Akhirnya terjawab sudah rahasia selama ini yang inginku ketahui, lalu aku pulang dan sesampainya di rumah aku langsung memeluk Titah sebelum Frensky dan Rivan memanggilku untuk ronda malam ini di pos kamling pesantren darussalam.
"Assalamu'alaikum sayang.." Kamil memberikan salam pada Titah dan memeluk Titah.
"Wa'alaikumussalam mas, loh kok." Titah menjawab salam dari Kamil dan Titah juga merasa heran karena aku memeluknya.
"Aku sayang kamu." kata Kamil.
"Aku juga mas.." sambung Titah.
Lima belas menit kemudian..
"Assalamu'alaikum." Frensky dan Rivan memberikan salam pada bu Prameswari.
"Wa'alaikumussalam.", bu Prameswari menjawab salam dari Frensky dan Rivan.
"Maaf bu, Kamil nya ada?" tanya Rivan.
"Ada, Kamu Rivan kan anaknya pak Robi teman kecilnya Titah dan Kamil?" tanya bu Prameswari juga.
"Inggih bu.." jawab Rivan.
"Ada sebentar ya." kata bu Prameswari.
"Inggih bu.." seru Frensky dan Rivan.
"Mil, mil, Kamil.." bu Prameswari memanggil Kamil.
"Iya mah, sayang aku di panggil mama, aku ke sana dulu ya." kata Kamil.
"Inggih mas.." sambung Titah.
"Assalamu'alaikum." Kamil memberikan salam pada Titah.
"Wa'alaikumussalam." Titah menjawab salam dari Kamil.
"Jo, Pur.." Kamil memanggil Paijo dan Purnomo yang sedang berada di ruang tengah sambil memainkan handphone mereka.
"Inggih den mas.." jawab Paijo dan Purnomo.
"Ayo ronda." ajak Kamil.
"Inggih.." seru Purnomo.
"86 den mas.." seru Paijo juga.
"Iya mah kenapa?" tanya Kamil.
"Ini ada yang nyamper." jawab bu Prameswari.
"Ayo mil.." ajak Rivan dan Frensky.
"Ayo, mah Kamil pergi ronda dulu ya.", sambung Kamil dan Kamil berpamitan pada ibunya.
"Iya.." seru bu Prameswari.
"Jaga istriku baik-baik ya mah." kata Kamil.
"Iya, hati-hati di jalan ya mil." sambung bu Prameswari.
"Iya.." seru Kamil.
"Assalamu'alaikum." Kamil, Frensky, dan Rivan memberikan salam pada ibunya.
"Wa'alaikumussalam." mama menjawab salam dari Kamil, Frensky, dan Rivan.
Keesokan harinya..
"Pak kyai Abdullah." pak Galih memanggil pak kyai Abdullah.
"Inggih Galih." jawab pak kyai Abdullah.
"Kalau begitu saya bawa menantu ku ke Jakarta ya." kata pak Galih yang pamit pada pak kyai Abdullah.
"Inggih Galih." sambung pak kyai Abdullah.
"Pak dhe.."
"Inggih nduk."
"Bu dhe.."
"Nggih nduk."
"Kula pamit nggih budhal datheng jakarta etut marasepuh kula, restui kula pak dhe, bu dhe.." kata Titah yang berpamitan pada pak kyai Abdullah dan umi Fatimah.
"Inggih nduk, pak dhe uga ugi bu dhe mu satumunten merestui sampeyan uga ugi simah mu."
"Jo.. Pur.."
"Inggih.."
"Setunggal pesanku tulung jagi pak dhe uga bu dhe nggih." kata Titah lagi yang berpesan pada Purnomo dan Paijo.
"Inggih.." kata Paijo dan Purnomo patuh.
"Assalamu'alaikum." Titah dan Kamil memberikan salam pada pak kyai Abdullah dan umi Fatimah.
"Wa'alaikumussalam." umi Fatimah dan pak kyai Abdullah menjawab salam dari Kamil dan Titah.
Kini aku dan istriku ke Jakarta untuk acara selamatan empat bulan istriku.
Keesokan harinya..
Akhirnya sampai juga di jakarta dan nanti sore adalah acaranya, ternyata mama dan ayah sudah mempersiapkan semuanya di bantu abdi dalem di rumah ayah.
Siska mantan pacarku juga menghadiri selamatan empat bulanan nya istriku.
Jakarta
"Assalamu'alaikum." pak Galih memberikan salam pada mang Jaja dan bi Inah.
"Wa'alaikumussalam." mang Jaja dan bi Inah menjawab salam dari pak Galih.
"Den Kamil.."
"Iya bi.."
"Den Titah.."
"Iya bi.."
"Apa kabar?" tanya bi Inah.
"Alhamdulillah baik bi." jawab Titah.
"Syukur alhamdulillah kalau begitu, oh iya ibu juragan." kata bi Inah.
"Muhun bi, aya naon?" tanya bu Prameswari.
"Ada telepon dari Siska." jawab bi Inah.
"Siska saha?"
