penuh semangat, Ryuga bergegas kembali ke sekolah.
Jarak dari rumah Ryuga menuju ke sekolah bisa dibilang cukup jauh. Karena Ia harus menuruni bukit lalu pergi ke perkotaan. Tepat, lokasi sekolah Ryuga berada di kota yang dapat dilihat dari bukit tempat tinggalnya.
Setelah berjalan cukup lama, kini Ryuga telah sampai di perkotaan. Agar semakin cepat sampai ke sekolah, Ryuga memutuskan untuk melewati jalan tikus, serta lorong-lorong sempit. Kota itu memiliki nama Kota Tycus.
Kota Tycus ditutupi salju cukup tebal, sehingga di jalan utama masyarakat saling bahu-membahu membersihkan salju untuk mempermudah aktivitas sehari-hari.
Setelah cukup lama berjalan di lorong, Ryuga kembali ke jalan utama yang sudah cukup bersih dari salju. Mungkin saja, jalan itu sudah dibersihkan beberapa jam sebelum Ryuga tiba. Tetapi, terlihat keramaian di sisi kanan jalan, hal itu membuat Ryuga penasaran tentang apa yang terjadi.
"Kenapa ada keramaian di pagi-pagi seperti ini?"
"Mungkin Aku bisa mengeceknya,"
Di tengah keramaian itu, terlihat beberapa orang mengerumuni seorang pria yang sudah terbaring lemas dengan penuh luka memar di seluruh tubuhnya.
Pada awalnya pria itu berdoa kepada Dewi Belial, namun Ia tidak sengaja berbicara cukup keras sehingga terdengar oleh masyarakat sekitar. Umumnya, masyarakat sekitar hanya menganggap Alice Vasilissa sebagai Dewinya, sehingga jika ada orang yang menyembah selain kepada Alice, maka orang itu bisa dipaksa bertobat atau dihakimi secara sepihak.
Masyarakat lokal menganggap jika seseorang tidak menyembah Alice, itu sama saja seperti parasit serta pengkhianatan karena Alice – lebih tepatnya Great Castle of Darkness World telah menjamin ketersediaan pangan di Kekaisaran Nagrand.
Bahkan pernah terjadi kasus dimana seorang wanita yang ketahuan menyembah Dewa atau Dewi selain Alice dihukum dengan sangat kejam. Wanita itu bahkan dipaksa berhubungan badan hingga mati oleh penduduk sekitar. Lebih parahnya lagi, Istri dari pria pelaku yang menyetubuhi wanita itu tidak melarang suaminya untuk berhubungan badan seorang "parasit" yang pantas untuk mati.
Tetapi jika masyarakat lokal saling berinteraksi satu sama lain, mereka sangat ramah. Bahkan mereka juga tidak sungkan mengundang orang asing datang ke rumah mereka untuk makan siang atau malam bersama, jika orang asing itu menyembah Alice juga.
Jika tidak, maka mereka tidak segan untuk menghakiminya serta memaksanya untuk bertobat.
Ryuga saat ini berusaha menyelinap di antara kerumunan warga untuk melihat apa yang terjadi. Setelah mendapatkan posisi di depan, Ryuga melihat seorang pria yang tergeletak lemas dengan penuh luka memar. Karena terkejut, Ryuga hingga menutup mulutnya serta ekspresinya berubah menjadi cukup ketakutan.
Apa yang terjadi?
Kenapa orang itu dihajar hingga begitu?
Karena rasa penasaran yang sangat tinggi, Ryuga kemudian bertanya kepada seorang pria dengan tubuh kekar.
"Permisi.... Kalau boleh tau, ada apa dengan orang itu?" Ryuga bertanya sembari menunjuk orang yang terbaring lemas dengan penuh luka.
"Hmmm? Orang itu?" Pria kekar itu bertanya kembali kepada Ryuga.
"Iya benar," Ryuga mengiyakan.
"Dia ketahuan menyembah Belial, jadi kami hanya memintanya untuk bertobat, tetapi dia menolaknya,"
"Bertobat?"
"Benar,"
"Mereka memukuli pria itu hanya karena mereka tidak menyembah Dewi Alice?"
"Sial! Aku tidak ingin tahu lebih lanjut, lebih baik Aku pergi ke sekolah!"
