Wina yang sudah tidak tahan mendengar ocehan Mr Salzburg langsung menarik kerah baju dari pria tersebut dengan sangat kuat. "Aku bersumpah akan mengirimkan dirimu ke neraka dengan cara paling menyakitkan yang pernaha ada di muka bumi ini!" ucapnya penuh penekanan.
"Hahaha ... pintar mengoceh ya rupanya kau sekarang. Astaga, kau tidak menyadari meskipun kau sudah belajar banyak dariku, kau itu hanyalah bayi kecil yang terlalu keras kepala. Ingat kau itu hanyalah seorang anak yang baru memasuki usia remaja, kau itu bukan siapa-siapa tanpa kehadiranku. Hanya akulah yang bisa mengontrol dirimu dan membuat kehadiranmu diakui oleh orang lain." Mr Salzburg menatap tajam ke arah remaja laki-laki tersebut. Pria itu bisa merasakan kebencian yang begitu luar biasa terlihat menguar dari tubuh anak laki-lakinya tersebut.
"CUKUP! BERHENTI BERBICARA DI DEPANKU!" teriak Wina yang sudah tak tahan lagi. Emosinya kini sudah berada di puncak teratas.
"Aku tidak pernah memberitahu soal kematian wanita itu, padamu karena aku ingin kau fokus dengan kehidupanmu yang sekarang. Lagi pula sudah tiga tahun, wanita itu meninggal kau tidak perlu repot-repot kembali untuk hanya sekadar bertanya soal kapan kematian wanita itu. Lupakan dia, dan kembalilah menjalani hidupmu seperti biasanya," ucap Mr Salzburg dengan entengnya. Tampaknya pria itu benar-benar tidak memahami apa itu arti dari sebuah perasaan.
Mendengar ucapan tersebut keluar langsung dari mulut ayahnya, Wina terdiam sebentar dan dia terlihat seperti berusaha untuk menyadarkan dirinya sendiri dari kenyataan pahit yang ia alami saat ini.
"Kau tidak bisa menerima kenyataannya?" tanya Mr Salzburg kembali dengan entengnya. Pria ini benar-benar merupakan sosok jelmaan iblis dari neraka. Benar-benar tidak memiliki hati sama sekali.
"Hahaha ... yah kau benar ... dan kau memang selalu benar. Kau itu seperti menjadi tuhan dalam kehidupan orang yang lemah. Kau benar-benar bangsat, aku ... aku sangat ingin membunuhmu sekarang ... hahahaha ...." Wina benar-benar menjadi lepas kendali. Segala emosi yang ia bendung selama ini keluar semuanya dan langsung menghancurkan akal sehatnya saat ini.
Mr Salzburg menatap datar ke arah Wina. "Kalau benar-benar sangat lemah," kata pria tersebut dengan datar.
"DIAM!" seru Wina dengan suara nyaring. Remaja laki-laki itu kemudian mengeluarkan pistolnya dari balik jasnya. Senjata api itu selalu ia simpan sekaligus ia sembunyikan dengan baik di sana.
DOR
Timah panas itu mengenai perut Mr Salzburg dan berhasil membuat pria tersebut jatuh tumbang.
"Lihat siapa yang lemah di sini? Kau hanya terkena satu kali tembakan dan langsung jatuh tidak berdaya seperti ini. Sementara aku, meskipun kau sudah pernah berkali-kali menembak anggota tubuhku, aku tidak pernah terlihat terjatuh dengan cara menyedihkan seperti dirimu saat ini." Wina mendekat ke arah Mr Salzburg kemudian mencengkeram kuat kerah baju pria tua tersebut lalu membantingnya dengan sekuat tenaga.
BUAK BUAK BUAK
Berkali-kali Wina menendang tubuh ayah kandungnya tersebut. Namun entah kenapa saat ia melakukan hal tersebut ada rasa benci yang kian menjadi dalam hatinya.
"Hahaha ... hahaha ... meskipun aku melakukan ini padamu dan membuatmu sampai mati pun, aku tidak akan pernah bisa menghilangkan rasa kebencian dalam hatiku yang terasa amat besar padamu. Kau pergilah ke neraka dan sesalilah dosa-dosamu di sana!" Wina semakin menggila dia menghempaskan kepala Mr Salzburg ke atas lantai lalu menginjaknya dengan sekuat tenaga.
