webnovel

Kehidupan biasa sebagai seorang petualang.

Blup... Blup... Blup ...

Aku tenggelam didalam air. Aku tak bisa bernapas, aku kesulitan bergerak, dan... Sepertinya air ini dalam!

Ahh, tolong! Aku.... Akan mati!!

Aku mencoba kembali ke permukaan air. Aku sulit melakukannya karena aku sedang memakai armor besi. Aku dengan cepat melepas armorku dan naik ke permukaan air. Aku hampir kehabisan nafas, kesadaranku akan hilang, dan.... Air ini sangat dingin!!

"Pfuaaah!! Uhuk, uhuk!!!"

Aku berhasil mencapai permukaan air. Kulihat, ternyata aku berada di tengah sungai, dan di salah satu tepi sungai terdapat tebing yang agak tinggi. Oh, aku lebih baik menepi dulu.

Aku berenang ke tepi sungai, dan duduk di bebatuan. Aku merasakan betapa beratnya tubuhku setelah hampir tenggelam di sungai. Ah, sialan! Bagaimana bisa aku tercebur kedalam sungai? Coba kuingat... Hmmm.....

Oh iya!! Tadi aku sedang berjalan menuju ke dungeon untuk menjelajahinya. Namun sialnya, aku malah bertemu monster laba-laba raksasa. Dia adalah laba-laba tanah, monster kelas B. Ukurannya sebesar kereta kuda. Aku melarikan diri dari makhluk itu, dan mencari tempat yang tepat untuk menjebaknya. Namun yang kudapat malah jalan buntu, yaitu tebing yang ada di depanku. Kemudian, aku terpaksa harus menceburkan diriku ke sungai dan begitulah kenapa aku berakhir seperti ini.

Ah.. aku juga kehilangan armorku.

Padahal aku baru membelinya kemarin. Aku sudah berkali-kali membeli armor, dan aku selalu merusak dan menghilangkannya. Sekarang aku tak mungkin bisa mengambil armorku karena mereka telah tenggelam ke dasar sungai!

"Aaah sialnya!!!"

Aku berteriak, dan membuat tempat ini bergema oleh suaraku.

"Yah, setidaknya pedang dan uang koinku masih aman. Oh, aku harus mengeringkan pakaian ini."

Aku melepas semua pakaianku dan menjemurnya di atas batu. Siang hari ini cukup panas, aku yakin pakaianku akan kering dengan cepat.

Sekarang aku memakai daun-daun besar dari tanaman liar yang kusambungkan dengan sulur tanaman, untuk menutupi badanku.

Aku mendekat kearah sungai, lalu aku mencuci wajahku dan tanganku dengan air sungai. Aku melihat bayangan dirikundi air sungai. kalau dilihat-lihat, aku termasuk lelaki remaja tampan, dengan rambut hitam yang sebagian kecil telah memutih, kulit putih, dan mata hijau. Badanku pendek, tinggi badan ku hanya 165 cm. Aku juga terlihat agak kurus, meski sebenarnya badanku atletis.

Uhh, sekarang aku harus menunggu pakaianku kering...

Hmm, aku suka suasana sungai ini.

Tenang, dan aman. Tapi, aku tak yakin kalau tempat ini benar-benar aman. Yang terlihat tenang belum tentu aman.

5 jam kemudian....

"Baiklah, sekarang pakaianku sudah kering. Aku akan memakainya lagi."

Aku memakai semua pakaianku. Tak lupa juga memakai mantel bertudung hijau kesayanganku. Setelah itu aku pergi meninggalkan sungai. Aku berjalan melalui hutan dan aku ingin kembali ke kota Belves. Berjalan kaki dari hutan ini ke kota Belves butuh waktu 3 jam. Petualang lain menggunakan kendaraan sihir untuk pergi ke satu tempat ke tempat lainnya. Namun aku... Hanya bisa berjalan kaki. Aku ingin menghemat uangku, supaya nanti aku bisa membeli armor baru.

3 jam kemudian, aku terus berjalan kaki sampai akhirnya aku mencapai pinggiran kota Belves. Kota Belves adalah kota yang menjadi ibukota wilayah kekuasaan seorang bangsawan tingkat count. Kota ini cukup padat. Kota ini sering dikunjungi oleh petualang karena lokasinya yang strategis, yaitu dekat dengan 10 dungeon besar.

