Tiba-tiba, CEO tempat Gene Drew bekerja meninggal karena serangan jantung. Kabar ini membuat Edward senang karena ia melihat kesempatan untuk menjadi CEO di perusahaan keluarganya. Gene Drew yang merupakan seorang genderuwo memiliki kemampuan manipulatif yang sangat kuat.
Gene duduk bersama komite Dewan perusahaan untuk melakukan pemilihan CEO yang baru. Edward duduk di hadapan Gene dengan tenang dan percaya diri.
"Pada hari ini, kita akan mengumumkan CEO baru perusahaan ini. Tuan Gene Drew sebagai CPO perusahan ini selama sebulan terakhir telah menggantikan peran CEO di perusahaan ini dengan sangat baik." Tuan Joko, Presiden Direktur Utama memulai pengumuman.
"Sayangnya, Tuan Gene Drew menolak untuk menjadi CEO dari perusahaan ini." Sambung Tuan Joko.
Edward mulai memperhatikan Gene Drew dari ujung kepala hingga ujung kaki. Ia tidak pernah mendengar nama pria tersebut sebelumnya.
"Kami sangat mengapresiasi kinerja Tuan Drew, oleh karena itu kami akan menerima CEO yang direkomendasikan oleh Tuan Drew." Ujar Tuan Joko.
Edward segera gelagapan, ia tahu posisinya dalam bahaya, ia sudah melepas posisi CPO dan mungkin saat ini ia tidak akan berhasil menjadi CEO. Semua kejahatan yng sudah ia lakukan akan sia-sia dan ia menikahi wanita yang tidak ia cintai dan juga tidak dapat memuaskan nafsunya di atas tempat tidur.
"Tuan Drew, silahkan perkenalkan rekan anda yang akan menjadi CEO di perusahaan ini." Ujar Tuan Joko tersenyum kepada Gene.
Edward menatap Gene dengan penuh kebencian, "tunggu sebentar, saya sudah mengabdikan diri saya pada perusahaan ini. Saya rasa saya pantas untuk menjadi CEO di sini." Ujar Edward dengan tegas sambil menggebrak meja, ia tidak dapat menahan kekesalan dan kekecewaaanya.
Semua mata memandang Edward.
"Tuan Edward, anda memang sudah bekerja lebih lama dibandingkan Tuan Drew, tapi efisiensi pekerjaan anda jauh lebih rendah dan perusahaan ini tidak menghasilkan profit setinggi dalam waktu satu bulan selama Tuan Drew bergabung dengan kita." Jelas Tuan Joko dengan tenang.
Edward tampak kesal dengan penjelasan Tuan Joko, tetapi karena Tuan Joko ada Presiden Direktur Utama dan pemegang saham pembesar, Edward tidak berani melawan Tuan Joko.
Edward kembali duduk di kursinya. Dalam kepalanya ia sedang merencanakan langkah selanjutnya untuk menjadi CEO di perusahaan ini. Ia berencana menggunakan kekayaan Launa untuk mendapatkan keinginannya.
Gene berjalan ke arah pintu dan tersenyum. "Terima kasih atas segala kepercayaan yang sudah diberikan kepada saya. Pada hari ini, saya akan memperkenalkan sahabat saya yang saya percaya dan saya rekomendasikan sebagai CEO di perusahan kita tercinta ini."
Gene membuka pintu, "saya perkenalkan Nona Nadia Setiajati Karyani."
Mata Edward membelalak lebar, seperti melihat hantu. Dan Ya... Nadia Setiajati Karyani memang hantu. Ia sudah mati, Edward membunuhnya dan Edward yakin Nadia memang sudah mati.
Nadia melangkah dengan mantap. Ia menatap seluruh orang di ruangan tersebut dengan tatapan profesional dan percaya diri.
"Nona Nadia adalah lulusan kehormatan ICL tahun 2018 dan telah bekerja sebagai konsultan di Bayn selama beberapa tahun. Perusahaan yang menjadi tanggung jawab Nona Nadia selalu berhasil bangkit dari keterpurukan dan membuat perusahaan menghasilkan profit berlipat ganda." Gene menjelaskan tentang Nadia.
Nadia memandang Edward yang saat ini membeku di tempat duduknya. Keringat dingin mulai bercucuran di pelipisnya. Nadia sekarang merasa beruntung bahwa Edward tidak pernah mengumumkan hubungannya dengan Nadia ke banyak orang.
"Para hadirin rapat yang saya hormati. Perkenalkan, nama saya Nadia Setiajati Karyani. Saya berkuliah di ICL dan, sebenarnya saya adalah teman seangkatan Tuan Edward Lim. Senang sekali dapat bertemu kembali dengan teman lama." Ia menatap Edward ramah.
Ia kemudian menatap seluruh peserta rapat dengan profesional, "saya akan bekerja dengan sebaik-baiknya dan memastikan perusahaan ini akan mendapatkan profit sebesar-besarnya." Ia menatap Gene dengan tersenyum bersahabat. Nadia tahu Gene akan terus membantunya untuk menjatuhkan Edward.
