webnovel

Alexa's Dream And Love

Tentang perjuangan Alexa untuk meraih impian dan juga cintanya. Alexa terjebak diantara ambisi sang Papa yang merupakan pengusaha sukses sekaligus bos mafia yang ingin menjadikan Alexa sebagai pewaris tunggalnya. Di sisi lain, Alexa juga terjebak dalam rencana balas dendam Daniel Ayden. Daniel berusaha menghancurkan perusahaan papa Alexa dengan segala cara. Termasuk menggunakan Alexa sebagai alat untuk membalaskan dendamnya. Mampukah Alexa meraih impian dan juga cintanya tanpa harus memilih salah satu diantara kedua pilihan itu?. Hai semua!! Ini adalah Novel pertama saya. Tentang Romansa, perjuangan meraih impian yang sedikit di bumbui thriller. Semoga kalian suka dengan cerita saya. Mohon dukungannya, agar saya bisa terus bersemangat membuat karya yang bisa menghibur kalian semua. Jangan lupa vote, collection, review dan power stonenya, ya. Terima kasih banyak kepada kalian yang sudah support. Follow my Ig @feny032.

Fenie_Anjilina · perkotaan
Peringkat tidak cukup
264 Chs

Bab 49. Terbongkar: Pelaku Penyerangan Alexa

"Kamu pelakunya, Shella Harri! Kamu yang telah mencelakai aku! Kamu mendorongku dari tangga dan menyebabkan aku terluka parah." Alexa menunjuk ke arah Shella, kali ini ia tidak bisa lagi menyembunyikan kemarahannya.

Shella tertawa terbahak-bahak seperti manusia tanpa dosa, raut wajahnya tidak menunjukkan rasa bersalah sama sekali meskipun ia sudah mencelakai Alexa. Dasar gadis tidak berperikemanusiaan!

"Lalu ...? Kamu mau apa? melaporkanku ke kantor polisi? Atau ... kamu mau mengadukanku ke Papaku atau ke Papa kamu? Silahkan saja! Toh, kamu tidak punya bukti, siapa yang akan percaya kepada ucapanmu?!" tantang Shella tanpa rasa takut.

"Itu benar kalau aku tidak punya bukti, tapi bukan berati aku takut kepadamu. Kalau aku mau, aku bisa saja melaporkanmu ke kantor polisi. Aku bisa dengan mudah mencari semua bukti kejahatan yang telah kamu lakukan, tapi–"

"Tapi apa, hah?! Jelas kamu takut Alexa!" Shella mendelik, nada suaranya meninggi dan terselip sedikit rasa takut juga kekhawatiran.

"Aku tidak pernah takut kepadamu Shella!!" Alexa balik membentak Shella, keangkuhan Shella sudah benar-benar membuat Alexa hilang kesabaran.

"Kalau aku mau, aku bisa membalas semua perbuatanmu! Ingin rasanya aku mencekik lehermu sampai kau kehabisan napas, aku ingin sekali membuatmu merasakan semua sakit yang aku rasakan karena ulahmu! Tapi aku menahannya, aku membuang jauh-jauh semua keinginan balas dendamku karena 1 alasan."

Shella tersenyum meremehkan Alexa. "Jelaskan, apa alasanmu! Atau jangan-jangan kamu takut di cap sebagai seorang pembohong oleh kak Daniel, dan image mu sebagai gadis baik, jenius nan sempurna itu menghilang."

"Tidak," jawab Alexa singkat.

"Lalu ...? Apa alasanmu sebenarnya? Seorang Alexa Prayoga, sang pewaris tahta kerajaan bisnis Prayoga bisa menjadi orang yang sangat baik bak malaikat tak bersayap. Apa alasanmu tidak melaporkan semua kejahatan yang sudah aku perbuat ke kantor polisi?"

"1.000," jawab Alexa singkat tanpa ekspresi.

"Apa?" dahi Shella mengernyit.