Arsitektur bangunan di kota ini kebanyakan masih kuno. Namun itu tetap membuatnya terlihat indah, ditambah lagi dengan taman dan pepohonan yang ada di setiap sudut kota, membuatnya sebagai kota yang hijau dan bersahabat dengan alam.

Aku memasuki kota Belves. Lalu berjalan di trotoar. Jalan beraspal digunakan untuk kendaraan lewat. Kendaraan di kota Belves ada beberapa macam, yaitu kereta sihir, kereta kuda, kereta naga bumi, naga terbang, dan kapal terbang.

Ketika berjalan di trotoar, aku juga berjalan bersama dan melewati penduduk kota, yang punya berbagai penampilan. Aku juga melihat beberapa petualang yang lalu-lalang. Para petualang itu tidak tanpak seperti petualang kelas tinggi, dan mereka tidak sedang menuju kearah guild petualang. Sepertinya mereka sedang mengerjakan quest kelas rendah, yang jangkauan masih ada pada sekitar kota.

Beberapa menit setelah berjalan kaki, akhirnya aku sampai di depan guild petualang. Ini adalah sebuah tempat, dimana petualang dari berbagai daerah berkumpul. Di tempat ini, petualang biasanya melakukan banyak hal penting, seperti mengambil quest, mencari informasi, memberi laporan,  membuat persetujuan atau perjanjian, mencari rekan, melihat stats individunya, dan lain-lain.

Aku memasuki guild petualang yang pintunya telah terbuka. Ketika aku sampai di dalam guild, kulihat ada banyak petualang di sini, dan membuat tempat ini menjadi sedikit terasa sesak. Aku mendatangi meja resepsionis, dan menghadap salah satu resepsionis wanita.

"Nona, saya ingin memberi laporan dari penjelajahan saya di hutan dekat kota ini."

"Oh laporan? Tolong tulis laporan anda di kertas ini. Oh, apakah anda punya barang bukti?" Kata resepsionis sambil memberiku kertas laporan penjelajahan.

Aku merogoh kantung kain yang ada di pinggangku, lalu aku mengeluarkan tiga buah batu sihir kecil, seukuran jari kelingking bayi. Kemudian, aku ku memberinya pada resepsionis.

"Hmm, baik. Kalau begitu tolong anda isi laporannya."

Aku mengambil pulpen, dan menulis laporan. Aku melaporkan penjelajahanku di hutan dengan sejujurnya, termasuk kejadian aku dikejar oleh laba-laba bumi hingga tercebur ke sungai. Setelah selesai menulis laporan, aku memberikannya pada resepsionis

"Terima kasih tuan. Laporan anda sangatlah berharga bagi kami. Kami bisa menambah informasi baru berkat laporan yang anda berikan." Kata resepsionis sambil tersenyum tulus.

"Tapi... Aku tidak melakukan banyak hal besar. Aku malah lari, dan tidak membunuhnya seperti yang petualang lain lakukan."aku mengatakannya dengan wajah muram.

"Hey, laba-laba bumi adalah monster kelas B, dan dia sangatlah berbahaya. Bahkan petualang kelas A pun perlu mewaspadai monster ini karena betapa berbahayanya dia. Anda sudah memberikan laporan yang mengandung informasi berharga."

Resepsionis itu tersenyum lagi. Dia... Benar-benar menghargaiku. Ini membuatku terdiam.

"Dan laporan seperti ini pantas mendapatkan bayaran yang setimpal."

Resepsionis membuka laci, lalu mengambil dua koin perak, dan dua koin perunggu, dan sepuluh koin tembaga besar. Lalu dia memberinya padaku.

"Ini bayaran anda tuan. Saya tahu, itu memang tidak seberapa. Sebagai gantinya, kami akan naikkan poin pengalaman petualang anda dengan lebih tinggi dari biasa." Kata resepsionis dengan nada dan ekspresi meyakinkan.

"Seberapa tinggi?" Tanyaku.

"3 kali lipat." Kata resepsionis.

Aku berpikir sejenak, lalu aku mengangguk.

"Baik, aku terima."

Aku mengambil bayaranku, lalu memasukkannya kedalam tas kecil yang terpasang di ikat pinggangku.

Sekarang, total semua uang yang ada disini adalah 13 koin perak, 16 koin perunggu, 23 koin tembaga besar, dan 9 koin tembaga kecil. Setelah menghitung keseluruhan total asetku, aku berputar arah, lalu berjalan keluar meninggalkan guild, dan mengatakan...

"Terima kasih, nona resepsionis."

