webnovel

Mencoba memperbaiki kesalahan

"Apa salahku? Mengapa kau bersikap dingin seperti ini?" Ella menatap Kai dengan mata berkaca-kaca. Di malam pertama penikahan mereka hatinya begitu sakit atas sikap pria yang telah menjadi suaminya.

"Kau tidak salah. Namun seharusnya kau tidak menyetujui pernikahan kita. Bukankah maksudku sudah jelas."

Ella menatap suaminya dengan serius.

"Kau bisa belajar menerima semua ini. Lambat laun percaya cinta akan hadir di antara kita."

"Aku takkan pernah bisa mencintaimu," ucap Kai membuat Ella membisu dan kehabisan kata-kata. Ella tak mampu menahan air matanya lagi. Bulir jernih mulai keluar dari matanya dan mulai membasahi pipi. Wanita mana yang tahan dengan pernikahan seperti ini. Ella juga terpaksa menikah. Namun Ella tak egois sepertinya dan memutuskan segala sesuatu secara sepihak.

"Tidak... tidak... tidak!" Ella berteriak hingga terbangun dari mimpi buruknya. Ella kelihatan pucat seperti benang putih. Keringat berguyuran di wajahnya.

Ella memandang sekitar. Dia masih di kamarnya. Ella segera turun menuju kamar mandi. Dia menyalakan wastafel dan mengguyur wajahnya dengan air berulang kali.

Wajah tembem Ella dengan mata yang membengkak akibat menangis semalam sungguh terlihat menyedihkan di cermin.

Ella segera mandi dan membersihkan diri. Beberapa menit kemudian wanita itu keluar dengan keadaan lebih segar dari sebelumnya.

Ella berjalan menuju cermin sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Langkahnya seketika terhenti melihat sebuah paper bag yang dilingkar menggunakan pita berwana pink.

Karena penasaran Ella segera membukanya. Saat itu Ella begitu tekejut menemukan sebuah gaun yang bagitu cantik dan sepertinya sangat mahal.

Ketika ia mengeluarkan gaunnya, sepucuk surat terjatuh ke lantai. Ella segera membacanya dan tersenyum ketika melihat nama Kai tertera dalam surat tersebut.

Pintu kamar di kunci. Apakah pelayan yang memasukkan kotak ini ke kamar?

"Maaf. Hanya itu yang bisa ku katakan. Semoga kondisi hatimu segera membaik. Ini adalah hadiah yang ku siapkan untukmu. Semoga kau suka. Kau bisa membuangnya jika tidak suka lalu aku akan memeberikan hadiah baru untukmu." Tulis Kai.

Ella terdiam menatap gaun cantik itu cukup lama. Hingga kemudian dia berdiri dan membiarkan kotak hadiah dan gaun begitu saja. Seharusnya ia senang Kai kembali memberinya gaun, namun semua itu dilakukannya pasti untuk menebus kesalahannya.

Ella pergi sejak pagi menggunakan ojek langganannya. Dia bahkan tak berpapasan dengan Kai. Ella memang sengaja melakukan itu. Ia ingin lihat seberapa besar niat Kai untuk memperbaiki kesalahannya.

Ella meminta untuk berhenti di kompleks rumah elit. Setelah memberikan bayaran, Ella menyusuri setafak dengan berjalan kaki.

Ella behenti di sebuah gerbang menjulang pemilik kediaman besar yang lebih mirip seperti mansion. Ella telah membuat janji bertemu seseorang di tempat ini.

Dengan serius jarinya mengotak-atik layar ponselnya hingga masuk ke mode panggilan, bahu Ella tiba-tiba disentuh oleh seseorang dari belakang.

"Morning... " Sapa seorang pria yang memiliki. wajah amat teduh. Dengan melihat wajahnya segala beban masalah di pundak Ella seakan berkurang.

"Stupid!" Sebuah kata mutiara yang membuyarkan lamunan Ella untuk kembali ke alam nyatanya.

"Morning, Dev. Kok disini?" tanya Ella kepada teman baiknya itu.

"Barusan beli bubur di gang depan." Ella mengerutkan kedua alisnya menatap Dave curiga. Detik kemudian wanita pemilik rambut bund itu lompat dan melingkarkan lengannya di bahu pria bedarah campur antara asia-eropa itu.

"Tuan muda Dave ternyata punya kebiasaan unik, ya." Godanya sambil menuntut pria yang memiliki tinggi lebih dari 182 cm itu berjalan masuk. Dave hanya tersenyum dan mengikuti langkah Ella.

***

Dave mempersilahkan Ella duduk di ruang tamu. Dia secara khusus membuat minum di dapur.

Ella duduk menunggu Dave, hingga tak berselang lama kemudian pria yang ia tunggu akhirnya muncul juga dengan nampan. Dave mengatur semuanya ke meja dengan telaten dan duduk berhadapan dengan Ella.

"Duduk dulu atau langsung saja?" tanya Ella sambil meninum ice lemon yang begitu menyegarkan tenggorakannya. Dave memang orangnya pengertian sekali. Di sangat panas. Ella kesini juga naik ojek.

"Itu dimakan juga buburnya."

"Kau benaran beli bubur?" Tanya Ella tak yakin. Pasalnya selalu jadi kebiasaan Dave menunggunya di luar. Dia selalu berlulocon bahwa Ella bisa saja mengalami amnesia mendadak lalu lupa jalan rumahnya.

"Gak percaya sekali. Sudah ku bilang kan tadi beli bubur."

"Ku pikir kau sengaja menungguku. Hahaha! "

"Geer sekali anda." Dave menggeleng dan ikut tertawa.

