Happy reading
"Memang ikatan saudara kembar lebih kuat ketimbang pacar" —Aldi : My Cold Boyfriend.
Setelah puas bercengkrama di warung Bu Bibah Aldi pulang kerumah, seperti biasa di tunggu oleh Alda sang adik tercintanya itu, mau gimanapun Aldi, Aldi tetaplah sang kakak tercintanya.
Aldi sudah sampai dirumah tapi sebelum memasuki halaman rumahnya, ia mematikan mesin motornya terlebih dahulu lalu membuka gerbang rumahnya, ia tak mau membuat kebisingan di dalam area rumahnya.
Aldi merogoh ponselnya ponselnya di kantong celana jeansnya, lalu mengklik tombol panggilan pada sang adiknya itu
"Hallo.." ujar Aldi ketika panggilan terhubung.
"kenapa bang?" Saut Alda.
"Bukain pintu Da."
"Pintu mana? Pintu neraka apa pintu syurga?" Tanyanya.
"Pintu samping garasi aja."
"Oh, oke pintu nerakanya."
"Buruan!"
"Kalo gak di buka gue cabut lagi nih."
Tut. Aldi langsung mematikan sambungan telpon tersebut.
Alda pun melangkahkan kakinya menuju pintu samping garasi, guna membuka pintu yang Aldi pinta.
"Lama banget lo," sarkas Aldi lalu pergi begitu saja menuju kamarnya.
"Lah manusia satu itu kebiasaan benget gak sabaran!" kesal Alda.
Setelah menutup kembali pintu samping garasi dan menguncinya, Alda melangkahkan kakinya menuju kamar sang Abang. tapi keburu di tutup terlebih dahulu oleh Aldi, ya begitulah aldi manusia dengan segala kerumitannya.
"Bang," panggil Alda dari luar kamar.
"Hm," gumam Aldi sedikit kencang.
"Lo gapapa kan," tanya Alda.
"Gak," ujar Aldi. "Udah sana tidur udah malem, makasih udah nungguin gue," ujar Aldi dari dalam kamar.
"Yaudah gue tidur, selamat malam Abang," ujar Alda.
Aldi pun melangkahkan kakinya menuju kamar mandi guna membersikan luka lebam yang ada pada wajahnya.
"Sialan Ajil," gumamnya depan cermin.
"Kapan gua nyakitin Keiza."
"justru gue yang nolongin Keiza dari orang jahat, malah gue yang di salahin."
***
Sesampainya di kamar Alda mendudukan bokongnya di pinggir kasur. Sebenarnya Alda tahu apa yang terjadi pada Aldi, ia sangat mengenali watak kembarannya itu. Tanpa bicarapun Alda tahu bahwa sudah terjadi suatu, padanya begitu juga Revan kekasihnya.
"Semogah lu baik–baik aja bang,"
"Gue tau lo orang kuat bang."
"Gue juga tau lo gak mau buat gue khawatir makannya langsung masuk kamar."
Setalah bermonolog pada dirinya sendiri Alda memejamkan matanya rasa kantuknya mulai menjalar. Sebenarnya sejak pukul 9 tadi Alda mengantuk tapi karna Aldi belum pulang Alda menunda tidurnya menunggu sang abang pulang.
****
Salsha sedari tadi sedang mondar-mandir di kamarnya. Salsha cemas ketika aldi mengatakan Kiki di keroyok oleh anak Panglima, yang Salsha ketahui anak Panglima itu adalah musuh bebuyutannya The Gost, siapapun yang mengusik The Gost dia akan di hajar habis-habisan, terlebih lagi ini yang di keroyok adalah inti dari The Gost, tak bisa di bayangkan gimana terjadi peperangan tersebut.
"Apa gua telpon Iqbaal aja ya," tanya Salsha pada dirinya sendiri. Lalu mengambil ponselnya yang terletak di atas meja belajarnya itu.
Setelah mencari nomor Iqbaal Salsha mengklik logo telpon di ponselnya
"Hallo Baal," ujar Salsha.
