webnovel

Bisakah Kamu Dan Li’er Bercerai?

Penerjemah: Wave Literature Editor: Wave Literature

Suara pria yang dingin terdengar.

Ning Qing menundukkan kepalanya, dia terpaku. Sementara Nian Che sudah berjalan ke arah mereka berdua.

Dia mencondongkan diri di atas meja dengan tangan di belakang punggungnya, hidungnya yang mancung bergerak mengendus.

"Aku tahu. Aku dengar kamu menyuruh orang memasak sarang burung pagi-pagi sekali. Ternyata itu karena kakak ipar akan datang."

Nian Che menggoda Ning Qing. Dia lalu melihat kembali ke Ibu Nian lalu berkata, "Bu, jika kamu ingin melihat menantu perempuanmu, kamu bisa mengatakan padaku. Aku kan bisa membawa kakak ipar kesini kemarin malam."

"Che'er, jangan bicara omong kosong."

Ibu Nian kembali menatapnya, "Che'er masih muda, tidak seperti kakaknya. Dia tidak tahu cara mengontrol kata-katanya. Kamu tidak perlu mempedulikannya."

Tidak tahu apakah itu khayalan Ning Qing, tetapi wanita yang tadinya mudah didekati ini tampaknya jauh lebih keras sekarang. Hati hangat Ning Qing berubah dingin.

Di sisi lain, Nian Che cemberut lalu bergumam, "Benar kok. Kenapa kamu harus repot-repot…"

"Nian Che." Ibu Nian memanggil namanya lagi.

Nian Che terlihat tidak puas, wajahnya yang lembut menjadi serius.

"Ada hal yang ingin aku bicarakan dengan Qingqing. Kamu kembalilah ke kamarmu dulu."

"..."

Tanpa menunggu jawaban, suasana hangat tadi berubah menjadi masam.

Saat melihat Nian Che tidak bergerak, Ibu Nian memerintahkan kepala pelayan Lu, yang berdiri di samping, "Pak tua Lu, bawa Tuan muda kedua kembali ke kamar."

Ning Qing memegang mangkuk porselen lalu menatap Nian Che.

Dia terlihat tidak berdaya. Dia menatap Ning Qing dengan khawatir saat dia dipaksa untuk pergi.

Ning Qing mengerutkan bibirnya, makanan di mulutnya pun tiba-tiba kehilangan rasanya.

Ning Qing menaruh mangkuknya. Matanya cerah tapi matanya masih tenang.

"Apa yang ingin kamu bicarakan?"

"Bisakah kamu dan Lie'er bercerai?"

Taman yang luas itu langsung hening. Bahkan udara di sekitar seakan membeku.

Ibu Nian masih tersenyum. Nadanya lembut namun memiliki kekuatan di dalamnya.

"Begini, aku tahu bahwa pernikahan antara kamu dan Lie'er bukan karena keinginanmu. Kamu juga tidak punya perasaan apa-apa padanya. Lie'er memiliki kepribadian yang suka menyendiri dan tidak cocok berkumpul dengan sekelompok orang. Benar-benar tidak adil bagi gadis lembut sepertimu untuk menikah dengannya."

"..."

"Sekarang kalian berdua masih muda. Masih ada banyak pilihan setelah kalian melakukan perceraian. Kamu bisa menemukan seseorang yang benar-benar kamu sukai dan hidup bahagia selamanya." Wanita yang tadi bersedia untuk mendukungnya sekarang diam.

Ibu Nian mengulurkan tangannya, "Qingqing, apakah menurutmu Bibi benar?"

Dia hendak memegang tangan Ning Qing yang ada di atas meja, tapi Ning Qing tiba-tiba menariknya kembali.

Karena pergerakannya terlalu besar, mangkuk berisi sarang burung itu tersenggol.

Mangkuk porselen itu meluncur dari tepi meja dan jatuh ke tanah. Suara porselen pecah itu terdengar sangat tiba-tiba.

Wajah Ibu Nian tidak terlihat baik, "Qingqing, kamu…"

"Dia tidak ingin." Ibu Nian tercengang.

Entah kapan Nian Lie datang. Wajahnya dingin saat dia berdiri di antara mereka berdua.

Tangan Ning Qing yang ada di pangkuannya menegang. Detik berikutnya, tangannya sudah dipegang.

Dia mengangkat kepalanya karena terkejut. Wajah Nian Lie berada dekat dengannya, bulu mata panjang yang tebal menutupi matanya.

Nian Lie menariknya berdiri Ibu Nian pun juga buru-buru berdiri "Lie'er, apa yang mau kamu lakukan?"

"..."

Tatapan Nian Lie yang tidak bisa terbaca tertuju padanya. Bahkan Ning Qing tahu bahwa suasana hatinya pada saat ini tidak baik. 

Ibu Nian masih tersenyum, "Ibu mengerti bahwa ada beberapa masalah yang tidak bisa kamu katakan. Karena itu, aku secara khusus membawa Qingqing kesini hari ini. Jika kamu tidak bisa mengatakannya, Ibu yang akan mengatakannya."

Cengkraman di tangannya menguat. Ning Qing melihat lapisan es di wajah tampannya, kemarahan yang dia tahan bisa terlihat dari dagunya yang mengencang.

"Sejak kapan itu jadi urusan orang lain untuk menyelesaikan masalahku dengannya?"