"Ada 1.000 kepala keluarga yang sedang bekerja keras menggantungkan nasib mereka pada proyek pembangunan hotel di Bali demi keluarga, istri dan juga anak-anak mereka. Kalau aku melaporkanmu ke kantor polisi dan papamu menghentikan proyek ini, lalu bagaimana dengan nasib 1.000 pekerja itu? Bagaimana nantinya dengan nasib keluarga 1.000 pekerja itu?!"

"Lalu, apa urusanmu? Dan sejak kapan kamu peduli dengan pekerja rendahan seperti mereka? Aku kira, kamu tidak pernah mau ambil pusing dengan perusahaan papamu, lalu kenapa kamu begitu memperdulikan nasib pekerja rendahan macam mereka?" terlihat jelas keegoisan sifat Shella.

Alexa tertawa sinis. "Aku memang tidak peduli dengan perusahaan papaku! Karena sejak awal, aku tidak pernah tertarik untuk menjadi seorang pewaris tunggal! Yang aku perdulikan hanyalah nasib para pekerjaku, tidakkah kamu punya sedikit saja rasa simpati kepada mereka? Aku rela mengorbankan apa saja, termasuk diriku demi menyelamatkan ribuan perut dari ancaman kelaparan!"

"Ya ya ya, terserah kamu sajalah! Yang terpenting bagiku sekarang hanyalah memikirkan cara untuk merebut Daniel darimu, dan aku tidak akan pernah menyerah. Aku akan lakukan segala cara, termasuk melukaimu, memfitnahmu di depan Daniel atau papamu sekalian. Kita lihat saja Alexa," ancam Shella penuh percaya diri sambil mendorong bahu sebelah kiri Alexa dengan menggunakan jari telunjuknya.

Tanpa Alexa dan Shella sadari, pembicaraan mereka berdua telah didengarkan langsung oleh Daniel, Indra dan juga Harri dari luar.

Wajah Harri merah padam, lelaki berperawakan sedang itu merasa sangat malu sekaligus geram karena perbuatan putrinya yang telah berani mencelakai Alexa. Ekspresi ketiga lelaki itu berbeda-beda tapi mereka terlihat sama-sama terkejut.

Tiba-tiba saja kepala Alexa terasa sangat sakit, mungkin karena terlalu banyak pikiran atau stres. Mengingat kondisi Alexa yang belum sepenuhnya sembuh.

Tangan Alexa tiba-tiba mencengkeram lengan Shella karena jarak mereka berdiri memang sangat dekat, muka Alexa terlihat pucat. Shella langsung menepis tangan Alexa yang seketika membuat tubuh Alexa menjadi agak hilang keseimbangan, gadis itu kemudian berjongkok agar kepalanya tidak terlalu terasa pusing.

"Tolong aku, Shell. Kepalaku terasa sangat sakit dan pusing," pinta Alexa dengan suara yang terdengar lemah.

"Apa! Kamu pasti sedang berakting lagi, 'kan? Aku tidak akan pernah tertipu akal muslihatmu, Alexa. Jadi ... jangan pernah berharap aku akan menolongmu," ucap Shella tidak peduli.

"SHELLA!!" teriak Harri yang sudah tidak bisa lagi menahan kemarahannya.

Alexa dan Shella tersentak kaget dan meteka langsung menoleh ke arah Harri yang ternyata sudah berdiri tepat di belakang mereka, tidak hanya Harri. Daniel dan Indra pun mengikuti dari belakang, wajah kedua gadis itu pun terlihat pucat pasi melihat kedatangan Daniel, Harri dan Indra.

Shella terlihat takut, kepalanya tertunduk lesu, keringat dingin seketika mengucur dari dahinya. Sedangkan Alexa yang tadinya sedang berjongkok, ia langsung berdiri. Kedua gadis itu terlihat salah tingkah dan sesekali tampak saling memandang.

PLAKK!!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi putih mulus Shella. Sakit, itu sudah pasti sehingga membuat tangan Shella terus memegangi pipinya yang kini memerah dan terasa berdenyut.

"Ikut papa!!" Harri mencengkeram pergelangan tangan Shella kuat-kuat dan menariknya dengan kasar berjalan keluar dari kandang, tanpa perlawanan.