"Jadi kan temani aku beli alat perlengkapan mendaki?" tanya Dave yang mendapat anggukan dari Ella. Semalam Ella mendapat pesan dari Dave yang meminta dirinya untuk menemaninya membeli perlengkapan mendaki. Ella langsung menyetujuinya karena toh di rumah juga dia gak ngapa-ngapain. Untuk sementara waktu Ella ingin menghindari hubungan kontak dengan Kai.

Selama beberapa tahun terkahir ini Ella telah beberapa kali melakukan pendakian bersama Dave ketika ia merasa suntuk sendirian di rumah. Ella memang hobi mendaki, menjelajahi alam luas yang masih belum tercampur campur tangan manusia menurutnya sangat menyenangkan. Ketika mendaki Ella tidak perlu memikirkan segala hal yang membuatnya pusing. Kebetulan Dave juga suka mendekati. Berkat itu sekarng mereka semakin dekat.

"Benaran gak mau ikut?" tanya Dave yang kembali menanyakan pertanyaan yang mungkin sudah berulang kali dia tanyakan.

"Ya kali gue ikut. Suami gue gimana? Tamat riwayat gue ninggalin suami di rumah dan pergi mendaki bersamamu Dave."

Dave terkekeh. "Benar juga." Dia hampir lupa bahwa wanita di depannya ini sudah bersuami.

"Ya udah ayo pergi. Jangan sampe gue berubah pikiran, nih. " Ella berdiri dan menarik tangan Dave untuk segera pergi.

"Gue ke atas dulu."

"Ngapain?" tanya Ella yang jelas-jelas bisa melihat mengapa Dave harus ke atas.

"Ya kali gue keluar begini. Gue gak bisa pulang dikerumuni emak-emak dan gadis ingusan nanti," ujar Dave yang tidak mengenakan pakaian. Ella termasuk sangat kuat berhadapan dengan Dave yang hanya menggunakan celana pendek tanpa atasan. Roti sobek milik Dave juga bukan main membuat siapapun tergiur terkecuali Ella yang sudah biasa melihat pemandangan seperti ini.

Entah mengapa pikiran Ella langsung tertuju kepada suaminya Kai. Seumur hidupnya Ella tak pernah melihat tubuh telanjang suaminya itu. Kira-kira seperti apa ya?

"Nih anak mulai lagi. Kesemabet jin apa kamu?" Dave mengetuk jidat Ella supaya sadar.

Ella menggerutu menyentuh jidatnya dan memandang Dave yang berlari ke lantai atas sambil tertawa.

"Dasar Dave!" gerutunya kembali duduk mencicipi snack di meja.

***

Ketika Kai bangun dia segera menuju ke kamar. Wajah pria itu nampak mengerut ketika masuk ke kamar istrinya.

Kai berdiri memandang kotak yang ia beri. Kotak sudah dibuka namun hanya diletakkan begitu saja.

"Apa dia gak suka?" batin Kai menerka. Meskipun ia tak pernah memberikan apapun kepada Ella, namun ia yakin Ella pasti menyukai gaun pemberiannya.

Kai mengambil kotak hadiahnya dan meletakkannya di ranjang. Matanya berjalan ke sisi kamar mancari keberadaan sosok wanita yang sejak semalam memenuhi isi kepalanya. Padahal Kai sengaja bangun lebih wal untuk meminta maaf kepada Ella. Namun kemana istrinya itu pergi sepagi ini.

Kai duduk di sisi ranjang dan termenung. Dia kemudian meraih ponselnya untuk menghubungi Ella. Namun selang berikutnya dia kembali berdecak.

Kai menyeka rambutnya dengan kasar. Dia tidak memiliki nomor Ella. Kai kemudian terpikir salah satu pelayan di kediamannya mungkin memiliki nomor Ella.

Kai berdiri hendak meninggalkan kamar. Namun ponselnya tiba-tiba berdering. Kai menatap layar ponselnya dan melihat panggilan dari Mawar. Dia segera mengangkatnya.

"Kau lagi dimana, bang?" Suara teduh Mawar terdengar di ujung telepon.

"Rumah. Kau sendiri kemana pagi-pagi begini?" Mawar tertawa mendengar pertanyaan Kai.

"Temani aku belanja dong, bang." Suara Mawar terdengar manja. Kai melilitkan matanya. Dia hampir saja menyetujuinya dan melupakan tujuan awalnya menghubungi Ella.

"Maaf Mawar. Kali ini aku gak bisa."

"Please!!!" Mawar memohon.

"Kau kan bisa sendiri Mawar."

"Tapi aku maunya sama kamu, bang."

Kai mengaruk tengkuk. Dia tak tega dengan Ella. "Masalahnya... "

"Ayo dong, bang. Kali ini aja. Please!"

Kai menjadi dilema. Namun selang berikutnya ia mengangguki permintaan Mawar.

"Kali ini aja ya. Dan gak boleh lama-lama."

"Iya, bang. Makin sayang, deh."

Panggilan pun dimatikan. Kai menatap ponselnya. Benarkan keputusannya? Kai lalu menyambar kunci mobilnya dan berjalan menuju parkiran. Kali ini saja tidak masalah bukan. Mawar belanja juga pasti gak bakal lama. Setelah selesai dengan Mawar dia akan mengurus Ella.

Sayanganya Kai tak berpikir bahwa keputusannya saat itu sangat sempit. Dia lebih mengutamakan wanita lain dibanding istrinya. Setidaknya dia meluangkan waktunya untuk Ella bertahun-tahun dia hanya sibuk urus bisnis.