Saat seluruh pegunungan telah rata menjadi tanah dan hutan yang terbakar, Gunung Konton adalah satu-satunya yang masih berdiri dan tak tersentuh.
Wilayah sekitarnya juga masih hijau dan rimbun, mata air yang terhubung ke Kuil Langit juga tidak terpengaruh.
Asheel dan Sera memiliki tatapan tanpa ekspresi saat gunung inu berguncang akibat serangan sebelumnya.
"...."
"Hei, bukankah serangan itu terlalu berlebihan?" tanya Sera yang sudah tidak tahan lagi.
"Aku lupa memberitahu mereka cara menahan diri dengan benar," Asheel juga sedikit terkejut oleh serangan skala itu. Padahal Britannia selalu memberi notifikasi di benaknya, tapi dia mengabaikannya begitu saja. Dia tidak menyangka akan menjadi sebuah kehancuran hebat hanya karena serangga-serangga kecil itu.
"Untunglah pasukan bayangan sudah mengungsi ke gunung ini sebelum ledakan itu terjadi, atau kalau tidak mereka akan musnah. Dan sepertinya mereka juga membawa banyak mayat dari Klan Iblis, aku akan menjadikannya prajurit bayangan setelah ini."
Blak!
Pintu tiba-tiba didobrak terbuka lalu Merlin dan Ophis masuk. Rambut mereka berantakan karena gelombang kejut sebelumnya berdampak menghasilkan angin kencang, bahkan tiupannya sampai ke gunung ini yang padahal gunung ini sudah dipasangi penghalang berlapis-lapis untuk melindunginya.
"Asheel, itu hebat!" Merlin berseru kegirangan.
Melihat Merlin yang begitu ceria, Asheel menghela napas lega. Dia bertanya dengan khawatir, "Apakah kamu tidak apa-apa? Apakah kamu terluka?"
"Um, aku baik-baik saja!" Merlin berseru sambil mengangkat kedua tangannya dengan gembira. "Ophis-chan melindungiku!"
"Oh, kerja bagus, Ophis." Asheel menepuk kepala kedua bocah itu.
Sera juga menghampirinya, "Syukurlah kamu baik-baik saja."
"Ya!" Merlin senang saat pasangan itu begitu perhatian kepadanya. "Asheel, terima kasih telah menunjukkan padaku sesuatu yang hebat!"
Asheel sedikit bingung bagaimana harus merespon, "Uh, ya, ya! Itu menakjubkan sebelumnya, haha."
Sera memutar matanya atas reaksi itu. Dia menghela nafas dan berjongkok untuk menyamai ketinggian Merlin.
"Itu sihir yang sangat berbahaya sebelumnya, Merlin-chan. Aku tahu kamu telah diberikan sebuah grimoire dari pria ini, gunakanlah dengan bijak!"
"Um!"
Mereka bercanda untuk beberapa waktu sebelum Asheel mengingat sesuatu.
"Kalau begitu, bagaimana aku harus memulihkan semua ini?"
Mereka berdiri di depan kuil yang masih baik-baik saja setelah semua dampak dari pertarungan Indura dengan Empat Binatang Ilahi.
Di depan mereka adalah dataran rendah yang kacau balau. Hanya melihat ke bawah, mereka bisa melihat sebidang tanah luas sejauh mata memandang yang kondisinya sangat mengenaskan.
Tanah kering, hutan terbakar atau tumbang, banyak fosil terkubur, dan masih banyak lagi.
Sebelumnya itu hanyalah hutan dan padang rumput yang sangat indah, namun sekarang telah menyerupai gurun.
Hanya melangkah keluar dari kuil saja, mereka sudah disambut dengan tanah mati itu, yang membuat Asheel mendesah tak berdaya:
"Hah, sepertinya aku hanya bisa menyerahkannya pada Britannia untuk memulihkan semuanya."
"Dimana keterampilan mahakuasa-mu?" tanya Sera dengan bingung, karena Asheel bisa menelurkan apapun yang dia inginkan sesuai kehendaknya.