Kepala Alexa juga sedang tertunduk, ia tidak punya keberanian sama sekali untuk menatap wajah papanya, meskipun ia tidak melakukan kejahatan. Tapi ia sudah berbohong kepada Indra karena telah menyembunyikan fakta bahwa Shella lah yang telah mencelakainya.

***

5 orang kini sedang berkumpul di ruang utama, bukan untuk makan-makan atau berpesta, tapi lebih tepatnya untuk sidang.

"Shella! Papa memang salah karena terlalu memanjakanmu, tapi papa tidak pernah sekali pun mengajarkanmu untuk menyakiti orang lain hanya untuk mendapatkan apa yang inginkan," ucap Harri dengan nada penuh dengan kemarahan kepada Shella yang sedang duduk dihadapannya.

Pandangan Shella seketika tertuju ke arah sang Papa lalu ke Daniel secara bergantian, ada sedikit rasa malu karena pria yang ia cintai telah mengetahui semua kejahatan yang telah ia perbuat selama ini kepada Alexa.

"Papa benar-benar sangat malu! Mau ditaruh dimana muka papa, Shell!! Bagaimana kalau semua orang tahu tentang perbuatanmu itu? Apa yang akan rekan-rekan bisnis papa katakan kalau mereka sampai tahu tentang berita ini?!"

"Biar saja semua orang tahu! Shella tidak peduli! Yang terpenting bagi Shella adalah bisa memiliki apa yang Shella inginkan."

Harri hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, timbul rasa sesal di hatinya karena ia sudah salah mendidik putrinya hingga tersesat seperti ini.

Harri mendengus. "Cepat! Minta maaf kepada Alexa dan juga papanya," titah Harri.

"Tidak! Sampai mati pun, Shella tidak akan pernah mau meminta maaf kepada pecundang seperti Alexa!"

"Shella! Berani kamu berbicara seperti itu kepada Papa dan dihadapan semua orang, kalau kamu tidak mau menuruti perintah papa. Papa akan sita semua fasilitas yang papa berikan untukmu!" Harri menggunakan ancaman untuk menundukkan keegoisan Shella.

"Lakukan apa pun yang Papa inginkan, dan Shella akan lakukan semua yang Shella inginkan!"

"Oke! Jangan pernah menyesali semua keputusan yang sudah kamu buat! Seharusnya kamu bisa mencontoh Alexa! Dia–"

"ALEXA, ALEXA, ALEXA! Selalu saja nama Alexa yang kalian elu-elukan! Asal kalian tahu, Alexa tidaklah baik seperti yang kalian pikirkan!" Shella berteriak emosi, ia merasa tidak terima kalau Alexa mendapat sanjungan atau perhatian lebih darinya.

Harri memijit keningnya, kelakuan Shella benar-benar membuatnya sakit kepala.

Shella beranjak dari tempatnya duduk dan menatap Alexa dengan sorot mata yang tajam. "Apa kau puas?! Bukankah ini yang selalu kamu inginkan? Bahkan papaku kini lebih memihakmu dari pada putrinya sendiri."

Alexa menghela napas. "Tidak! Aku tidak pernah menginginkan sesuatu darimu, dan Papamu bukanlah memihakku. Melainkan ingin memberikanmu satu pelajaran tentang kehidupan," ucapnya berusaha bersikap bijaksana.

"Aku tidak akan pernah melepaskanmu, Alexa! Aku akan membuat perhitungan kepadamu," ancam Shella kepada Alexa lalu ia pergi meninggalkan semua orang dengan perasaan marah bercampur malu.

"Alexa, Om minta maaf atas semua perbuatan Shella. Om benar-benar malu dan merasa sangat bersalah kepadamu," ucap Harri tulus. "Om janji akan segera menyelesaikan masalah ini secepatnya, dan Om juga ingin mengucapkan terima kasih banyak karena kamu telah berbaik hati karena tidak melaporkan Shella ke kantor polisi." imbuhnya.

Alexa hanya menghela napas kasar, kepalanya terasa sangat sakit karena terlalu banyak pikiran, masih juga ditambah dengan masalah Shella. Rasanya kepala Alexa sudah mau meledak.

