Keesokannya Teo berada dikamarnya, terlihat sedang menunggu sesuatu dengan serius.
"Hhmmm ..." Sambil mengernyitkan keningnya memandang handphone sedaritadi.
BRAAK!
Suara pintu dibuka sangat keras, "Bang woi denger gak sih disuruh makan ke bawah? Lo belum makan dari pagi," teriak Lala kesal didepan kamar Teo.
Tapi Teo tidak menghiraukannya, ia tetap fokus melihat handphonenya menunggu sesuatu. Biasanya Teo akan marah jika ada orang yang masuk kamarnya sembarangan apalagi sambil teriak-teriak.
"Bang woi!" Ucap Lala lalu menghampiri Teo.
"Lo lihatin apa sih?" Tanya Lala penasaran melihat Teo sedang fokus memandang handphonenya.
Lala ikut-ikutan memandang handphone Teo yang tergeletak di meja samping kasur, Lala masih tidak mengerti sebenarnya ada apa dengan Teo. Apa karena benturan kemarin yang cukup keras sehingga Teo menjadi agak sedeng?
Tiga menit berlalu, Teo dan Lala masih fokus memandang handphone hitam itu. Hahhh Teo menghela nafas setelah menunggu lama memang tidak ada kabar apa-apa.
"Bang lo stress ya gara-gara kemaren kena kayu?" Tanya Lala khawatir dengan kondisi Teo.
"Sembarangan aja kalau ngomong," jawab Teo.
"Terus kenapa lo daritadi liatin hp mulu?" Lala kembali bertanya karena penasaran.
"Gua lagi nunggu pesan aja," jawab Teo singkat.
"NGAPAIN LO LIHATIN KAYAK GITU NGGA ADA KERJAAN BANGET!" Ucap Lala kesal setelah mendengar alasan Teo.
"Lah lo sendiri kenapa tadi ikutan?" Teo balik bertanya. Lala seketika terdiam mendengar ucapan Teo tadi.
"Iya ya kenapa gua ikutin lo tadi bang," ucap Lala keheranan.
Teo lalu keluar dari kamar menuju lantai satu diikuti Lala. "Makan dulu gih tuh udah disiapin di meja," ucap mama ketika Teo turun dari tangga.
"Nanti aja maa nanggung siang," jawab Teo lalu duduk disofa.
"Itu mama beli daging kapan mau di panggangnya?" Tanya Teo penasaran.
"Buat nanti malem mama mau ngadain acara sama calon mertua kamu disini," jawab Mama.
"Hah acara apaan?" Tanya Teo keheranan.
"Yaa acara BBQ lah apalagi," jawab mama.
"Kok Lala gak bilang ya kemarin?" Ucap Teo dalam hati, pasti akal-akalan kedua orang tua itu lagi ini mah, pikir Teo.
"Gimana itu masih kerasa sakit?" Tanya mama cemas.
"Yah kalau bahu sih lumayan, kalau kepala biasanya suka nyut-nyutan sendiri gak tau kenapa," jawab Teo menjelaskan.
"Kalau ada apa-apa langsung bilang ke kakak ipar mu ya," ucap mama khawatir dengan kondisi Teo.
Triingg.
Suara notif pesan masuk.
"YAHAHAHAHA UHUYYY!" Teriak Teo senang saat melihat isi pesan. Lala dan mama kaget dengan teriakan Teo.
"HEH MAU BIKIN MAMA JANTUNGAN!" Omel mama kaget.
"Tau nih heboh sendiri," sahut Lala yang ikutan kesal karena kaget mendengar jeritan Teo.
"Hehe maaf maaf," ucap Teo meminta maaf.
**
Teo kegirangan karena buku komik yang ia incar, akhirnya bisa didapatkan Amel.
"Buku ini kan?" Tanya Amel dalam pesan singkat disertai dengan foto.
"IYAA YANG ITU!" Jawab Teo bersemangat.
"Skincare dan bonus jangan lupa," ucap Amel mengingatkan Teo.
"Iya iyaa mau apalagi lo?" Tanya Teo.
"Bebas nih?" Amel bertanya.
"Iya bebas terserah asal ngotak aja nanti gua beliin," jawab Teo karena sedang senang.
"Yaudah nanti aja gua pikir-pikir dulu," ucap Amel.
Teo benar-benar senang, karena itu adalah komik chapter terakhir setelah dua tahun menunggu rilisnya.
"Akhirnya komik samurai Z gua lengkap," ucap Teo dalam hati.
"Oh ya btw cewe yang lo suka ini kan orangnya?" Tanya Amel mengirimkan foto.
Terdapat foto Val disana yang sedang pemotretan, "Kok bisa ada di lo?" Tanya Teo keheranan.
"Iya kemarin dia tanda tangan kontrak sama brand gua, lo tahu sendiri gua desainernya," jawab Amel menjelaskan.