Ryuga berbicara di dalam dirinya sendiri, lalu Ia segera keluar dari kerumunan serta pergi ke sekolah.
Sementara itu, terlihat seorang kakek membawa dua buah tali cukup panjang.
"Hey Aku membawa tali panjang!"
"Bagus!"
"Terimakasih, Kakek"
Beberapa masyarakat yang melihat kakek itu membawa tali seketika terlihat cukup bahagia.
"Baiklah bawa orang itu!"
"Baik!"
Dengan penuh semangat, penduduk lokal menggendong pria yang menyembah Dewi Belial untuk dibawa ke sebuah padang rumput yang tertutup salju. Tepat di luar dari Kota Tycus.
Singkatnya, para penduduk menggunakan kedua tali itu untuk mengikat bagian dada serta perut pria yang sudah tergeletak sebelumnya.
Beberapa Penyihir Api kemudian membakar pria itu hidup-hidup, tetapi dengan nyala api cukup kecil sehingga proses kematian bisa diperlambat. Teriakan serta jeritan dari pria yang dibakar itu terdengar cukup keras karena rasa sakit akibat terbakar yang hebat.
Tidak lupa juga, dua kelompok pria berotot menarik kedua tubuh pria yang terbakar itu dari kedua sisi yang berlawanan. Perlahan namun pasti, tubuh pria itu mulai terbelah sedikit demi sedikit seperti sebuah adonan yang ditarik dari kedua sisi.
Teriakan serta jeritan pria itu semakin keras, hingga akhirnya berhenti setelah tubuh pria itu terbelah menjadi dua bagian serta terbakar nyala api.
Hal itu tentu saja menggambarkan tingkat toleransi yang rendah jika seseorang tidak menyembah Alice sebagai Dewi atau Dewa mereka.
∆∆∆∆∆∆∆
Kembali ke ruang takhta di Great Castle of Darkness World.
Alice saat ini duduk di singgasana sembari memancarkan aura sebagai penguasa absolut. Tentu saja, bawahannya juga berlutut dengan tangan kanan menyilang di dada serta menunduk ke bawah.
Penghormatan kepada Sang Pencipta, serta majikan merupakan sebuah kewajiban atau keharusan.
Jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka juga memiliki sebuah prinsip, melayani Alice adalah segalanya, serta loyalitas yang sangat tinggi adalah kewajiban.
Saat ini, Alice berniat untuk memberikan hadiah kepada bawahannya, karena berhasil melawan Great Angel saat di Dunia Alpha.
"Aeter Canopus,"
"Ya!"
Aeter Canopus langsung berdiri, Ia lalu berjalan beberapa langkah ke depan, tepat di samping Arina. Dilanjutkan dengan kembali berlutut seperti posisi sebelumnya.
"Angkat kepalamu, apa yang Kau inginkan?"
"Karena ini permintaan dari Yang Mulia sendiri, Aku hanya ingin sebuah peralatan baru dengan tipe defense,"
"Baiklah, permintaanmu akan kukabulkan,"
"Dari lubuh hati Saya yang terdalam, Saya ucapkan terimakasih banyak,"
"Baiklah,"
Walaupun Alice mengiyakan permintaan Aeter, tetapi Ia sedikit heran, kenapa Aeter masih menginginkan peralatan dengan tipe defense?
Tidak lupa juga, Alice selalu menatap seluruh bawahannya dengan tatapan sangat dingin, hal itu bertujuan agar Alice lebih terlihat sebagai penguasa absolut. Walaupun sebenarnya bawahan Alice tidak mempermasalahkan sikap Alice, bagi mereka Alice tetaplah penguasa absolut.
"Selanjutnya, Eques Arcturus,"
"Ya!"
Singkatnya, prosesi pemberian hadiah telah selesai. Seluruh Eptagram Guardian kembali ke posisinya semula, kecuali Arina.
Arina berdiri di sebelah kanan dari singgasana Alice, hal itu dilakukan dengan tujuan untuk membantu Alice dalam membacakan laporan serta membantu dalam beberapa hal lainnya.
"Baiklah, Aku ingin mendengar laporan keuangan serta laporan tentang Darkness World, baik dari Nagrand Empire, Ferazure Kingdom, Vashj'ir Kingdom, serta United of West Nation,"
Seorang gadis kecil dengan rambut pirang bangkit berdiri sembari membawa sebuah gulungan, Ia adalah Karen.