Aku mengatakannya tanpa menghadap pada si resepsionis.

"Panggil aku Yumika."

Aku menoleh kearah resepsionis, kulihat dia tersenyum manis padaku. Dia... Yah, cantik.

Kemudian aku membalas senyumannya, serta melakukan kontak mata dengannya selama beberapa detik.

"Baik, terima kasih Yumika."

Setelah mengatakan itu, aku keluar dari guild, dan berjalan kaki ke tempat terpenting bagiku, untuk mengisi kembali energi yang habis.

Itu adalah... Rumah makan.

                               *****

Di dalam rumah makan, aku duduk, lalu menunggu. Tak lama kemudian,

Seorang pelayan wanita mendatangiku, lalu memberiku daftar menu.

"Ini tuan menunya, silahkan dipilih."

Aku mengambil daftar menu. Lalu aku melihat-lihat. Disini ada banyak makanan, dari yang paling murah, hingga yang paling mahal.

Aku akan memilih makanan yang baik untukku. Oh, aku tahu.

"Aku pilih ikan bakar pedas, dan jus jeruk." Kata ku sambil menunjukan tanganku pada apa yang kupilih di menu.

"Hanya itu?" Tanya pelayan wanita.

"Ya hanya itu." Kata ku.

"Baik tuan, kami akan segera membuatkan pesanan anda, mohon tunggu."

Pelayan wanita itu pergi meninggalkanku sambil membawa kembali daftar menu nya. Aku hanya bisa menunggu disini. Aku melihat sekelilingku. Rumah makan ini ramai, ada banyak pelanggan. Kebanyakan pelanggan disini merupakan pelanggan yang ekonominya kelas menengah kebawah. Beberapa diantaranya ada petualang termasuk aku. Aku memilih rumah makan ini karena... Makanannya enak.

Aku menunggu selama beberapa menit. Aku melihat pelanggan lainnya menunggu makanannya sambil berbicara dengan teman-temannya. Ada juga yang bermain ponsel, dan ada juga yang sedang makan makanan yang dia pesan. Mereka tampak bahagia. Kenapa... Rasanya ada yang kurang dariku ketika aku melihat mereka? Apa yang sebenarnya kurang dariku?

"Tuan, pesanan anda datang."

Pelayan wanita datang membawa makanan dan minuman yang kupesan. Lalu dia meletakkannya di meja ku. Aku tersenyum dan mengucap...

"Oh, terima kasih."

"Sama-sama."

Pelayan wanita itu membalas senyumku, lalu dia pergi ke dapur. Di di atas meja ku, terdapat sepiring ikan bakar dengan bumbu cabai pedas, ditambah dengan lalapan seperti potongan mentimun, kubis, wortel, dan tomat. Aku mengambil pisau dan sendok, lalu memakannya dengan lahap. Sesekali aku juga minum jus jeruk, sebagai penambah kenikmatan.

                           ******

Setelah selesai makan di rumah makan, aku pergi ke sebuah penginapan petualang. Aku masuk ke kamar yang ku pesan di lantai 2, dan kemudian aku meletakkan semua  barang-barang ku. Setelah meletakkan semua barang-barang ku, aku mandi air hangat, untuk membersihkan badan. Rasanya menyegarkan setelah seharian bekerja, dan pulangnya langsung mandi air hangat. Yah, meski sebenarnya kata "pulang" tidak tepat untukku, karena aku tak punya rumah. Meski begitu, aku bisa tinggal di manapun.

Setelah aku selesai mandi, aku mengganti baju ku, lalu aku mematikan lampu dan membaringkan badanku di ranjang kamarku yang empuk. Aku masih belum tidur. Aku mencoba untuk tidur, namun aku malah membayangkan hal lain.

"Sampai kapan hidupku seperti ini terus?"

Aku menghela napas, sambil memandang langit-langit kamar. Secara samar-samar kudengar suara keributan kecil dari luar.

"Dasar bajingan!"

"Kau mau mati hah!?"

"Hey, apa salahku!"

Oh, itu dari lantai bawah. Ada tiga atau lebih orang yang sedang ribut. Ah... Mengganggu saja. Aku hanya ingin tidur.

Brak!

Keributan semakin intens. Mataku malah semakin terbelalak. Padahal aku ingin mataku tertutup segera.

2 jam berlalu, akhirnya keributan berhenti. Aku sangat senang, karena suasana kembali tenang. Kemudian aku mengantuk, dan secara perlahan tertidur.

                         Bersambung.