Aku terduduk lesu, kulihat langit biru diatas sana. Ah cuaca hari ini cukup baik, burung burung berkicau saling membalas satu sama lain, angin berhembus meniup dedaunan kering membawa sedikit rasa kedamaian untukku.
Hari ini adalah 40hari dimana kedua orang tua ku berpamitan untuk pergi selamanya, mereka sedang menjauh dari anaknya, anak satu satunya yang seharusnya mereka temani.
Oh yaa~
Namaku Salwa Humairah nama ini pemberian ayahku yang memiliki arti pembawa kebahagiaan dan wanita dengan pipi kemerahan. Harapannya aku menjadi perempuan yang membawa kebahagiaan untuk keluarga ku dan orang lain.
Aku terlahir ditengah tengah keluarga yang lekat akan agama, ibuku seorang guru agama islam disalah satu sekolah menengah atas dan ayahku seorang kepala yayasan pesantren. Sebelum mereka meninggalkan ku, aku selalu diajarkan akan hal kebaikan dan selalu berbuat baik kepada orang lain walaupun aku diperlakukan dengan buruk. Bagi mereka, aku adalah hadiah terindah yang tuhan berikan untuk mereka dan bagiku mereka adalah dua manusia terbaik yang mau menyayangiku sepanjang hidup mereka.
***
Arloji ku menunjukkan pukul 14.20 WIB, rasanya tubuh ini tak ingin beranjak dari kursi yang telah lama kududuki, namun harus ku paksakan agar rasa malas itu tak berlanjut menguasai setiap sel-sel tubuhku.
Aku harus segera bersiap diri menemui rumah baru ibu dan ayahku, sebenarnya bukan rasa malas yg sedari tadi mengendap dalam tubuhku, tapi rasa tak siap diri melihat rumah kami yang sekarang sudah berbeda.
Disela sela persiapan diri, aku tak lupa untuk menyelipkan berlembar-lembar tisu di setiap sudut tas, tisu ini hanya untuk berjaga jaga jikalau nanti mataku tak kuat menahan air yang sudah kubendung dari beberapa hari lalu.
"Assalammualaikum salwa , masyaallah teman ku yang satu ini cantik sekali" ucap laras.
"Waalaikumsalam ras, masyallah aamiin. kamu bahkan lebih cantik ras"
"Aamiin, kamu udah siap kan? tinggal berangkat yuk sekarang, takut kesorean" ajakan laras membuat ku semakin menyiapkan diri untuk bisa tegar melihat rumah ibu dan ayah.
***
Kami berdua berangkat menggunakan mobil milik ayah laras menuju tempat peristirahatan ayah dan ibuku.
Inilah seorang gadis cantik bernama Larasati, ia adalah sahabat ku sejak SMP sampai sekarang di bangku kuliah, kami sering menghabiskan waktu sekedar untuk melepas lelah karena sibuknya dunia perkuliahan atau hanya membicarakan pelajaran yang tak bisa meresap kedalam otakku.
"Sal? are you oke?" tanya laras memecahkan lamunan ku
"Ah? ya aku baik baik aja ko~"
Entah mengapa hatiku rasanya sakit, padahal laras hanya bertanya mengenai keadaanku, dalam hati kecil ini tak bisa aku pungkiri bahwa sebenarnya aku sedang tidak baik baik saja.
"Kamu udah makan belum? kalo belum nanti kita makan ya? Aku traktir deh!"
Aku hanya membalas dengan anggukan, alih alih takut ketika aku berbicara nada suaraku bergetar dan membuat laras khawatir.
Setelah cukup lama kami diperjalanan dalam keheningan, akhirnya kami tiba ditempat tujuan. Laras memarkirkan dan mengunci mobil, sedangkan aku turun untuk membeli bunga dan air mawar untuk berziarah.
"Sal udah belum?"
"Udah nih, nunggu kembalian"
"Aku beli minum dulu yaa, haus bangett! kamu mau dibelikan minum apa?" Laras bertanya
"Apa saja"
"Okee"
Aku melihat kesetiap sudut tempat ini, hatiku bertanya senyaman inikah rumah baru ibu dan ayah? sehingga mereka tak ingin pulang?
Sedetik kemudian pandangan mataku tersadar kan oleh uluran tangan pedagang yang mungkin saja sedari tadi sudah memanggilku untuk memberikan uang kembalian.
"Neng maaf kembaliannya"
"Oh iya terimakasih bu" ucapku dengan perasaan tak nyaman.
Segera aku beranjak pergi menuju peristirahatan ibu dan ayah sembari menunggu laras disana.
Lagi lagi hatiku berbicara, secepat inikah ibu dan ayah pergi? bahkan mereka belum melihat ku memakai toga dan berfoto bersama.
"Assalammualaikum Ibu, Ayah. Salwa ada disini, ibu sama ayah lagi apa?"
Kupandangi batu nisan ibu dan ayah, rasanya aku ingin ikut juga bersama mereka menghadap sang kuasa.
"Salwa kesepian, ibu sama Ayah gamau pulang? gamau liat salwa senyum lagi kaya dulu? Ibu ga kangen masakin sarapan buat awa? ayah juga ga kangen nyeramahin awa?"
Rasanya aku tak kuasa lagi menahan air yang sudah menumpuk diujung mata, hanya dalam satu kedipan air itu sudah membanjiri seluruh permukaan wajah ku.
"Sal..." bahkan suara laras yang begitu lembut pun tak bisa menghentikan tangisanku yang sudah mengalir begitu saja.
Aku makin menjadi, kini tak hanya mataku yang mengeluarkan air tapi juga mulut ku yang meringis membuat laras memberikan pelukan hangat untukku.
Inilah yang aku khawatirkan semenjak dari rumah. Aku takut hilang kendali, aku takut tak bisa menegarkan diriku sendiri.
Laras yang mungkin mengerti keadaan ku juga tak mengeluarkan suaranya, ia hanya terus memelukku dan mengusap air mataku.
Bahkan tisu yang sudah ku persiapkan dari rumah pun tak ku keluarkan dari dalam tas, pikiran kacau ini sudah berhasil menguasai seluruh badan ku.
Mohon maaf bila penulisan nya terlalu bertele tele atau terkesan tidak rapih ya, aku hanya seorang pemula. Semoga kalian memaklumi nya dan terimakasih telah membaca karyaku yang tidak seberapa ini hihi.