Disaat para Eptagram serta Alice melawan Alpha Genesis, Karen merupakan orang yang bertanggungjawab untuk mengurus segala hal di Darkness World. Hal itu karena Karen merupakan seorang Floor Guardian atau penjaga lantai delapan.
Sedangkan penjaga lantai sembilan serta sepuluh sedang hibernasi, dan hanya bangun ketika keadaan darurat. Hal itu diperlukan, karena kekuatan mereka yang sangat besar.
Karen berjalan ke arah Arina, lalu menyerahkan gulungan tersebut dengan sedikit menunduk. Karen juga menaruh rasa hormat yang cukup tinggi kepada Arina, karena Ia merupakan atasan Karen sekaligus tangan kanan Alice, seorang pencipta yang sudah Ia anggap seperti seorang Ibu.
Tetapi rasa hormat itu tidak sampai dititik hingga berlutut, karena posisi berlutut hanya pantas ditujukan untuk Alice saja. Begitu pun dengan entitas lainnya, mereka memiliki pemikiran tentang rasa hormat yang sama seperti Karen.
Setelah memberikan gulungan tersebut kepada Arina, Arina menerima gulungan itu sembari tersenyum tipis. Lalu Karen kembali berjalan menuju tempat sebelumnya, serta kembali berlutut
Arina kemudian mulai menjelaskan tentang laporan yang diberikan oleh Karen.
"Ya, menurut laporan dari Karen sebagai pengurus Darkness World ketika kita melakukan Perang Besar..."
"Nagrand Empire sedang dalam kondisi stabil, baik dari segi ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan serta bidang spiritual,"
"Tetapi terdapat beberapa laporan tentang penduduk yang bertindak kejam terhadap orang yang menyembah selain Dewi Alice Vasilissa, jadi bagaimana menurut Yang Mulia?" Arina bertanya kepada Alice.
"Hmmmm... Seharusnya mereka tidak perlu sampai bertindak sejauh itu, terlebih lagi itu bertentangan dengan tujuan memurnikan serta membentuk dunia ideal," Alice menjelaskan pendapatnya.
"Akan tetapi, Aku tidak bisa menyalahkan mereka, Aku sudah menyuruh seluruh Uskup Agung untuk mendoktrin agar memiliki loyalitas sangat tinggi kepadaku, jadi biarkan saja, mungkin itu bisa dianggap seleksi alam,"
"Baik, Saya mengerti,"
"Apakah Saya perlu membaca lebih detail lagi tentang rincian laporannya?"
"Tidak perlu, Kau bisa menyalinnya lalu mengirimkan salinannya ke meja kerjaku,"
"Saya mengerti,"
"Apakah dari laporan itu ada sesuatu yang genting?"
"Tapi Aku menemukan beberapa hal yang menarik, apakah Yang Mulia berkenan mendengarnya,"
"Baiklah, Aku mendengarkan,"
"Ferazure Kingdom yang berada di Selatan terbagi menjadi dua faksi, yang berpotensi menjadi perang saudara,"
"Hoooo.... Dua faksi? Menarik-narik, apa saja itu?"
"Faksi antara Pangeran Pertama, serta Pangeran kedua yang didukung oleh Putri ketiga,"
"Ahh... Pertikaian antar keluarga, sudah lama Aku tidak mendengarnya lagi, ngomong-ngomong di mana orang tua itu, apakah sudah mati?"
"Ya, Raja Ladeus telah meninggal saat kita berperang,"
"Ah Aku tidak menyangka dia meninggal secepat ini, selanjutnya apakah ada laporan yang menarik?"
"Sepertinya tidak ada, tapi yang pasti pengikut Yang Mulia terus meningkat sepanjang waktu,"
"Hooo berita bagus,"
Alice dan Arina hanya berbicara berdua di ruang takhta, sementara bawahan Alice yang lainnya hanya terfokus mendengarkan perkataan dari Alice. Mereka menganggap bahwa perkataan dari Alice akan sangat penting serta berguna suatu saat nanti.
