Gilang tersenyum riang saat memasuki rumah megah putih gading itu. Pemuda itu bahkan bersiul-siul bahagia saat mengingat bayang Keara yang berteriak heboh ikut menyemangati para pemain basket di lapangan.
Gilang pada awalnya memang tak suka melihat Keara meneriaki cowok selain dirinya. Tapi selama Keara berteriak sambil menggenggam tangan Gilang, cowok itu rela. Lagipula, Gilang juga tau Keara teriak itu karena salah tingkah. Ditanya warna kaus pemain basket sekolahnya saja Gilang yakin Keara tidak tau.
Pemuda itu masih bersenandung ceria. Memasuki rumahnya yang masih tampak seperti biasa. Sepi.
Tapi bola mata Gilang menangkap sesuatu yang berbeda. Ada sang mamah sedang duduk di ruang tengah.
Gilang mengerjap, berjalan mendekat menghampiri sang mamah. Pemuda itu mengernyit. Kala menatap wajah wanita yang paling disayanginya tengah menunduk gelisah. Tangannya meremas-remas kecil ujung bajunya. Sambil menggengam sebuah ponsel yang masih menyala.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com