"kenapa Cha?" Tanya Iqbaal.
"Gapapa."
"Beneran gapapa?"
"Hmmm, minta nomor Aldi," ujar Salsha ragu–ragu.
"Yaudah nanti gue kirimin."
"Sekarang cepetan ya."
Tut. Salsha mematikan sambungan telpon tesebut.
Tring...
Notif ponsel Salsha berbunyi
Iqbaalbeo : Send to kontak
Setelah dapat nomor Aldi Salsha langsung menghubunginya dan tanpa sadar Salsha mengklik tombol telpon di ponselnya.
"HALOO," suara berat di sebrang sana.
Diam. Salsha hanya diam mendengar suara berat itu.
"Ini siapa?"
Tut. Salsha langsung mematikan sambungan telpon tersebut secara sepihak.
"Bego bego kenapa nelpon sih," ujar Salsha meruntuki kebodohannya.
SalshabilaaKay : Ald
SalshabilaaKay : Sorry tadi kepencet
SalshabilaaKay : Ganggu ya gue
Manusia Esbalok : Ini siapa?
SalshabilaaKay : Ini gue Salsha
SalshabilaaKay : Lo gak kenapa-kenapa kan?
SalshabilaaKay : Gue khawatir sama Lo
SalshabilaaKay : Ald
SalshabilaaKay : Ald
SalshabilaaKay : Ald
SalshabilaaKay : Ald
SalshabilaaKay : Ish nyebelin di read doang
SalshabilaaKay : Dasar manusia kulkas
SalshabilaaKay : Bener kata Alda
SalshabilaaKay : Lo itu kulkas di beri nyawa
SalshabilaaKay : Jadi dingin
SalshabilaaKay : Tau ah
SalshabilaaKay : Males
SalshabilaaKay : Sebel
SalshabilaaKay : Tapi aku sayang
SalshabilaaKay : Eh
SalshabilaaKay : Tapi boong
SalshabilaaKay : Hahahaha
Manusia Esbalok : Berisik
Manusia Esbalok : Jgn spam
"Eh buset dingin bener jawabnya kaya es balok," ujar Salsha pada ponselnya.
"Kulkas juga kalah dingin sama lo Ald."
"Lama-lama gue tampol lu Ald."
"Sumpah greget."
"Tapi sayang."
***
Matahari sudah mendapatkan sinarnya di pagi hari, tapi lelaki bertubuh tinggi dan berotot ini masih saja terlelap di dalam kasur empuknya, dimana kamarnya bernuansa Hitam–Putih serta banyak miniatur motor dan juga beberapa mendali yang tersusun rapih di lemari kaca itu.
"Aldiiiiiiiiiii," panggil Melisa, dari luar kamar anak laki-lakinya itu.
"Hm," sahut Aldi.
"Bangun!! Gak sekolah kamu?" tanya Melisa.
"Dih mamih ngigo ya?" tanya Alda yang baru saja bangun dan keluar dari kamarnya.
Melisa menaikan sebelah alisnya, "Kenapa?" Tanya bingung.
"Ini hari minggu kali Mih," ujar Alda.
"Masa sih kok Mamih gak tau ya kalo ini hari minggu, Mamih kira hari ini hari senin," ujar Melisa melongos begitu saja.
sedangkan Alda hanya melongo saja melihat kepergian maminya.
"Mami gue kenapa ya? konslet tau gimana?" gumam alda.
Alda melirik pintu yang masih saja tertutup rapat, dengan sekuat tenaga Alda menggedor-gedor kamar saudara kembarnya itu.
DOORRRR...DOORRRR...
"SAUR... SAURR"
"SAUR"
"SAUR"
"SAUR"
"SAUR"
"SAUR"
"WOI BANG BANGUN!!!"
"BANG BANGUN!!!!"
"SAUR"
"SAUR"
"BANG ADA SALSHA"
Mendengar itu Aldi langsung bangun dari tidurnya dan dengan cepat membuka pintu kamarnya dengan setengah sadar.