Semua orang tersenyum dan bertepuk tangan dengan perkenalan Nadia. Tuan Joko menyalami Nadia. Semua orang di ruangan tersebut, kecuali Edward tampak terhipnotis dengan pesona dan karisma Gene dan Nadia.
Rapat akhirnya berakhir. Nadia sebagai CEO memiliki jabatan yang lebih tinggi dibandingkan Edward di kantor tersebut. Edward tidak khawatir karena ia memiliki posisi lain di kantor Launa. Walau begitu ia merasa ego dan harga dirinya telah diinjak-injak oleh Nadia dan Gene.
"Tuan Edward, saya peru berbicara dengan Anda. Dapat kita berbicara, di ruangan saya?" Nadia tersenyum ramah kepada Edward dan berjalan ke arah ruangan CEO.
Edward mengikuti Nadia, ia masih penasaran bagaimana Nadia dapat selamat dari mobil yang tenggelam tersebut. Tapi tentu ia tidak dapat menanyakan itu secara terang-terangan. Bila Nadia merekam percakapan mereka, itu akan menjadi barang bukti bahwa ia melakukan usaha pembunuhan terhadap Nadia.
Nadia mempersilahkan Edward masuk ke ruangannya yang masih kosong. Nadia belum menata ruangan tersebut.
"Silahkan duduk." Ujar Nadia tenang, sedangkan Nadia sendiri memilih untuk berdiri. Ia merasa nyaman ketika posisinya lebih tinggi dibandingkan Edward.
Edward menatap Nadia dengan takjub, ia berusaha tenang dan menyembunyikan rasa penasarannya, "sudah lama kita tidak bertemu, Nadia."
"Panggil saya, Ibu Nadia, sekarang saya adalah atasan Anda." Ujar Nadia formal. "Saya mengetahui bahwa Anda telah menikah. Dan, Anda memiliki jabatan di Samudra Grup. Saya mengkhawatirkan profesionalitas Anda terhadap perusahaan ini." Nadia tersenyum dingin.
"Anda tidak perlu khawatir, Ibu Nadia." Edward berkata dengan sinis, "saya dapat membagi waktu saya secara profesional!" Tegas Edward dengan berani, tidak membiarkan Nadia mengintimidasinya.
Nadia tersenyum dengan puas, balas dendamnya terhadap Edward telah dimulai. "Saya senang mendengar konfirmasi dari mulut anda sendiri." Nadia menatap Edward dengan dingin. "Saya ingin mengucapkan selamat atas pernikahan Anda dengan Launa Samudra. Saya yakin itu adalah penikahan yang indah dan diimpikan setiap wanita."
Edward tersenyum, ia sadar bahwa perkataan Nadia tidaklah tulus dan hanya sarkasme semata. "Saya tidak sabar bekerja dengan Anda, Ibu Nadia." Edward tersenyum dan berdiri, "saya harus pamit bila tidak ada hal penting mendesak untuk kita bicarakan."
Nadia mengangguk dan menatap Edward yang berjalan menuju pintu keluar.
"Pak Edward," panggil Nadia, "ada hadiah pernikahan yang ingin saya berikan untuk Anda." Nadia memberikan sebuah tas kertas dengan desain indah dan elegan kepada Edward yang menatap ragu. "Sangatlah tidak sopan bila anda menolah hadiah dari atasan Anda."
Edward berjalan berbalik menuju Nadia dan kemudian menerima hadiah pemberian Nadia, "terima kasih."
Nadia hanya tersenyum dan mengangguk. "Kau akan menyukai hadiah yang kupilih."
Edward tersenyum dan akhirnya keluar dari ruangan Nadia.
Ia berjalan menuju lobi dan memasuki elevator bersama Tuan Joko dan beberapa orang lainnya.
Edward merasa mendengar suatu suara mendesis dan kemudian membuka kantung kertas yang diberikan Nadia, ia melihat sebuah sabuk pria dengan merek perancang terkenal Gukci. tetapi tiba-tiba sabuk tersebut berubah menjadi ular kobra yang mlilit di tangannya.
Edward berteriak histeris ketakutan membuat semua orang di dalam elevator, termasuk Tuan Joko terkejut. Edward bahkan melompat kepada Tuan Joko dan membuatkan terjatuh.
Ketika ia tiba di lantai dasar dan pintu elevator terbuka, ular yang melilit tangan Edward ternyata hanyalah imajinasinya saja dan yang ada di tangannya adalah sebuah ikat pinggang kulit terkenal Gukci.
Edward segera memohon maaf atas apa yang terjadi di elevator.
Di ruangan Gene yang memiliki akses untuk melihat video CCTV di elevator, Gene dan Nadia tertawa terbahak-bahak. Nadia tertawa puas, balas dendam tahap satunya, untuk menghancurkan Edward di kantor telah berhasil.
Gene tersenyum bahagia melihat Nadia yang tertaawa terbahak-bahak. Bagi Gene, Nadia terlihat sangat cantik ketika ia bahagia.