"Baiklah, Aku ingin mendengar tentang laporan keuangan,"
"Ya, menurut laporan dari Karen serta Bendahara yang menjaga ruang harta Great Castle of Darkness World, kita memiliki cadangan sekitar lima milyar koin platinum, 700 juta koin emas, 100 juta koin perak,"
"Hmmm... Jadi tersisa segitu,"
Setelah mendengarkan laporan keuangan yang dibacakan Arina, membuat Alice berpikir ulang, apakah perlu menambah pemasukan lagi?
Apakah itu benar-benar cukup untuk modal menguasai dunia?
Terlebih lagi, Alice terus memproduksi Undead tingkat tinggi dengan biaya jutaan untuk satu undead tingkat tinggi. Alice juga bertekad untuk melindungi Great Castle or Darkness World dari ancaman apa pun.
Great Castle of Darkness World juga merupakan rumah Alice beserta seluruh bawahannya yang diciptakan sendiri oleh Alice. Terkadang, Alice menganggap bawahannya seperti seorang Anak yang telah Alice rawat selama ini.
Alice berpikir keras apakah Ia akan memfokuskan untuk mengumpulkan dana atau bersiap menguasai sebuah dunia yang pernah Ia kunjungi sebelumnya. Terlebih lagi, Alice telah mengirim beberapa undead untuk tujuan sedikit mencari informasi.
"Sepertinya akan kurang,"
"Arina, bagaimana kondisi tambang platinum, emas, serta perak?"
"Seluruh tambang yang telah dikuasai kini hanya menyisakan sedikit cadangan sumber daya, terlebih lagi kita sudah berhasil mengganti mata uang seluruh penduduk lokal,"
"Hooo.... Rencana itu juga sudah berhasil,"
"Iya benar, apakah kita harus menyelidiki lebih dalam lagi untuk mencari tambang?"
"Baiklah, Aku ingin Divisi Tiger, serta Divisi Panther untuk mengeksplorasi ulang Darkness World," Alice memberikan perintah dengan suara cukup keras.
"Ya!" Beberapa bawahan Alice yang termasuk ke dalam Divisi Panther serta Tiger menjawab perintah Alice dengan nada tegas.
Divisi Tiger merupakan Divisi Kedua milik Great Castle of Darkness World. Divisi Tiger diketuai oleh Eques Arcturus, salah satu dari Eptagram Guardian.
Divisi Tiger juga merupakan salah satu kekuatan tempur utama Great Castle of Darkness World, beserta tiga divisi lainnya. Divisi Tiger memiliki anggota sekitar 600.000 unit, yang terdiri dari Undead serta entitas berlevel cukup tinggi.
Sementara itu, Divisi Panther merupakan salah satu divisi yang mengandalkan kecepatan, hal itu disebabkan oleh seluruh anggotanya yang memiliki skill khusus untuk menambah kecepatan. Divisi Panther sangat sering digunakan sebagai serangan kejutan, atau bala bantuan ketika keadaan terdesak.
Divisi Panther diketuai oleh Floor Guardian lantai enam.
"Ah iya satu lagi,"
Alice mengeluarkan sihirnya, lalu membakar seluruh bendera yang merupakan lambang Great Castle of Darkness World. Alice membakar seluruh bendera yang terdapat di ruang takhta dengan api berwarna hitam.
Seluruh bawahan Alice seketika terkejut dengan hal yang telah dilakukan Alice, yaitu membakar seluruh bendera.
"Aku mengubah nama Great Castle of Darkness World menjadi Great Castle Azaroth!" Alice berbicara dengan suara tegas.
"Jika ada yang merasa keberatan, berbicaralah!"
Alice menatap seluruh bawahannya, dengan mata merah menyala.
Karena tidak ada jawaban, menginstruksikan bahwa seluruh bawahan Alice tidak keberatan dengan pengubahan nama kastil.
Arina yang berada di samping Alice, langsung berlutut serta mulai berbicara untuk mewakilkan seluruh bawahan Alice.
"Kami dari seluruh Eptagram Guardian, Floor Guardian, Area Guardian, Maid, beserta Undead tidak keberatan dengan pengubahan nama yang dilakukan Yang Mulia Alice Vasilissa,"
"Baiklah,"
∆∆∆∆∆∆∆
Disaat yang bersamaan, Ryuga telah sampai di sekolahnya. Terlihat banyak murid dari Ras Iblis sedang berinteraksi satu sama lain dengan berbicara layaknya manusia.
