Keesokan harinya, jam 09:00 pagi.
Surie membuka pintu apartemennya. Ia menghela nafas sambil memutar kedua bola matanya.
"You shouldn't be here!"
Surie hendak menutup pintu namun Alex menahannya.
Alex datang dengan buket mawar merah di pangkuan tangannya.
"Sayang please... don't be mad at me."
Alex memohon dengan puppy eyes yang terlihat di kedua matanya. Alex tahu kalau Surie sedang marah padanya saat ini. Saat Fey melihat Alex kembali dari kamar mandi ia langsung bilang kalau Surie menelfonnya dan ia juga mengangatkat telfon itu. Bahkan Fey juga memperjelas jika mereka berdua sedang berada di kamar hotel.
Surie menyerah dan membiarkan Alex masuk. Seperti seekor anak anjing Alex mengikuti Surie dan berakhir duduk berhadapan di sofa.
"Ini buat kamu sayang." Ucap Alex sambil tersenyum dan menyerahkan buket mawar merah pada Surie.
Dengan ekspresi yang sangat datar bahkan terkesan seperti orang yang menahan marah Surie mengambil buket mawar pemberian Alex.
"Aku bisa jelasin semua."
"Gak perlu. Lagipula itu gak penting. Aku juga bukan siapa-siapa kamu lagi, Al." Ucap Surie ketus.
Alex memajukan tubuhnya. "Sayang... you still my everything."
"Gak usah gombal!"
"Aku gak lagi gombal, aku juga gak lagi ngerayu kamu."
Surie melipat kedua tangannya, ia mengalihkan pandangannya yang seakan muak dengan laki-laki yang ada di hadapannya sekarang.
"You still love me, right?" Tanya Alex.
Surie langsung menatap Alex dengan kening yang mengerut. Apa lagi kali ini, begitulah fikir Surie.
"Fey tinggal di hotel, and I don't know why. Kemarin Fey ke kantor dan kita juga makan siang bareng. Dan sebagai tunangannya, aku juga anter dia ke hotel."
"Kenapa Fey harus tinggal di hotel? Apa dia terlalu kaya lebih pilih hotel daripada rumah atau apartemen?" Tanya Surie serius.
"Aku juga gak ngerti Sayang. Aku udah tanya, dan dia cuma bilang gak suka tinggal sendiri." Jawab Alex mencoba menjelaskan situasi yang ada.
Surie tersenyum tipis sambil mengangguk ringan. "Aku ngerti sekarang. Fey itu tunangan kamu kan, setelah kalian nikah kalian akan tinggal bareng. Jadi buat apa beli rumah atau apartemen lagi."
Alex pindah berdiri dan pindah duduk di sebelah Surie. Tanpa memperdulikan Surie yang berusaha menolaknya, Alex menggenggam tangan Surie erat.
"Surie... aku udah jujur sama kamu. Aku udah jelasin semuanya. Tolong dong jangan marah lagi sama aku." Pinta Alex.
Alex sangat menginginkan Surie. Ia menyadari setelah dirinya dan Surie bercerai. Ia tak ingin kehilangan Surie lagi, entah itu untuk yang kesekian kalinya. Ia tak perduli jika di sebut egois atau plin-plan. Baginya... Surie masih miliknya. Dengan keyakinan kalau Surie masih sangat mencintainya, membuat Alex semakin posessif untuk membuat Surie selalu di sisinya.
"Al..."
"Iya." Alex menyentuh salah satu pipi Surie lembut.
"Just let me go. Hubungan ini gak akan berhasil. Kita udah cerai dan..."
"Enggak!" Alex menyela perkataan Surie.
Matanya menyala merah. Alex tak suka mendengar apa yang Surie katakan barusan. Surie meminta Alex melepaskan dirinya, yang bahkan Alex sendiri tak akan pernah ada niat untuk melepaskan Surie.
"Kamu harus tahu kalau ada Fey di antara kita." Ujar Surie mempertegas keberadaan Fey di antara hubungan mereka berdua.
"Kamu tahu kalau Fey gak pernah cinta sama aku, Surie."
"Tapi kamu cinta kan sama Fey?" Tanya Surie dengan kedua mata yang mulai berkaca-kaca.
Alex terdiam dan Surie melanjutkan perkataannya.
"Kamu harus pilih salah satu Al, kamu gak bisa mendapatkan dua-duanya."
Alex langsung memeluk tubuh Surie dan membuat kedua mata wanita itu melebar.
