webnovel

Ai No Koe (Suara Cinta)

Ai No Koe "Voice of Love" Okino Kaito, remaja yang kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya. Ame (hujan) gadis yang ia temui di musim panas hari itu lenyap dari dunia ini. Walau hanya satu bulan mereka bersama, tapi cinta bisa tumbuh kapan saja. Sampai saat Ame meninggalkan dunia ini. Kaito seakan kehilangan hujan semangat nya. Dua tahun kemudian ia bertemu dengan gadis misterius yang tak mau berbicara sama sekali. Entah kenapa takdir membuat Kaito tertarik pada gadis itu. Hari demi hari Kaito lalui, mimpi mimpi aneh mulai menghantui nya. Potongan potongan mimpi itu memberi sebuah petunjuk pada Kaito. Kenapa Kaito selalu bermimpi aneh?

OkinoKazura · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
114 Chs

Chapter 97

Dalam mimpi kemarin ...

Angin bertiup begitu kencang. Rumput rumput yang tinggi pun mengikuti kemana arah angin meniup nya. Kaito dengan seragam SMA nya berdiri di depan masa lalu nya yang seharusnya sudah lenyap.

Ame, gadis rambut pirang sebahu dan seragam SMP nya yang sangat membekas di ingatan Kaito. Mereka berdiri berhadapan dan membicarakan tentang masa depan.

"Senpai? ... kalau ketemu kakak ku ... tolong sampaikan pesan ku ya?", ucap Ame dengan rambut nya yang terombang ambing angin yang sedang tertiup kencang.

"Apa pun itu Ame", kata Kaito dengan perasaaan nya yang campur aduk itu.

"Tolong katakan padanya ..."

--------------

Kaito

"Aku memaafkan mu kak, itu lah pesan Ame", Aku akhirnya bisa menyampaikan nya.

Pesan dari mu Ame. Aku berhasil, semoga itu bisa membantu mengembalikan suara Ai.

"Bohong!", suara dari ponsel Ai.

Ha?!

"Ame pasti muncul di mimpi ku dan dia bilang aku tak akan pernah ia maafkan", Ai mulai meneteskan air mata nya ke ponsel nya.

"Ai ... itu bukan Ame yang sebenarnya", jelas ku.

"Itu adik ku ... aku mengenal adik ku lebih dari siapapun!", suara dari ponsel nya.

"Aku tau ... kau jauh lebih mengenal nya dari pada aku", aku merebut ponsel nya agar Ai tak bisa berkata apapun.

"Ame sudah memaafkan mu Ai ... aku yakin itu", aku meletakan ponsel Aindi samping wastafel lagi.

"Kamu gak butuh kertas ... apalagi ponsel ... kau hanya perlu bicara seperti dulu lagi", aku membelai pipi Ai dengan lembut.

"Tolong ... aku ... aku takut ...", aku terlalu takut untuk kehilangan mu Ai, aku tak sanggup mengatakan yang sebenarnya.

"Katakan lah sesuatu Ai ... ku mohon", aku memeluk Ai dengan erat tanpa memikirkan apapun lagi.

Entah kenapa Ai membalas pelukan ku dan meneteskan air mata di seragam ku ini. Aku tak menyangka aku kembali memeluk nya seperti ini.

Aku semakin tak ingin kehilangan nya kali ini. Jika memang mimpi kemarin itu benar ada nya. Aku akan tetap melawan takdir, walau mustahil sekalipun.

"Apa hati mu masih sakit?", tanya ku.

Ai hanya mengangguk dan terus meneteskan air mata nya di pelukan ku. Rasa penyesalan Ai mungkin sangat kuat sampai ia tak bisa melawan nya. Aku bisa perasaan penderitaan di setiap tetes air mata nya.

Entah apa yang dia lewati, dia adalah gadis yang luar biasa.

"Ai ... maaf ... aku terlalu memaksa mu", aku melepas pelukan ku.

Ai menggelengkan kepala nya dan berusaha mengusap air mata nya.

"Maaf gak sopan ... ayo aku anter ke depan ... ini ponsel mu", ucap ku mengembalikan ponsel nya lalu melangkah menuju pintu depan rumah ku.

Ai pun mengikuti langkah ku sembari membawa kotak makanan tadi di dalam kantong plastik yang sama.

"Hati hati ...", ucap ku perlahan.

Ai pun mengangguk dan hanya berjalan keluar dari rumah ku tanpa berkata apapun. Aku pun segera menutup pintu rumah ku.

Aaah!!! apa yang ku pikirkan sampai memeluk nya!!!

Dasar tolol!!! ... aku bahkan membelai pipi nya ...

Aaghh!! semoga dia tak berpikir aku adalah orang mesum ...

Aku pun kembali melangkah ke kamar Hanabi karena melihat pintu kamar nya yang masih terbuka. Aku yang berpikir Hanabi sudah tertidur pulas pun terkejut karena melihat nya membaca buku sembari berbaring di ranjang.

"Oi!! oi!! oi!!!", aku segera masuk dan merebut buku yang ada di tangan Hanabi.

"Kak!!! kenapa sih?!", tanya Hanabi kesal.

Eh?! buku pelajaran?!

"Oi! ... kamu sengaja ya? ... biar besok gak bisa ikut drama kelas mu?", kata ku dengan wajah datar.

"Emm ... ano ... enggak kok", Hanabi langsung memejamkan mata nya dan memalingkan wajah nya dari ku.

Aku pun meletakan buku pelajaran Hanabi di meja belajar yang ada di seberang ranjang nya.

"Hanabi ... kalo gak tidur aku bakal pergi dari rumah loh", ancam ku.

"Hee?? ancaman macam apa itu", Hanabi menutupi wajah nya dengan selimut nya.

Aku segera keluar dan menutup pintu kamar Hanabi. Karena kaki ku terasa sangat lelah aku pun memutuskan untuk naik ke kamar ku dan segera tidur.

Buk ...

Aku menjatuhkan diri ku di kasur ku yang empuk ini. Rasa nya sangat nyaman dan damai. Akhirnya aku bisa berbaring kembali di ranjang ku.

Tapi ... entah kenapa aku tak bisa percaya dengan Hanabi.

Si bocah itu pasti usaha biar besok gak masuk ...

Aku pun mengambil bantal serta selimut ku dan kembali menuruni tangga.

Glek ...

Aku membuka pintu kamar Hanabi dan benar saja. Hanabi berdiri di depan meja belajar dan tangan nya hendak mengambil buku yang barusan aku rebut.

"Oi!! ketauan ...", kata ku dengan nada datar.

"Ka-kakak mau ngapain? ...", Hanabi langsung berlari dan berbaring di ranjang nya.

"Mau ngawasin kamu", jawab ku lalu meletakan bantal dan selimut ku di lantai kamar Hanabi.

"Heee?!! jangan jangan ...",

"Jangan pikir yang aneh aneh cepet tidur sono", aku pun terpaksa tidur di lantai hari ini.