"Mantan pacarnya den Kamil." jawab bi Inah lagi.
"Mas.." kata Titah ketakutan saat mendengar nama Siska di sebut.
"Kamu tenang saja sayang, aku pasti akan menjaga kamu dan akan selalu bersama kamu." kata Kamil.
"Kamu tenang saja Titah, Siska sudah menikah jadi gak perlu takut lagi." sambung bu Prameswari.
"Oh iya mah.." seru Titah.
"Titah, kamu istirahat dulu ya sayang."
"Inggih mas Kamil."
"Ya sudah mah kalau begitu Kamil juga mau istirahat."
"Iya, ya sudah, tapi ingat sebelum ashar kalian berdua harus sudah bangun ya karena mama mau memperkenalkan Titah kepada saudara-saudara kita dari sukabumi."
"Iya mah.." seru Kamil.
"Inah.." bu Prameswari memanggil bi Inah.
"Iya ibu juragan." jawab bi Inah.
"Bantuin bawa barangnya Kamil dan juga Titah ya." pinta mama.
"Oh baik ibu juragan." kata bi Inah patuh.
"Den Titah, den Kamil.." bi Inah memanggil Titah dan Kamil yang baru saja sampai di depan kamarnya.
"Muhun bi, aya naon?" tanya Kamil.
"Atos teurang tacan lamun Siska tilas kabogoh na den Kamil eta wangsul ka indonesia jeung ngahadiran salametan opat sasihan na den Titah?" tanya bi Inah juga.
"Mas.."
"Iya sayang.."
"Artinya apa sih mas, Titah gak ngerti?" tanya Titah.
"Bi Inah nanya soal kepulangan Siska dan menghadiri selamatan empat bulanan mu sayang." jawab Kamil.
"Oh.. Terus mas Kamil jawab apa?"
"Belum ku jawab, kamu sudah bertanya karena mas Kamil ingin menjawab pertanyaan bi Inah yang tadi.." jawab Kamil lagi.
"Oh ya sudah jawab dong kalau begitu, mas.." pinta Titah.
"Iya sayang.." kata Kamil Patuh.
"Pake bahasa indonesia saja ya biar mengerti aku nya." pinta Titah lagi.
"Iya sayang, bi.." kata Kamil.
"Iya den.." seru bi Inah.
"Saya sudah tahu kok soal Siska." jawab Kamil.
"Oh.." seru bi Inah lagi.
"Iya, ada pertanyaan lagi?" tanya Kamil.
"Teu aya den, nya atos lamun kitu wilujeng beristirahat nya den.." jawab bi Inah.
"Heueuh, haturnuhun nya bi.."
"Heueuh den.."
Sementara itu di pesantren darussalam Paijo dan Purnomo merasa kesepian di rumah, lalu pak kyai Abdullah menghibur mereka berdua agar tidak larut dalam kesepian mereka, dan dua hari setelah acara selamatan empat bulanan nya Titah, papa mengumumkan soal kuliah S2 ku di luar negeri, aku juga memutuskan untuk menetap dan membuat usaha sendiri di luar negeri bersama Titah dan tidak lupa ku ajak abdi dalem setia istriku, Paijo dan Purnomo yang ada di pesantren darussalam.
Dan negara yang ku pilih adalah prancis, hampir saja lupa Titah, istriku ternyata juga akan melanjutkan S1 nya di prancis juga.
Dan aku pulang dari jakarta ke pesantren darussalam sendirian tanpa Titah, karena aku tidak mengizinkannya ikut denganku, aku ke pesantren darussalam untuk mempersiapkan semuanya termasuk juga untuk menjemput Paijo dan Purnomo sekaligus berpamitan pada pak kyai Abdullah, aku mendapatkan berita atau kabar bahagia dari Frensky dan juga istrinya, bahwa Annisa hamil dan juga Frensky sudah bisa mencintai Annisa dengan sepenuh hatinya, aku juga tidak sabar ingin memberitahu Titah soal kabar Annisa, sahabatnya.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh." bu Prameswari memberikan salam pada tamu yang hadir di acara empat bulanan Titah.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi Wabarakatuh." tamu yang hadir di acara empat bulanan Titah menjawab salam dari bu Prameswari.
"Sebelum acara di mulai saya akan memperkenalkan menantu saya yang bernama Titah dan hari ini adalah acara empat bulanannya, jujur saya sangat senang sekali karena saya akan mendapatkan seorang cucu lagi, bismillahirrahmanirrahim semoga anak ini akan menjadi anak soleh dan soleha serta berbakti kepada ibu dan ayah nya, Al-fatihah, baik silahkan di mulai acaranya agar tidak terlalu lama karena terbatasnya waktu." kata bu Prameswari memberikan sambutan dan acara pun di mulai.
"Kok.." Kamil heran.
"Iya kan sebentar lagi maghrib mas.." kata Titah.
"Oh.." seru Kamil.
"Ya sudah bisa di mulai ibu-ibu."
"Bisa.." kata ibu-ibu yang hadir di acara empat bulanannya Titah.