webnovel

Bab 32 Kevin berubah

Uang yang didapat Debi dari Kevin ternyata bukan untuk biaya kuliah Clara, melainkan untuknya berfoya-foya dengan teman sosialitanya.

Debi akan menggunakan uang itu untuk arisan dan membeli barang-barang branded agar tak kalah saing dengan teman-temannya. Ia tak tahu saja nasib Kevin sedang ada di ujung tanduk saat ini.

Setelah dari bank Debi pergi ke sebuah restoran bergaya barat dengan desain yang megah. Debi dan para teman-teman sosialitanya sengaja membooking restoran tersebut untuk acara arisan mereka.

"Hai… udah lama nunggu?" tanya Debi kepada teman-temannya ketika sudah bergabung dengan mereka.

"Udah dong dari tadi. Kita kan cuma nungguin kamu," jawab salah satu temannya.

"Iya. Kirain kamu nggak datang lho jeng," sahut yang lainnya. Kali ini terdengar seperti sebuah sindiran.

Karena tidak punya uang memang awalnya Debi ragu untuk ikut bergabung dengan mereka. Ia rencananya akan berasalan apa aja demi tidak ikut dan terlihat miskin di depan teman-temannya.

Debi tertawa canggung sambil mengibaskan tangannya. "Ya, mana mungkin aku nggak datang jeng."

Setelah itu mereka mulai pamer barang-barang branded kepunyaan mereka. Seperti tas, sepatu, kendaraan sampai perhiasan.

Debi tentu saja tidak mau kalah saing. Ia memamerkan cincin berlian yang kemarin ia beli. Debi bahkan kemarin rela berhutang terlebih dahulu untuk membeli cincin berlian itu, dan siang ini ia memeras uang dari Kevin untuk bisa melunasinya.

Lingkungan pertemanan sosialita Jesika ini sangat tidak sehat sebenarnya. Salah satu ada yang tidak bisa mengikuti gaya hidup mereka dan mulai terlihat miskin maka akan dijauhi, setelah itu ditinggal.

***

Pukul enam sore Kevin pulang dari kantor. Wajahnya kusut dan ia terlihat seperti tidak mempunyai semangat hidup sama sekali.

Di dekat tangga Kevin bertemu dengan Siti. Asisten rumah tangganya tersebut kemudian menawarkan minum untuk Kevin.

"Eh, tuan sudah pulang. Mau saya buatkan minum apa tuan?"

Kevin yang akan menaiki tangga hanya menoleh sedikit ke arah Siti. "Aku tidak ingin apa-apa," jawab Kevin dengan dingin.

Mendapatkan reaksi yang seperti itu Siti menjadi tahu, bahwa suasana hati majikannya itu pasti sedang buruk. Ia lalu menunduk dan pamit dari hadapan Kevin dengan takut. Kevin tidak pernah seperti ini biasanya, bagaimana Siti tidak takut?

Kevin melanjutkan langkahnya menuju kamarnya. Setelah sampai di kamar ia yang biasanya akan mandi terlebih dahulu untuk menyegarkan kembali badannya, malah memutuskan untuk langsung tidur di atas kasur.

Sedangkan Marisa pulang jam delapan malam. Ia baru ada projek hari ini sehingga pulang sedikit terlambat.

Berkali-kali tadi Marisa menelepon Kevin, tapi tak diangkat. Bahkan pesan chat dari Marisa juga tak dibaca oleh Kevin.

Marisa yang merasa cemas kemudian menghubungi Lia. Namun Lia bilang Kevin sudah pulang jam enam sore. Dan setelah itu Marisa gegas pulang ke rumah untuk memenuhi rasa penasarannya, kenapa Kevin mengabaikannya.

Marisa turun dari mobil kemudian langsung berjalan masuk ke dalam rumah. Ia tak langsung ke kamarnya, melainkan ke dapur untuk mencari Siti dan bertanya apakah Kevin sudah makan atau belum. Marisa sudah seperti ibu yang mengkhawatirkan anaknya saja.

"Tadi tuan sudah makan belum mbak Siti?" tanya Marisa.

"Belum nyonya. Padahal sudah saya siapkan semuanya di meja makan," jawab Siti.

"Sekarang tuan di mana mbak?" tanya Marisa lagi.

"Sejak pulang tadi tuan langsung naik ke lantai dua nyonya. Saya tawari minum saja tuan tidak mau tadi," jawab Siti panjang lebar.