"ANAK HARAM!" teriak Mr Salzburg penuh dengan kemarahan. Tampaknya pria itu memiliki tubuh yang sangat kuar, meskipun tubuhnya telah terluka parah dia masih bisa berteriak dengan sangat nyaring.
KRAK
Wina mematahkan leher Mr Salzburg dengan mudahnya dan ketika ia melakukan hal tersebut maka bisa dipastikan, bahwa pria tersebut telah meninggal. Terbukti, Mr Salzburg tidak kembali bergerak dan meninggal dengan mata terbuka terbelalak.
"Hahaha ... hanya segini kekuatanmu. Mati dengan sangat mudah, aku merasa hina menjadi anakmu. Sial ... sial ... hahahaha ...." Wina mengeluarkan pisau dari saku celananya lalu tanpa sadar mulai memotong-motong anggota tubuh ayahnya tersebut.
CRAT
Wina mencungkil bola mata Mr Salzburg kemudian dia berkata seperti ini pada dirinya sendiri, "Aku akan menyimpan bola mata ini, agar sebagai bukti bahwa kau akan selalu melihat segala perbuatan yang akan aku lakukan di masa depan kelak."
***
Setelah kematian ayahnya Wina pun memutuskan untuk lari dari rumahnya dan memilih untuk tinggal dengan salah satu anggota keluarga jauhnya. Dan selama tinggal di sana juga, Wina pun mulai mencari semua informasi yang berhubungan dengan keluarganya. Setelah terus mencari informasi tersebut, Wina mendapatkan fakta bahwa dirinya memiliki seorang adik tiri perempuan yang lahir dari perselingkuhan ibunya bersama dengan seorang pria konglomerat asal Malaysia. Dari sana jugalah, Wina mengetahui bahwa ibunya menjadi gila setelah perselingkuhannya diketahui oleh suaminya sendiri. Semenjak saat itu juga Mrs Oceania menjadi sangat terobsesi terhadap anak perempuan dan selalu berdelusi bahwa Wina merupakan gadis kecilnya.
TRAK
Seseorang menaruh cangkir coklat panas ke atas meja dengan sedikit hentakan.
"Berhenti melamun! Kalau kau memiliki masalah, kau bisa bicara padaku," kata Mr Tirol yang merupakan sepupu jauh Wina sekaligus menjadi orang yang menampung Wina di dalam rumahnya. Saat ini Mr Tirol jugalah yang menjadi wali untuk Wina, mengingat remaja itu masih berada di bawah umur.
Wina menoleh ke arah sepupu jauhnya tersebut, lalu menarik cangkir gelas yang diletakkan tidak jauh dari dirinya. Dengan perlahan, Wina pun menyesap coklat panas tersebut.
"Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan setelah semua ini terjadi. Setelah mengetahui banyak hal, rasanya aku ingin mati bunuh diri sekarang. Hidupku benar-benar berakhir sudah. Aku tidak memiliki arah tujuan yang jelas," keluh remaja laki-laki tersebut.
Mr Tirol menatap iba ke arah adik sepupunya jauhnya tersebut. Memang benar bahwa semua kejadian yang menimpa anak laki-laki malang itu benar-benar terasa berat, ditambah pula ia harus mengalami semua itu di usia yang sangat muda.
"Benar, aku tidak bisa bohong bahwa semua keluargamu itu gila. Sejujurnya baik Mr Tirol dan Mrs Oceania, keduanya sama-sama melakukan kesalahan fatal dan membuat hidupmu menjadi hancur berantakan. Tapi tetap saja aku tidak bisa melihatmu, hidup jauh lebih menderita lagi. Kau jangan sekali-kali mencoba berpikir untuk mati bunuh diri," ujar Mr Tirol pada adik sepupunya tersebut.
"Tidak ada tujuan ... aku tidak punya tujuan. Untuk apa aku harus bertahan hidup? Setelah kau membantuku untuk menutupi kasus kematian Ayahku dan mengajakku untuk tinggal bersamamu sampai satu tahun terakhir ini. Aku merasa tidak memiliki arah kehidupan yang jelas. Aku tidak bisa, membiarkan orang baik sepertimu terus menanggung kehidupan orang sepertiku," ucap Wina putus asa.