Ryuga duduk di sebuah kursi dekat jendela di ruang kelas sendirian, pikiran Ryuga masih dipenuhi oleh ketakutan terhadap apa yang Ia lihat sebelumnya. Beruntungnya, Ryuga tidak melihat prosesi kematian pria yang tidak menyembah Alice itu, jika saja Ia melihatnya, mungkin Ryuga sudah depresi serta ketakutan.
Hal ini dapat dikatakan wajar karena pemikiran Ryuga yang belum dewasa, serta Ryuga masih berusia sekolah.
"Kenapa mereka sangat kejam? Bukankah Dewi Alice mengajarkan untuk berbuat baik?"
"Apakah mereka tidak takut berdosa?"
Ryuga terus memikirkan hal itu sebelum pelajaran dimulai.
∆∆∆∆∆∆∆
Sementara itu, tiba-tiba sebuah gerbang muncul di Rebellion Hill. Serta Tabula Spatium yang dilempar oleh Ryuga juga telah hancur.
Tabula Spatium itu adalah sebuah tablet yang merupakan kunci untuk membuka gerbang antara Darkness World dengan dunia lainnya.
Sebuah Gerbang dengan ukuran cukup besar terbuka di Rebellion Hill, tetapi tidak seorang pun menyadari adanya gerbang tersebut. Hal ini disebabkan karena gerbang itu terletak cukup jauh dari pemukiman warga.
Sementara itu – lebih tepatnya di sisi lain dari gerbang, banyak pasukan monster beserta undead telah bersiap siaga untuk melancarkan serangan invasi ke Darkness World.
∆∆∆∆∆∆∆
Beberapa saat setelah gerbang terbuka yang diakibatkan hancurnya salah satu Tabula Spatium....
Di sebuah ruangan gelap, terdapat sepuluh siluet orang yang sedang melakukan diskusi serta berkumpul di satu meja.
"Apakah kita mendapatkan informasi tentang sisi lain dari gerbang itu?"
"Sisi lain itu adalah dunia yang bernama Darkness World, menurut data Darkness World memiliki Dewi yang bernama Alice Vasilissa,"
"Alice Vasilissa? Aku tidak pernah mendengarnya,"
"Siapa dia?"
"Tidak diketahui, tim pengintai hanya menemukan banyak orang menyembah seseorang yang bernama Alice Vasilissa,"
"Apakah dia kuat?"
"Dilihat dari banyaknya pengikut, sepertinya dia kuat, tetapi tidak ada kisah yang mengatakan bahwa Ia pernah terlibat pertarungan,"
"Bagaimana tentang sumber daya di sana?"
"Kami menemukan energi kegelapan baru yang sangat murni di sana dengan jumlah melimpah,"
"Hooo... Bukankah itu berita bagus? Dengan itu kita bisa menguasai dunia ini beserta Darkness World,"
"Tentu saja itu berita bagus!"
"Dengan energi itu, Aku yakin kekuatan kita akan bertambah berkali-kali lipat, serta kita akan bisa menundukkan seluruh kerajaan manusia atau bahkan elf,"
"Elf kah? Aku bahkan sangat yakin kita bisa mengalahkan kekaisaran sialan itu,"
"Ah kekaisaran itu ya?"
"Benar,"
"Yang Mulia, tolong tentukan keputusan Anda!"
"Kita tidak boleh terlalu gegabah di Darkness World, kita belum mengetahui banyak hal tentang dunia itu, Aku akan membentuk tim ekspedisi untuk invasi ke sana, tetapi kita tidak mengerahkan kekuatan penuh,"
"Kenapa?"
"Bukankah ini kesempatan langka?"
"Tidak, Aku akan menunjuk dua orang dari kalian sebagai ketua dan wakil ketua dari tim ekspedisi,"
"Baiklah Saya mengerti,"
"Baiklah Yang Mulia,"
=== Catatan Author ===
Haloo, bertemu lagi dengan Fallen Tear, author dari Alice the evil.
Menurut kalian bagaimana chapter 7 ini?, Karena ini adalah arc cannon atau utama, jadi tiap chapter akan dibikin cukup panjang.
Oh iya, terimakasih sebelumnya yang telah membaca hingga saat ini serta yang sudah mendukung author Alice the Evil.
Jangan lupa dukung authornya ya! Komen atau pendapat kalian juga sangat berharga kok
Terimakasih ^^