webnovel

Chapter 15 : The Tragic Dead

Spear of Victory Eleena benar – benar menghilangkan keberanian yang tersisa dari para goblin. Dengan kurang dari setengan dari jumlah awal mereka yang terisa, mereka tidak lagi se menakutkan sebelumnya, dan sekarang mereka membuang baju besi mereka dan kemudian mereka melarikan diri.

Marni Wilf menghela nafas lega karena keselamatan konvoi saudagarnya telah terjamin keamanannya, dan juga merasa penasaraan dari gereja mana datangnya kelima pemuda itu.

Mereka berpakaina seperti anak – anak dari desa terpencil – dan dalam kalau menilai hanya dari itu mustahil bagi mereka untu belajar mantra ilahi mengingat bahwa mantra yang paling rendah dari keterampilan semacam itu membutuhkan pelatihan lanjutan di tempat – tempat yang disucikan (maksudnya seperti gereja, tempat yang di sucikan, atau kuil) yang menampung berbagai dewa.

Selain itu, kata – kata 'naik level' yang mereka sebutkan juga merupakan misteri. Bahkan di Gereja Putih Brilian, bukankah hanya ada segelintir uskup yang dapat secara instan memulihkan semua luka dan energi?

Dia bahkan lebih terkejut bahwa walau para pemuda itu terliah naif dan tidak tahu tentang berbagai aspek kehidupan, mereka sebenarnya seperti bayangan dan tidak pernah memaparkan sediki pun informasi yang berguna. Mereka menyembunyikan mantra ilahi 'naik level' secara signifikan , terlepas dari matanya yang telah dilatih saat ia melakukan perjalanan dan menyaksiakn berbagai aspek kekaisaran, ia tidak dapat menentukan yang mana dari mereka yang benar – benar melapalkan mantra itu.

"Tuan Wilf"

Salah satu pengawal tentara bayaran yang disewanya mendekat ketika dia meriibutkan misteri yang berasal dari party Eleena.

"Ada yang salah."

"Apa itu?" Marni segera berdiri. "Apakah anak – anak nakal itu melakukan sesuatu?"

Mungkinkah mereka sebenarnya kerabat dewa jahat, berniat memusnahkan semuanya? Apakah kita bisa berkompromi dengan mereka?

"Tidak. Mereka masih berkerumun bersama, mendiskusikan omong kosong seperti ' hadiah kaya ' atau ' skill tree '." Jawab pengawal itu, menggelengkan kepalanya. "Yang ingin kukatakan padamu adalah mayat goblin yang mereka bunuh semuanya menghilang ketika orang – orang kita memulai pembersihan di medan perang."

"Apa?"

Marni menoleh ke arah Eleena dan yang lainnya untuk menemukan bahwa ternyata memang benar tidak ada mayat goblin di sekitar mereka, meskipun sisa – sisa seperti gigi, cakar, atau cacing dan itu semua berserakan di tanah dengan berantakan tapi kenyataanya mayat goblin yang utuh telah hilang.

Marni mengerutkan kenihg. Sementara mayat goblin tidak berniali sepeser pun dan mereka tidak berniat membawanya, terlalu aneh bila semua mayat itu lenyap. Berhubungan dengan perilaku yang idak biasa dari para pemuda itu, dia menyimpulkan dari berbagai perspektip bahwa ada sesuatu yang mencurigakan tentang itu semua.

Meskipun demikian, sementara Marni si pedagang dibiarkan dengan semua kebingungannya, Eleena dan yang lainnya telah menerima quest baru.

[Ding!

Misi sampingan dimulai : Beritahu kepada para pedagang

God of Game menyiapkan Desa Pemula – utopia bagi orang – orang beriman di dunia fana. Namun, awal dari semua hal adalah bagian yang paling sulit, karena desa akan mengalami kesulitan berkembang tanpa bantuan pedagang yang mengerahkan logistik eksternal. Heed will will : sebarkan fimannya kepada konvoi dagang yang telah anda selamatkan dan setidaknya buat satu pedagang untuk percaya bahwa anda adalah orang yang beriman pada Dewa Permainan.

Hadiah quest : Cetak biru toko (item pencarian), EXP (jumlah tergantung pada tingkat penyelesaian tugas), God of Gospel (Elite)

Catatan : Penyelesaian pencarian membuka rantai misi 'Cahaya Tuhan Menyinari Tanah']

"Permisi tuan?" Marni kemudian menemukan Edward dengan penuh semangat mendekati dirinya dengan tampilan seperti seseorang yang menemukan emas.