Teo terdiam sejenak, "Amel akan sering bertemu dengan Val dan Val tidak mengetahui Amel." Ucap Teo dalam hati.
Tiba-tiba terbesit ide untuk mencari informasi tentang Val yang selama ini ia tidak tahu, Teo langsung menelpon Amel dan pindah ke ruangan sebelah yang agak jauh dari mama dan Lala.
"Lo mau bantu gua gak?" Tanya Teo serius saat menelpon.
"Bantu apalagi?" Tanya Amel penasaran.
"Bantu gua dapetin info dia ngapain aja," jawab Teo sungguh-sungguh.
"Benefitnya buat gua apa nih?" Tanya Amel iseng.
"Iya nanti gua kasih deh asal lo bisa dapet info dari dia yang belum gua tahu," jawab Teo.
"Emangnya lo gak nanya ke dia atau gimana sih?" Ucap Amel keheranan. Padahal jika Teo pernah berhubungan dengan Val akan lebih mudahkan untuk bertanya?
"Ada beberapa hal yang gua ingin tahu," jawab Teo dengan serius.
"Jelasin ke gua dari awal biar gua bisa jelas cari infonya," ucap Amel.
Teo sempat mengurungkan niatnya untuk meminta bantuan Amel, tapi ini adalah kesempatan emas. Daripada ia menunggu kejelasan Val yang tak kunjung jelas seperti hubungan kalian.
Lebih baik Teo mengambil langkah sendiri untuk mencari tahu. Mau tidak mau saat itu juga Teo menceritakan semuanya dari awal, walau ragu tetap ia ceritakan.
"Oh oke jadi intinya lo pengen tahu alasan dia gitu? Dan dia sama sekali belum ngomong alasannya ke lo," ucap Amel menanyakan kejelasan.
"Iya kurang lebih kayak gitu," jawab Teo.
"Oke kalau gitu ini buku kapan mau lo ambil?" Tanya Amel.
"Nanti malem juga lo bakalan kesini," jawab Teo santai.
"Hah ngapain gua ke rumah lo? Kayak nggak ada kerjaan aja," ucap Amel.
"Gak percaya? Tunggu aja," jawab Teo lalu memutuskan sambungan telepon.
Teo kembali ke ruangan tengah, "Telpon siapa?" Tanya Mama kepo.
"Telpon Amel." Jawab Teo singkat.
Tiba-tiba ekspresi Mama berubah, terlihat jelas ekspresi gembira yang digambarkan.
"Telpon apa?" Tanya Mama penasaran.
"Ngga penting sih, Teo nyuruh dia beli buku komik aja, kan gak bisa keluar," ucap Teo lalu fokus menonton.
"Akhirnya kalian ada kemajuan yaa, mama seneng dengernya," ucap mama gembira.
"Oh ya nanti malam mama bakal nanya langsung progres hubungan kamu ke Amel." Lanjutnya.
"Hah apa? Calonnya bang Teo mau kesini?" Tanya Lala yang diam-diam mendengarkan.
"Iya nanti malam pas acara barbequan," jawab mama.
"Oke bagus jadi Lala bisa melihat seberapa pantas orang itu, jadi calon istri bang Teo." Ucap Lala serius. Sepertinya sikap protektif Lala kambuh saat mendengar nama Amel yang statusnya calon istri Teo.
"Dia kira-kira seumuran kayak lo, baru lulus kuliah," sahut Teo memulai rencana untuk mengerjai adiknya.
"Hah serius seumuran gua?" Tanya Lala seakan tidak percaya.
"Iya bener cuman bedanya dia kerja sedangkan lo diem dirumah kayak kebo," jawab Teo menggoda.
"Heh gua lagi libur ya mau lanjut S2 bukan nganggur," jawab Lala tidak terima dirinya disebut menganggur oleh Teo.
"Emang Lala udah mutusin mau lanjut diluar negeri apa disini?" Tanya mama penasaran.
"Belum," jawab Lala singkat.
"Yaudah bener tadi apa kata abang kamu," ucap mama ikut mengompori Lala.
"Kok Mama malah dukung omongannya bang Teo sih!" Jawab Lala kesal.
"Tapi kayaknya Lala bakal nerusin disini deh Maa daripada diluar negeri," sahut Teo.
"Kenapa emang alasannya?" Tanya mama penasaran.
"Kan kalau diluar negeri gak bisa ketemu sama Abigail Maa." jawab Teo tertawa.
"HEH SOTAU YA LO!" Teriak Lala kesal.
"Oh iya bener juga yaa, anak bungsu mama udah gede sekarang itu," jawab mama semakin mengompori Lala.
Terlihat jelas ekspresi kesal dari Lala, wajahnya memerah menahan tangis dan emosi dan tiba-tiba menangis.
"HAHAHAHA!" Teo tertawa terbahak-bahak.
"Adududu sini anak bungsu Mama." Ucap mama memeluk Lala.