Dalam situasi yang seperti ini dipaksa untuk makan malam di meja makan sepertinya juga akan percuy. Kevin pasti tidak akan mau.

Marisa lalu meminta Siti untuk menyiapkan makan malam untuk Kevin. Ia akan membawanya ke kamar dan membujuk Kevin agar mau makan.

"Ini nyonya. Sudah saya siapkan makan malam untuk tuan dan nyonya." Siti meletakkan nampan yang berisi nasi, sup ayam dan teh hangat di meja makan tepat di depan Marisa.

Marisa yang sedari tadi duduk dan menunggu Siti di kursi meja makan, kemudian bangkit dan mengambil nampan yang sudah Siti siapkan.

"Oke. Terima kasih ya mbak Siti," ucap Marisa. Ia kemudian berjalan menuju ke tangga. Siti mengangguk kemudian pamit dengan sopan untuk melanjutkan pekerjaannya di belakang.

Sesampainya di kamar Marisa kemudian meletakkan nampan yang ia bawa di atas nakas dekat ranjangnya. Dilihatnya wajah suaminya. Tampak lesu dan pucat.

Lebih mirisnya lagi Kevin tidur dengan baju kerjanya, jadi sudah bisa dipastikan tadi Kevin belum mandi. Marisa merasa sedih dan iba sekali melihatnya.

Tak tega sebenarnya membangunkan Kevin, tapi lebih tidak tega lagi jika Kevin tidur dalam keadaan perut yang kosong seperti sekarang ini. Marisa khawatir Kevin akan sakit nantinya. Jadi terpaksa Marisa membangunkannya dengan hati-hati.

"Vin. Bangun Vin." Marisa mengguncangkan lengan Kevin pelan.

Perlahan Kevin membuka matanya yang terasa begitu berat. Wajah Kevin menunjukkan ketidaksukaan ketika melihat Marisa berada di depannya, iya. Kevin merasa terganggu.

"Kamu kenapa sih bangunin orang lagi tidur?" tanya Kevin ketus.

Marisa tercenung, niat baik ternyata tidak menjamin mendapatkan hasil yang baik pula. Ia hampir tidak bisa percaya bahwa suaminya tega bicara ketus seperti itu kepadanya.

Ada rasa sakit yang menyelenyar di hati Marisa. Ia kecewa pada sikap Kevin, tapi Marisa berusaha sekuat tenaga untuk bersabar. Marisa yakin ini hanya untuk sementara. Jika masalah Kevin telah selesai ia pasti akan bersikap lembut seperti biasanya, pikir Marisa.

"Kamu pasti tadi belum makan kan? Ini aku bawakan makan malammu ke sini," jawab Marisa. Ia berusaha menciptakan senyum yang ramah, walau hatinya pedih.

Kevin meraih guling yang ada di sampingnya, memeluknya sambil memejamkan matanya. "Aku bukan anak kecil lagi. Kalau lapar aku akan makan sendiri," sahut Kevin yang lagi-lagi berbicara dengan ketus.

Mata Marisa mengambang basah. Kali ini ia sudah benar-benar terluka dengan sikap Kevin.

"Aku cuma nggak ingin kamu sakit. Itu aja kok," ucap Marisa. Ia kemudian pergi meninggalkan Kevin.

Sebenarnya Kevin tadi sekilas melihat Marisa menangis. Namun ia seakan tidak merasa bersalah sedikitpun karena sudah melukai hati Marisa. Kevin benar-benar egois sekali.

Sementara itu Marisa memutuskan untuk mandi, mungkin itu akan membuat pikirannya menjadi fresh kembali.

Dinginnya air shower malam itu sepertinya tak mampu mendinginkan hati dan pikiran Marisa yang sedang panas.

Air matanya larut bersamaan dengan guyuran air. Marisa benar-benar kacau saat ini.

Hingga beberapa menit kemudian Marisa selesai mandi. Ia lalu membuka lemari dan berganti baju.

Setelah ganti baju ia melihat lagi nampan yang ada di atas nakas. Tadinya Marisa lapar dan ingin makan malam dengan Kevin. Namun mendadak selera makan Marisa menjadi hilang. Marisa kemudian memutuskan untuk segera tidur saja.

Setelah beberapa menit Marisa kini tertidur pulas, mungkin ia lelah. Kevin yang melihatnya kini merasa menyesal. Ia baru sadar telah menyakiti hati istrinya malam ini.