"Apakah kamu punya waktu untuk berbicara dengan kami dan mendengarkan kisah kami yang di selamatkan oleh Dewa Game?"

Marni teridam.

***

"Akhirnya!"

Ketika kelompok Eleena mencoba yang terbaik utnuk menyampaikan agama tentang God of Games seolah – olah mereka seperti mempromosikan Jasa, Angora juga telah mencapai wilayah kekuasaannya – kota tak bernama di luar Lembah Kematian Tragis.

Tempat itu tampak menyeramkan dan bisa runtuh kapan saja. jika Angora tidak pernah mendapatkan sistem, dia akan sangat takut hanya dengan melihatnya sehingga dia akan segera meninggalkannya dan melarikan diri ke rumah bahkan jika dia memiliki kusir lama bersamanya.

Tapi dia sekarang benar – benar berbeda dari sebelumnya. Dia bahkan menemukan kasih sayang yang terbayangkan dan rasa memiliki di kota yang akan hancur itu.

"Jadii, ini tempatku..."

"Orang asing, apa urusanmu di sini?"

Angora menoleh ke arah suara itu dan menemukan seorang lelaku tua layu berdiri dengan tongkat penyangga beberapa kaki darinya.

Wajahnya sangat kurus sehingga ia tampak tidak berbeda dari tengkorak. Namun, matanya begitu tajam sehingga Angora merasa sakit seolah – olah dia ditusuk oleh pedang di bawah tatapannya.

"Namaku Angora Faust. Aku penguasa baru di sini!" Angora menyatakan, mengeluarkan dekrit dari tasnya. "Mulai hari ini, kora ini dan tanah di sekitarnya dalah wilayahku!"

Lelaki tua itu menatap Angora dengan panjang dan keras, dan sampai Angora merasakan geli di kulit kepalanya, dia menggelengkan kepalanya. "Seperti yang bisa kamu lihat sendiri, tanah ini sangat tandus. Semua orang yang tinggal di sini sangat miskin sehingga mereka tidak mampu makan. Bahkan, mereka menggigit kulit pohon untuk memuaskan rasa lapar mereka – kamu tidak akan mendapakan penghasilan bahkan tembaga di sini."

Angora tahu bahwa lelaki tua itu berusaha memperingatkannya, sama seperti dia tahu bahwa datang sendiri untuk mengambil kendali atas wilayah itu sangat berbahaya. Rakyatnya bisa membuatnya tampak seolah – olah mengalami kecelakaan dalam perjalaan ke pulang, dan itulah sebabnya kebanyakan bangsawan cenderung membawa serta pengawal ketika mereka melakukan hal yang sama.

"Aku tidak akan menindas rakyatku," katanya dengan keyakinan yang dapat di lihat oleh kake tua itu.

"Kau salah paham, Nak," jawab pria tua itu, menggelengkan kepalanya lagi.

"Tentara Kerajaan telah membakar hutan di luar Lembah Kematian Tragis untuk menghentikan revenants dari menyerang mereka. Api itu menyebar dan mencapai wilayah – wilayah di sini, membakar setengah – tahun nilai panen menjadi abu. Jika masalah kelaparan tidak bisa dipecahkan, Anda, seorang raja yang diakui oleh Rahmat – Nya akan menjadi target semua orang yang ada di sini dan akan melampiaskan kemarahan mereka pada mu."

"Apakah Tentara Kerajaan tidak mengembalikan ganti rugi?" Angota bertanya dengan heran.

"Tentu saja tidak, Nak." Pria tua itu berkata perlahan. "Menurutmu siapa yang dimaksud dengan 'Tragic Dead' dengan nama 'Valley of the Tragid Dead'? apakah itu ditujukan untuk mayat makhluk – makhluk yang telah lama muncul sebagai revenant ? tentu saja tidak."

Lelaki tua itu kemudian menunjuk ke dadanya sendiri dan berkata dengan getir, "Ini kami. Rakyat awam yang mati karena pertempuran antara militer dan para revenant adalah 'Tragid Dead' yang sebenarnya!"

Angora dibiarkan menganga oleh kata – kata pria tua itu.

Meskipun ia siap menghadapi hari – hari yang sulit di masa depan ketika ia mengambil alih kendali atas wilayah barunya, ia tidak membayangkan bahwa kenyataan itu jauh lebih brutal daripada yang dapat ia harapkan.

Menjadi manusia normal yang tidak terpelajar dalam sihir, pertempuran, atau mantra ilahi, bahaimana ia bisa bertahan hidup di tempat yang dilanda ini?

Saat itulah dia ingat keberadaan menakjubkan yang telah menyelamatkan hidupnya.

Sistem Raja!