"Apa kamu menyerah sekarang?" Tanya Alex
Surie tertegun namun ia hanya bisa diam dengan air mata yang perlahan turun membasahi kedua pipinya. Jika Surie ingin jujur, ia tak ingin kehilangan apapun di dunia ini termasuk Alex. Saat mereka bercerai dulu, Surie fikir hidupnya sudah bebas dan ia merasa kalau perceraian akan menjadi awal yang baik untuk hidupnya. Namun sekarang, justru menjadi boomerang karena ternyata perasaan cintanya terhadap Alex tak pernah hilang. Surie kini bahkan menjadi orang ketiga atau hidup layaknya seorang simpanan.
Surie melepas pelukan. "Al.."
Alex tersenyum lembut sambil menyeka air mata Surie. "Jangan menyerah ya, karena aku gak akan pernah lepasin kamu."
Perlahan Alex melayangkan ciuman di bibir Surie. Sang wanita yang terlena juga menikmati ciuman yang di mana perlahan menjadi lumatan penuh nafsu.
*****
"Selamat ulang tahun Jerym." Ucap Fey sambil menaburkan bunga di atas makan Jerym.
Jerym Hartawan adalah sahabatnya dan Alex, mereka bertiga sangat dekat hingga Fey memiliki perasaan cinta terhadap Jerym dan Alex tahu itu.
5 tahun yang lalu Jerym meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil ketika ia akan berangkat ke bandara untuk melanjutkan studynya di Jerman. Alex begitu terpukul namun Fey memiliki duka lebih dalam lagi.
Sebelum Jerym berangkat, Fey mengakui perasaannya yang ternyata bersambut. Jerym berjanji setelah ia kembali, ia akan menikahi Fey. Namun belum juga ia berangkat, kematian telah menjemputnya.
"Orang yang berulang tahun, itu berarti usianya akan bertambah."
Fey tersenyum tipis, "Usia kamu juga bertambah kok, tapi bukan hidup kamu."
Fey menghela nafas. "I miss you Jerym. But I don't know if I still love you or not."
Perlahan tangan Fey menyentuh nisan makam Jerym. "Kamu gak akan marah kan, kalau suatu saat nanti aku udah gak setia lagi sama kamu?"
*****
Fey mengajak Surie untuk bertemu. Tepatnya Fey memang akan memaksa Surie jika wanita itu menolaknya. Tapi Surie langsung setuju, hal itu dikarenakan ia dan Fey memang harus bicara secara empat mata. Semuanya harus di luruskan. Mereka berdua harus saling jujur untuk mengatakan apa yang sebenarnya di rasakan dan apa yang mereka sebenarnya inginkan.
"Aku terlalu baik ya sama kamu, Surie." Ucap Fey memulai pembicaraan di antara mereka berdua.
Surie diam dan Fey melanjutkan perkataannya.
"Aku udah baik hati membagi tunanganku sendiri dengan mantan istrinya, dan sekarang lihat apa yang aku dapatkan?"
"Fey.."
"Kamu juga ingin menjadi pemenang?" Tanya Fey.
"Huh?" Surie bingung.
"Iya. Kamu juga ingin memenangkan cinta dan hati Alex kan?. Atau... kamu ingin menguasai Alex untuk diri kamu sendiri?"
Alis Surie terangkat naik. Ia mulai sadar ke mana arah pembicaraan ini.
"Aku gak bisa menyerah, karena Alex juga menolak untuk lepasin aku."
Surie tersenyum sinis. "Dasar laki-laki." Desis Fey.
"Aku memang salah. Tapi kamu gak bisa cuma salahin aku disini."
"I know." Kata Fey.
Surie mengerutkan keningnya.
"Alex seperti orang yang tiba-tiba menerima ingatannya kembali pasca amnesia. Sekarang dia bukan hanya gak akan lepasin aku, tapi juga gak akan lepasin kamu. Never!"
Surie diam dan masih menatap Fey lekat. Ia benar-benar ingin tahu, apa yang sebenarnya Fey inginkan dan rencanakan.
"Aku gak suka basa-basi."
"Maksud kamu?" Tanya Surie.
"Mulai sekarang aku akan pertahanin Alex apapun yang terjadi supaya dia tetap di sisi aku selamanya, begitu juga kamu. Dan kita lihat, siapa yang akhirnya akan menjadi pemenang." Jawab Fey.
Detik ini juga Surie tahu wanita seperti apa tunangan dari mantan suaminya ini. Fey mungkin egois, tapi dia akan menjadi orang yang egois untuk mempertahankan apa yang menurutnya menjadi miliknya. Dan bagi Fey, Alex adalah miliknya.
Bersambung...