webnovel

Ai No Koe (Suara Cinta)

Ai No Koe "Voice of Love" Okino Kaito, remaja yang kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya. Ame (hujan) gadis yang ia temui di musim panas hari itu lenyap dari dunia ini. Walau hanya satu bulan mereka bersama, tapi cinta bisa tumbuh kapan saja. Sampai saat Ame meninggalkan dunia ini. Kaito seakan kehilangan hujan semangat nya. Dua tahun kemudian ia bertemu dengan gadis misterius yang tak mau berbicara sama sekali. Entah kenapa takdir membuat Kaito tertarik pada gadis itu. Hari demi hari Kaito lalui, mimpi mimpi aneh mulai menghantui nya. Potongan potongan mimpi itu memberi sebuah petunjuk pada Kaito. Kenapa Kaito selalu bermimpi aneh?

OkinoKazura · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
114 Chs

Chapter 45

Kaito

Tepat saat aku keluar dari pintu rumah ku. Mina juga sudah berada di depan pintu rumah nya.

"Pagi Mina ...", sapa ku.

Bukan nya membalas ucapan selamat pagi ku, dia malah langsung melangkah meninggalkan ku ke arah sekolah.

Eh? dia kenapa?

"Terkadang kau harus cari tau masalah mereka Kaito"

Seketika perkataan Raku kembali terngiang di kepala ku. Tanpa pikir panjang aku segera mengejar langkah Mina.

"Mina ... tunggu!", kata ku menepuk pundak nya.

Plaak ...

Mina membalik badan nya dan menampar pipi kanan ku tanpa alasan yang jelas. Walau tak terasa sakit tapi, ditampar oleh sahabat sendiri tanpa alasan yang jelas membuat hati ku sakit dan bingung.

Tanpa mengatakan apapun Mina berlari meninggalkan ku.

Kenapa?

Apa salah ku?

Aku pun melanjutkan langkah menuju sekolah dengan perasaan yang campur aduk. Aku tak bisa berhenti memikirkan kejadian tadi. Sesampai nya aku di gerbang sekolah, seseorang menghentikan langkah ku.

"Oi, Kohai!", sapa kak Ruui yang tiba tiba berdiri di depan ku.

"Hmm ... kenapa?", tanya ku dengan wajah malas.

"Pipi mu kenapa tuh ... kok yang kanan agak merah?", tanya nya setelah melihat wajah ku.

"Ditampar Mina ... dia kok belakangan ini aneh sih, senpai tau kenapa?", lanjut ku bertanya.

"Ini masalah cewek ... kamu gak perlu ikut campur", jawab nya dengan wajah dingin.

"Huhh ... ya udah ...", ucap ku menghela nafas lalu kembali melangkah.

"Heh ... aku belum selesai ...", ucap kak Ruui menarik lengan seragam ku.

"Apa lagi? ... kalo kita kelamaan di sini, tuh liat anak anak tukang gosip udah liatin kita", ucap ku dengan wajah malas menunjuk ke arah sekelompok murid yang melihat ke arah kami.

"Bukan urusan ku, soal Ai ... kemarin aku yang suruh dia", ucap nya dengan wajah dingin.

"Apa? ohh ... dan pasti kau disuruh guru kesayangan mu kan?", ucap ku mengejek nya.

"Hmm ... itu urusan mu", ucap nya lalu membalik badan nya dan melangkah meninggalkan ku masuk ke gedung sekolah.

Aku pun segera berjalan memasuki gedung sekolah. Saat berada di koridor sekolah, seseorang kembali menghentikan langkah ku.

"Pagi Kaito ...", sapa kak Sakura dengan ramah.

"Oh ... pagi Sakura senpai", jawab ku.

"Novel yang kau tulis bagus loh ... kamu belum pernah nulis genre fantasi kan?, kenapa kau tiba tiba menyelesaikan genre fantasi dalam satu malam?, bagus lagi", kata kak Sakura bertanya panjang lebar.

"Hmm ... rahasia lah ...", ucap ku dengan wajah malas.

"Pasti karena cinta, iya kan?", tanya nya dengan senyuman ejekan.

"Terserah lah", ucap ku lalu melangkah menuju kelas.

"Lama lama kau jadi kaya Ruui tau ...", ucap kak Sakura.

Tanpa menghiraukan nya aku segera masuk ke kelas. Saat aku masuk ke kelas, aku tak melihat Mina di sini. Aku hanya melihat tas merah nya yang ia letakan di atas kursi nya.

Saat aku melihat ke arah bangku ku. Ai sudah duduk di bangku samping ku dan mata nya fokus tertuju pada suatu novel yang ia baca.

Aku pun segera melangkah menuju bangku ku. Aku segera melepas ransel ku dan meletakan nya di bawah meja. Aku pun mengambil novel yang ku tinggal kan di laci meja lalu duduk dan membaca nya.

Karena aku duduk di samping Ai, aku jadi ingat kejadian kemarin waktu ia mengirim pesan yang aneh itu.

"Ohayou Ai-san",(selamat pagi Ai) ucap ku menggoda nya.

Ia tetap fokus membaca novel nya, tapi pipi nya yang memerah itu memberi tahu ku dia sedang malu.

"Haha ... santai aja, gak perlu malu gitu, aku dah tau kamu di suruh Ruui senpai kan?", ucap ku dengan sedikit tawa.

Dia menoleh ke arah ku lalu mengangguk kan kepala nya dengan pipi yang masih memerah karena malu.

Tak lama kemudian Raku datang dan segera duduk di bangku yang berada di depan bangku ku.

"Eh! Udah ngerjain PR matematika belum kamu Kai?", ucap nya menoleh ke arah ku setelah menggeledah tas nya.

Adeh ... lupa lagi aku ...

"Belum ... ku kerjain sekarang lah ...", ucap ku mengambil buku matematika yang berada di dalam ransel hitam ku.

Beberapa menit hanya ku habiskan untuk memandangi soal yang tak ku mengerti. Tangan ku yang memegang pulpen serasa membeku karena tak tahu harus menulis apa.

Walau aku peringkat satu dalam ujian kemarin, nilai matematika ku adalah yang terendah di kelas ini. Entah kenapa setelah dihadapkan dengan angka aku tak bisa berkutik sama sekali.

Tiba tiba Ai menepuk pundak ku.

"Eh ... kenapa?", ucap ku sedikit terkejut.

Ai mengeluarkan buku matematika dari tas merah muda nya lalu memberikan nya padaku.

"Eh? apa kau memberiku contekan PR?", tanya ku bingung.

Dia hanya mengangguk kan kepala nya dan tersenyum manis pada ku. Aku baru ingat Ai adalah murid peraih nilai matematika tertinggi di ujian yang