Hari itu, ia berhasil membuka lebar matanya. Memandang keadaan dengan realistis tanpa rasa buram akan harapan. Bahwa ia memang sendiri dan tak ada yang menemani. Bahkan adik yang selalu ia harapkan dukungannya, hanya bisa menatapnya sendu tanpa bisa berbuat apa-apa.
Menyapanya dengan hangat dan selalu membuatnya merasa dibutuhkan. Minta tolong membukakan permennya lah, membantu mengepang rambut halusnya, mengajaknya bermain boneka, sampai pernah memintanya untuk melukis wajah gadis itu dengan tangannya sendiri. Ia dipandang sempurna seolah lupa akan celah yang ia punya. Gadis itu memanggilnya 'Bang Tama'. Panggilan baru hingga adiknya pun ikut memanggilnya begitu.
Perkenalan yang singkat mampu merubah seluruh asanya yang hampir luruh menjadi semangat baru untuk tetap bertahan. Gadis itu menempatkannya seperti orang sepesial yang selalu diandalkan. Dan satu yang pasti, ia tak akan pernah mengecewakannya.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com