"Mana Salsha?" tanya dengan clingak-clinguk mencari keberadaan gadis itu.
Alda melongo. Bukan, bukan karna mendengar Aldi terbangun karna ia meneriaki nama Salsha tadi. Tapi karna melihat abangnya dengan keadaan yang babak belur seperti ini. Sudut bibir sobek plipis membiru.
"Gak ada lah! Dia di rumahnya lah," ujar Aldi.
"Anjinglah!!" kesal Aldi.
"Hahahaha." tawanya namun sedetik kemudian raut wajahnya beruh khawatir, "Bang muka lu kenapa?" tanya Alda meneliti tiap sudut wajah abangnya itu. "Bang lo gak berantem lagi kan?" Tannya sengaja padahal ia tahu Aldi berkelahi lagi dengan musuh bebuyutannya.
"Gak kok, ini cuma salah paham aja. Pas gue nolongin orang eh pacarnya dateng terus mukulin gue," ujar Aldi tak mengatakan sejujurnya karna tak ingin membuat kembarannya itu cemas.
"Lu gak lagi bohongi gue kan bang?" tanya Alda penuh selidik namun yang di dapat hanya senyuman manis di wajah sang abang.
"Mana pernah gue bohongin adik gue yang manis ini," ujar Aldi mengacak gemas rambut adiknya itu.
"Bang lo sama gue itu cuman beda lima menit, jadi apa yang lo rasain gue juga bisa rasain!!" ujar Alda kekeh agar Aldi jujur padanya meski ia tau penyebabnya ini. "Kaya tadi malem gue gak tenang kepikiran lo terus gue takut lo kenapa-napa bang," ujar Alda dengan air mata yang mulai turun.
Dengan sigap Aldi menarik sang adik kedalam pelukannya. "Makasih udah khawatir sama gue, tapi beneran gue gapapa," ujar Aldi mengusap punggung adiknya itu agar lebih tenang.
Alda mulai melepaskan pelukannya. "Dasar abang laknat kenapa sih lo buat gue khawatir mulu kerjaannya!" Kesal Alda sambil mengusap kasar wajahnya.
"Lah mana gue tahu. gue kan ikan."
Alda memutar bola matanya malas. "Nyebelin lo!! Untung aja lo abang gue bukan orang lain."
"Emang kalo orang lain kenapa?"
"Gue cingcang lo trus gue buat ke kali ciliwung mau?"
"ihhhh celem," ujar Aldi dengan muka yang di buat setakut mungkin.
"Mati ajalah sama lo anak bagong."
"ihh ngatain gue anak bagong gue bilangin mamih nih."
"Ma..." ucapan Aldi terhenti karna mulut Aldi sudah di bekap duluan oleh tangan Alda.
"Mmmmhhhhh."
"Diem gak!!"
Aldi mengangguk.
"Nah gitu dong anjing gue urut."
"Songong lo bocil!"
"Bodo," ujar Alda lalu meninggalkan Aldi begitu saja dan turun kebawah menemui Melisa.
***
hari libur memang paling enak untuk bersantai atau sekedar mengistirahatkan badan. Gadis cantik ini sudah siap dengan kaos putuh dan celana treninganya rencananya pagi ini ia akan berlari keliling komplek.
"Oke udah siap." Ujar Salsha.
Salshapun mulai berlari mengelilingi komplek rumahnya dan tidak lupa earphone terpasang di kedua telinganya.
"Yaelah jomblo amat sih gue," gumam Salsha ketika melihat sang kekasih berlari bersama.
"Masih pagi udah ngeliat keuwuan orang aja gue."
"Gue tuh paling ga bisa di giniin."
"Jiwa jomblo gue kan bergejolak."
"Dahlah ah males gue joging mending pulang."
Akhirnya Salsha membalikan badannya dan mulai berlari sampe rumahnya lagi, ia tak bisa begini pokoknya Aldi harus jadi miliknya agar ia tak merasakan keuwuan orang lain lagi.