webnovel

Lelah

Perjalanan yang panjang dan memakan waktu yang tidak sedikit membuat Genta goyah di tiap waktunya. Kadang terbesit kenangan masa lalu mengenai Anggi dan ingin mencoba memutar waktu kembali, namun ia masih bingung mengenai bagaimana, kapan dan dengan apa Genta kembali ke waktu di mana Anggi masih hidup. Segala upaya ia coba untuk mencoba sedikit melupakan dan fokus untuk pekerjaan saat ini, namun selalu dan selalu pikiran itu hadir tanpa undangan.

"Apa yang harus ku lakukan sekarang? Aku sudah terlanjur ada di sini namun di sisi lain aku ragu, bahkan aku ingin sekali memutar waktu agar aku bisa bertemu kembali dengan Anggi," tutur Genta dalam kesendiriannya. Dari jauh pandangan Bhatari sudah memperhatikan Genta sejak lama, ia seringkali melihatnya bergumam sendiri dikala tidak ada orang yang menemaninya. Ingin rasa dirinya mencoba bertanya tentang apa yang dia pikirkan saat itu, namun Bhatari enggan melakukan hal itu karena tidak enak hati.

Progres yang awalnya lancar tanpa hambatan kini menjadi terjeda kembali, Genta seringkali absen dan menelusuri tanah lapang dengan mencari bahan-bahan yang dibutuhkan, pikir lainnya. Mereka tau bahwa untuk membuat formula tersebut butuh banyak bahan dan beberapa hal lainnya, namun Genta sudah terlalu lama dan berlarut-larut dalam hal yang membuat lainnya merasa curiga terutama Bhatari.

"Kalian merasa ada yang aneh nggak sama Genta akhir-akhir ini?" tanya Bhatari kepada yang lainnya.

"Benar apa kata kamu, Tar. Aku perhatikan juga Genta jadi nggak kaya biasanya, ada apa ya?" bingung Dodi.

"Mending kamu nanya aja, Tar. Berhubung kalian juga udah kenal lebih lama dibandingkan kami." Sambung Aldo.

"Apa karena aku lagi ya. Genta jadi gitu?" celetuk Ajeng.

"Jangan berburuk sangka dulu, kak. Barangkali saja Kak Genta lagi banyak pikiran, jadi makanya gitu. Nanti aku hibur dia deh biar kembali lagi seperti sebelumnya." Tutur Bhatari sambil meyakinkan Ajeng.

Ufuk fajar sudah menyeruak dengan teriknya, kokokan ayam pejantan sudah bersaut-sautan untuk melihat siapa yang paling nyaring dan indah saat itu. Genta yang terbangun karena hal itu bergegas untuk pergi kembali entah kemana nantinya. Genta menghindari mereka karena masih terbebani oleh pemikiran itu, dia takut akan pertanyaan yang nantinya akan dilayangkan padanya, apakah mereka akan mengizinkan atau malah sebaliknya. Genta sudah berprasangka akan hal itu, karena dia tau projek ini merupakan harapan dari semua orang dan dengan pemikiran ingin kembali pulang serta bertemu kembali dengan adiknya akan membuat semuanya rancu dan kacau. Setelah cukup jauh dari laboratorium, Aldo dengan inisiatif mencoba berbicara dengan Genta tentang permasalahan itu, namun sayang ketika Aldo sudah berada di depan ruangannya, ia tak mendengar suara apa pun dari bilik yang biasanya ada suara komputer dan ketikan kini hening. Aldo merasa ada yang tidak beres, dengan mencoba membuka ruangannya dilihatlah ruangan kosong tak berpenghuni.

"Duh, kemana lagi kamu, Nta. Kita lagi butuh kamu loh," lengus Aldo.

Matahari kini sudah di posisi paling atas, siang yang terik bak Gunung Sahara membuat suasana lab semakin gerah dan kelimpungan karena Genta. Sudah lebih dari setengah hari ia tak muncul dan membuat semua orang khawatir padanya. Laboratorium tanpa Genta diibaratkan anak ayam yang mencari induknya. Genta merupakan pondasi bagi proyek ini. Apabila ia tidak ada maka tidak ada pula pergerakan dari proyek ini. Waktu sudah menunjukkan senja akan tiba, dari kejauhan bayangan hitam perlahan menuju laboratorium, dengan santai ia berjalan dan membawa beberapa barang yang di tadahnya.

"Genta! Kemana saja kamu, hah! Kami khawatir loh!" Bentak Bhatari.

"Sudah-sudah. Aku lelah, Tar. Dan besok temani aku keluar sebentar, akan kuceritakan semua alasan aku kenapa begini." Tutur Genta sambil meninggalkan Bhatari. Bhatari hanya bisa pasrah dan mencoba bersabar menunggu sampai besok dia menceritakan semuanya. Saat itu, Aldo tidak sengaja mendengar percakapan tersebut dan berencana untuk mengetahui obrolan apa yang dimaksud oleh Genta sampai ia berubah.

Keesokan harinya, Genta menepati janjinya untuk menceritakan kepada Bhatari mengapa dia berubah. Tanpa disadari Aldo sudah siap mendengar percakapan mereka di balik ruangan sudut laboratorium.

"Dari mana ya aku mulai menceritakannya, aku bingung serius." Ucap Genta sembari menemukan awal cerita yang bisa meyakinkan Bhatari.

"Santai saja, Nta. Aku siap mendengarkan apa saja yang perlu kamu katakana," yakinkan Bhatari pada Genta.

"Oke baiklah, beberapa minggu ini aku lagi dilema, galau dan entah apa yang aku pikirkan. Kamu tau kan dulu aku mempunyai seorang adik perempuan, entah kenapa aku kali ini kangen sekali dan muncul ide aneh." Jelas Genta.

"Adik mu yang bernama Anggi kan? Emang ide aneh apa sampai ada kaitannya dengan Anggi? Apa kau mau menghidupkannya kembali? Nggak lucu tau!" Tegas Bhatari.

"Bukan, aku juga tau itu mustahil dan tidak akan pernah bisa dilakukan, namun apa kamu tidak terpikir untuk bisa kembali ke masa lalu?" tanya Genta terdiam sejenak.

"Bisakah kamu membantuku kembali ke masa lalu, Tar?"

"Aku tidak tau, Nta. Walau pun aku memiliki hal semacam itu, tapi aku bingung. Kamu juga tau efek samping apa ketika aku memakainya, jangan-jangan kamu sudah melupakannya. Hah? Tanya Bhatari.

Genta terdiam mematung ketika pertanyaan Bhatari di ucapkan.

"Gimana kalau kamu selesein proyek ini dulu, kalau sudah selesai. Kita pikirkan bareng-bareng tentang hal yang kamu ceritakan tadi. Kita sudah terlalu jauh dan hampir selesai, jangan karena kesedihan mu justru membuat semuanya berantakan." Jawab Bhatari dan meninggalkan Genta.