"Harri, bolehkah kami berbicara dengan Alexa? Ada yang harus kami bicarakan," tanya Indra kepada Harri namun tatapan matanya mengarah kepada Alexa.

Harri mengangguk pelan. "Baiklah kalau begitu, saya permisi dulu. Saya juga harus berbicara kepada Shella," ucapnya lalu segera pergi.

Tatapan mata Daniel dan Indra kini tertuju kepada Alexa yang sedang menatap ke arah lain.

Indra menghela napas panjang. "Sekarang, Papa tidak akan bertanya lagi kepadamu tentang siapa pelaku penyerangan terhadapmu atau apa alasanmu berbohong kepada papa dengan menyembunyikan fakta kalau Shella adalah pelakunya."

"Lalu ....? tanya Alexa, netranya kini telah beralih menatap Indra.

"Apa masih ada yang kamu sembunyikan lagi dari papa? Apa kamu tahu sesuatu tentang identitas pelaku penyerangan beberapa waktu yang lalu?" tatap Indra pada sang putri penuh rasa selidik.

Alexa terlihat sedang berpikir, diingatnya lagi kejadian mengerikan yang beberapa waktu lalu menimpanya.

'Apa aku harus mengatakan kepada Papa tentang lelaki yang menyamar sebagai dokter waktu itu? Tapi ... bukankah orang itu juga menyebut nama Kak Daniel? Tidak! sebelum aku bisa mendapat informasi dan bukti, lebih baik aku tutup mulut saja,' batin Alexa.

"Tidak! Alexa tidak tahu apa-apa," ucapnya penuh kebohongan.

Lagi, Indra menatap wajah Alexa penuh kecurigaan. Tapi ia tidak bisa memaksa Alexa karena gadis itu tetap tidak akan pernah mengaku, entah bagaimana sebenarnya cara berpikir Alexa. Indra saja tidak pernah paham.

"Apa masih ada yang ingin papa tanyakan lagi? Alexa mau kembali ke kamar."

"Kamu sudah dewasa, Alexa. Sekarang kamu bisa lebih bertanggung jawab, Papa yakin kalau kamu bisa menjadi seorang pemimpin dan menggantikan Papa memimpin perusahaan."

"Cukup, Pa! Alexa sangat membenci kata-kata itu, seperti yang sudah papa dengar. Alexa tidak pernah peduli dengan perusahaan milik Papa! Alexa juga tidak menginginkan menjadi seorang pewaris tunggal kerajaan bisnis Prayoga! Tidakkah papa paham perasaan Alexa? Alexa tidak suka mendapat gelar sebagai pewaris tunggal, Alexa tidak ingin menjadi seorang pemimpin untuk menggantikan Papa!" suara Alexa bergetar menahan tangis.

"Tidak bisakah Papa melepaskan Alexa? Tidak bisakah Papa membiarkan Alexa bebas memilih jalan hidup Alexa sendiri? Tolong lepaskan Alexa, Pa."

Indra menegakkan kepalanya dan menunjukkan kewibawaannya. "Tidak!! Kamu adalah putriku kandungku dan satu-satunya pewarisku, Papa tidak akan pernah mengubah keputusan papa! Papa tidak akan pernah melepaskanmu."

Alexa terlihat sangat kecewa, sungguh sangat sulit untuk melunakkan kekerasan hati seorang Indra Prayoga.

"Bukan! Alexa bukan putri papa! Alexa hanyalah sebuah alat yang papa gunakan untuk melancarkan semua ambisi papa saja! Dan Alexa juga sudah menjadi alat orang lain untuk melancarkan misi balas dendam mereka kepada Papa! Itu adalah takdir buruk Alexa saat terlahir ke dunia."

Deg!!

Kata-kata Alexa langsung menusuk ke jantung Daniel dan Indra. Memang benar adanya kalau Alexa terjebak dalam ambisi besar papanya dan juga terjebak ke dalam misi balas dendam Daniel semata.

Dan ini sudah menjadi takdir Alexa.

Akankah Alexa bisa lepas dari lingkaran ambisi dan juga misi balas dendam dari semua musuh-musuh sang Papa?

To be Continued.