Kaito
"Mina kau sakit ya?", ucap ku seraya menghentikan langkah nya.
"Gak kok ... hari ini lumayan panas ...", kata nya dengan lemas.
"Istirahat aja dulu gimana?", tanya ku khawatir.
"Gak bisa ... hari ini ada ulangan kan? ... kalo telat nilai ku bisa kurang", jawab Mina seraya melanjutkan langkah nya.
Aku pun hanya mengikuti langkah nya. Mungkin setelah aku pulang dari rumah nya kemarin, dia kembali bangun dan belajar sampai larut malam.
"Apa kau belajar sampai pagi?", tanya ku dengan wajah cuek.
"Hmm ... kalau tidak nilai ku dalam bahaya kan?", jawab Mina tanpa menghentikan langkah nya.
=°=°=°=°=°=°=°=°
Pelajaran hari itu pun berjalan layak nya hari hari biasa. Mina berhasil melewati ujian dengan susah payah. Tentu saja Kaito dan Raku tak memiliki halangan sama sekali saat menghadapi ujian. Hari ini bel pulang sekolah berbunyi dua jam lebih awal. Tentu karena hari ini adalah ujian tengah semester. Sepulang sekolah, seperti biasa Kaito menaiki tangga dan melangkah menuju ruang klub sastra.
=°=°=°=°=°=°=°=°
Kaito
Aku pun membuka pintu ruangan klub dengan wajah malas ku. Setelah pintu terbuka lebar, aku terkejut melihat gadis yang duduk di samping Ai. Rambut panjang berwarna biru nya seperti air laut. Mata merah padam nya melihat ku dengan tajam.
"Oi kohai!!!", sapa nya dengan tatapan sinis. -Kohai(adik kelas)-
"Kohai??", ucap ku penasaran.
"Aku Kaguya Ruui dari kelas 3A, salam kenal", ucap nya sembari berdiri dan sedikit menundukan badan nya.
"Oh, Kaguya senpai, nama ku Okino Kaito sala ..."
"Aku sudah tau", kata nya dengan cuek lalu duduk kembali di bangku nya.
Kalau kata murid murid sekolah ini, kak Kaguya Ruui adalah gadis terdingin di sekolah ini. Memang cocok sih dengan rambut biru nya. Saat melihat nya saja aku seperti berada di tengah lautan biru yang luas. Dan pertanyaan ku adalah kenapa dia disini?, ah, aku tak peduli.
Aku pun segera duduk di bangku yang biasa aku tempati. Tepat saat itu juga pak Kakegawa melangkah masuk ke ruangan klub dan menutup pintu yang tadi aku buka.
"Yo!", sapa nya dengan senyum.
"Ruui adalah pembimbing kalian mulai sekarang", kata pak Kakegawa.
"Eh, kenapa?", tanya ku tanpa memindahkan pandangan ku dari novel yang ku baca.
"Hmm ... aku banyak kerjaan ... nah, sampai jumpa ... jangan lupa tugas novel kalian ya ... terutama kau Kaito", kata pak Kakegawa seraya melangkah keluar dari ruang klub.
=°=°=°=°=°=°=°=°
Kakegawa
Kaito pasti berpikir aku hanya malas. Alasan aku meminta Ruui menjadi pembimbing adalah, aku tahu Kaito sudah tak bisa menulis lagi.
-(-(-(-(-(-(-(-(-(-(-(-(-(-
3 tahun lalu
Kakegawa Kei adalah juri di perlombaan menulis novel yang Kaito ikuti. Saat membaca novel karya Kaito dan Ame. Kakegawa merasa novel mereka adalah yang terbaik, karena Kakegawa merasakan tulisan mereka bukan hanya cerita biasa. Perasaan tulus dari Ame dan Ketekunan Kaito membuat novel mereka setara dengan penulis handal.
Saat Kakegawa tahu Kaito dan Ame tak menghadiri acara penghargaan itu, Kakegawa pun mencari tahu tentang Kaito dan Ame. Kakegawa pun mengerti dari mana asal dari ketulusan Ame, saat keluarga Ame menceritakan tentang penyakit yang Ame derita dan menunjukan letak pemakaman Ame.
Kakegawa terus mencari keberadaan Kaito dan menemukan rumah nya. Saat bertemu ayah dan ibu Kaito, Kakegawa pun mendengar semua yang Kaito alami.
-)-)-)-)-)-)-)-)-)-)-)-)-)-
Kakegawa
Cih, kenyataan memang kejam. Mereka berdua bisa saja menjadi penulis yang hebat. Tapi takdir memisahkan mereka. Dan sekarang layaknya pohon tanpa ada nya air hujan, Kaito tak bisa mengeluarkan buahnya lagi.
=°=°=°=°=°=°=°=°
Ruui
"Kaito ... sudah tak menulis lagi"
Saat teringat perkataan pak Kakegawa tadi, aku yang membaca novel ini pun mengalihkan perhatian ku pada Kaito. Ternyata memang benar, mata hitam nya tak mengeluarkan cahaya sedikit pun. Yang dia alami pada waktu itu pasti berat. Aku pun lanjut membaca novel.
"Ai ... apa kau tak mau menunjukan naskah novel mu tadi?", tanya ku tanpa mengalihkan perhatian ku dari novel yang ku baca.
=°=°=°=°=°=°=°=°
Kaito
Ai yang juga sedang membaca sebuah novel pun terkejut mendengar perkataan kak Ruui. Ai pun segera mengambil naskah novel nya yang ada di dalam tas merah muda nya. Dengan wajah yang nemerah Ai memberikan naskah itu padaku.
Dengan wajah datar, aku menerima nya lalu membaca nya. Dia tak mengubah bagian yang ku perbaiki kemarin. Naskah ini sudah jauh lebih baik dari kemarin, dan kemungkinan dia memenangkan lomba nya, mungkin ada, tapi masih terlalu kecil.
Aku pun mengembalikan naskah itu pada nya dan berkata.
"Hmm ... lumayan ... tapi kau butuh usaha ekstra jika ingin menang."
"Kau sendiri harus nulis kan?", kata kak Ruui dengan tatapan dingin nya.
"Hmm ... aku tau itu ... tapi ..."
"Tapi apa?, kau membiarkan Ai berjuang sendiri di klub ini ... hanya dengan memenangkan kompetisi 3 tahun lalu itu belum cukup", kata kak Ruui menyelaku.
"Ya, aku tau Kaguya senpai ... tapi ...", ucap ku dengan membalas tatapan dingin kak Ruui dengan tatapan tajam ku.
"Tapi apa?", tanya kak Ruui tanpa mengalihkan pandangan nya dari ku.
"Seandainya ... kau tau rasanya ... kau pikir setelah kejadian itu aku diam saja?!! ... setiap malam aku berusaha menulis sesuatu di sebuah kertas ... bukan tulisan yang keluar ... tapi hanya air mata yang membasahi kertas ku ... menurut senpai, kenapa aku masuk klub ini?!?! aku berusaha berkembang tanpa air hujan ku. Dan kau tau kan?, pohon tak akan tumbuh tanpa air", tanpa sadar aku mengeluarkan semua isi hati ku, dan membuat ruangan itu hening seketika.