webnovel

Ai No Koe (Suara Cinta)

Ai No Koe "Voice of Love" Okino Kaito, remaja yang kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya. Ame (hujan) gadis yang ia temui di musim panas hari itu lenyap dari dunia ini. Walau hanya satu bulan mereka bersama, tapi cinta bisa tumbuh kapan saja. Sampai saat Ame meninggalkan dunia ini. Kaito seakan kehilangan hujan semangat nya. Dua tahun kemudian ia bertemu dengan gadis misterius yang tak mau berbicara sama sekali. Entah kenapa takdir membuat Kaito tertarik pada gadis itu. Hari demi hari Kaito lalui, mimpi mimpi aneh mulai menghantui nya. Potongan potongan mimpi itu memberi sebuah petunjuk pada Kaito. Kenapa Kaito selalu bermimpi aneh?

OkinoKazura · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
114 Chs

Chapter 112

Kaito

Ai duduk di kursi kayu panjang yang ada di pinggir sungai. Aku pun perlahan mendekati nya. Aku terkesan seperti seorang penguntit saja. Tapi mau bagaimana lagi. Jika aku tak mengubah takdir, aku mungkin akan mati sia sia.

Dengan santai aku duduk di samping Ai. Seperti yang aku duga, dia menyendiri ke sini hanya untuk meneteskan air mata nya di pinggir sungai. Ai terperanjat ketika melihat ku dan segera mengusap air mata nya.

"Ka-kamu ngikutin aku ya?", tanya nya terus berusaha menghapus jejak tangisan yang ada di pipi nya itu.

"Hmm ... enggak ... kebetulan aku juga mau ke sini", jawab ku sembari memandangi indah nya sungai yang ada di depan kami berdua

"Ohh ...", Ai hanya mengangguk lalu menundukan kepala nya.

Tunggu?! dia percaya?!

Ternyata Ai memang gadis yang polos. Hati nya juga mudah hancur. Walau begitu dia tetap berusaha terlihat bahagia walau dia dalam suatu masalah. Sekarang hati nya pasti hancur lebur karena kata kata nya sendiri yang ia sesali.

"Ai ... adik mu ...",

"Aku tau!!!", teriakan pertama nya yang aku dengar setelah sekian lama menunggu nya.

Aku pun langsung terpaku pada wajah sedih nya itu.

"Dia selalu menulis novel sampai tak mau berbicara dengan ku!!!"

"Dia selalu mengabaikan ku setiap kali aku menjenguk nya!"

"Dan di buku harian nya cuma ada tulisan senpai senpai dan senpai terus!!", Ai mulai menangis karena tak kuasa menahan perasaan nya itu.

Ame terus menulis tentang ku di buku harian nya. Aku mengerti sekarang, ternyata sebab dari kutukan itu memang lebih besar dari yang aku duga.

"Aku ingin memukul wajah senpai nya ... aku akan merebut lagi adik kecil ku dari nya!!", Ai meremas ujung rok nya dan terus menangis.

"Maaf ya ...", ucap ku perlahan.

"Untuk apa?", tanya Ai.

"Kau boleh memukul ku sepuas mu ... dan rebut lah adik mu dari ku ...", kata kata ku yang membuat mata nya langsung tertuju pada ku.

"Karena adik mu ... aku perlahan menemukan tujuan hidup ku ... dan karena ku ... kau malah kehilangan nya ...",

Plak!!!

Ai menampar pipi ku dengan keras. Walau tak terasa sakit, tapi aku bisa merasakan penderitaan nya yang sangat dalam.

"Maaf ... aku gak bisa nahan emosi ku", ucap nya perlahan.

"Hmm ... ga apa apa ... baru kali ini kamu nampar aku", ucap ku dengan wajah cuek.

"He?", Ai langsung memandang ku dengan mata indah nya yang penuh air mata itu.

"Sebelum adik mu pergi ... aku ingin kita membuat nya terus tersenyum ...",

"Dari pada kamu nyesel cuma gara gara satu kalimat ...",

"Lebih baik kamu minta maaf sekarang", ucap ku lalu kembali berdiri.

"Mustahil", kata nya dengan kepala yang tertunduk itu.

"Ayolah ... aku sudah melakukan hal yang mustahil supaya sampai di sini ...", ucap ku lalu mengusap air mata yang ada di pipi nya.

"Apa?! ... rasa nya pernah ...", gumam nya selama aku mengusap air mata nya.

"Ayo ... jangan nangis sekarang ... waktu itu terlalu berharga untuk di tangisi loh", aku menggenggam tangan kanan nya dan memaksa nya berdiri perlahan.

Aku pun terus menggandeng Ai dan terus melangkah untuk kembali ke rumah sakit. Ai hanya diam dan menunduk selama perjalanan kami. Aku merasakan hal yang berbeda dengan Ai yang ada di samping ku ini.

Aku merasa dia bukanlah Ai yang aku kenal. Mungkin karena dia berbicara dengan ku, aku merasa aneh karena Ai yang berbicara ini. Karena aku terbiasa dengan Ai yang tak bersuara itu.

Greek ...

Akhir nya kami berdua kembali ke kamar Ame. Ai memandang adik nya itu dengan tatapan lebih penyesalan nya. Air mata nya lagi lagi keluar karena ia tak sanggup lagi menahan nya.

"Ame ... maafkan kakak!!", kata Ai langsung berlari ke arah adik nya yang sedah duduk di atas ranjag rumah sakit itu.

Aku pun kembali menutup pintu ruangan Ame dan membiarkan mereka berdua di dalam dan saling memaafkan. Aku hanya berdiri dan bersandar di tembok samping pintu masuk ruangan Ame.

"Kaito-san!!!"

Suara tak asing itu tiba tiba terdengar bersamaan dengan seseorang yang menepuk pundak ku.

"He?! Naya?! dan?!", ujar ku bingung saat melihat Naya mengenakan seragam SMA dan Ia sama sekali tak berubah karena waktu yang aku mundur kan ini.

"Jangan kaget ... aku kesini cuma mau jelasin semua ...", kata Naya dengan senyuman nya.

"Ya ... kamu memang perlu jelasin semua nya", ucap ku dengan wajah cuek.

"Woah ... gak nyangka kamu jadi imut gini", kata Naya seraya mengusap kepala ku.