"Aku akan menjadi lebih kacau jika aku yang memulihkannya sendiri," Asheel menghela nafas.
"Lalu bagaimana?" Merlin bertanya dengan khawatir.
"Aku hanya akan menyuplai energi ke Britannia," jawab Asheel.
"Apakah itu cukup?" tanya Merlin lagi.
Ophis juga berkata, "Aku bisa menggantikannya untukmu."
"Terima kasih, Ophis-chan. Tapi itu tidak perlu karena aku masih bisa melakukannya sendiri. Terlebih lagi, daerah yang rusak hanyalah hutan bagian timur, walaupun pegunungan telah rusak, aku masih bisa menciptakan banyak gunung lagi. Anggap saja ini sebuah renovasi," Asheel menjelaskannya.
Memang, hanya hutan bagian timur yang mengalami nasib menyedihkan itu, dan hutan sisi lain hanya terkena dampaknya seperti pohon tumbang dan terbakar, tanah longsor, dan lain-lain.
Hewan dan pelindung pasukan bayangan juga telah mengungsi ke sisi hutan lain atau bisa juga ke gunung ini.
"Hmm?" Asheel tiba-tiba menoleh dan melihat ke suatu tempat. "Mayat mereka sudah sampai, aku akan menciptakan beberapa pasukan lagi."
Merlin sedikit tertegun sebelum ekspresinya berubah menjadi ceria lagi, "Woah, apakah kamu akan membangkitkan mereka ?!"
"Tidak, aku hanya menggunakan jiwa sisa dan mayat mereka menjadi prajurit bayanganku yang abadi," jawab Asheel sambil menggelengkan kepalanya.
"Itu tetap saja kuat dan keren!" Merlin tahu apa yang diwakilkan dari prajurit abadi karena dia telah melihatnya sendiri sebelumnya.
Pasukan bayangan sangat kuat dan ulet karena mereka abadi dan tidak takut mati, terlebih lagi kerja sama mereka juga sangat baik dengan memanfaatkan keuntungan dalam kondisi mereka.
Kecuali seseorang mampu membersihkan jiwa sisa yang menempel di prajurit bayangan, mereka masih akan bangkit tidak peduli berapa kali kamu menebas mereka.
Di dunia ini, mungkin yang bisa melakukannya hanyalah Klan Dewi dan Klan Celestial, karena sihir unik mereka, Ark.
Tapi meskipun begitu, itu tidaklah mudah karena jiwa sisa prajurit bayangan telah tercemar oleh Shadow.
"Kalau begitu, ayo pergi!" Asheel menggenggam tangan Merlin dan memimpin.
"Aku tidak pergi," Sera tidak menunggu jawaban dan langsung berbalik kembali ke kuil.
Mereka yang tersisa hanya bisa melihat punggungnya sebelum Merlin mengajak, "Ayo pergi, Ophis-chan!"
Ophis sebenarnya ragu-ragu sejenak tapi dia sedikit penasaran, dan ajakan Merlin membuatnya mengangguk. Semua perubahan itu masih tidak terlihat di wajahnya.
Mereka berjalan sejenak melintasi gunung ini sebelum sampai di suatu tempat. Di depan mereka adalah gua dengan pintu masuk yang cukup besar.
"Ayo masuk!" Asheel memimpin mereka.
Asheel, Merlin, dan Ophis berjalan di lorong gua yang diterangi oleh obor api yang menempel di sekitar dinding.
"Ngomong-omong, sejak kapan tempat ini bahkan ada?" tanya Asheel sedikit bingung. "Saat aku memasang Array sebelumnya, aku ingat dengan jelas jika tidak ada tempat ini."
"Kamu benar-benar tidak membuatnya?" Merlin bertanya dengan heran.
"Tidak, aku yakin." Asheel menggelengkan kepalanya dengan pasti.
Tiba-tiba, langkah Asheel berhenti sejenak sebelum tersenyum dan mengangguk.
"Jadi begitu, itu ulah Naga Emas sebelumnya."
Baru saja, dia mendapat telepati dari Naga Emas yang masih berupa embrio jika yang menciptakan gua persembahan ini adalah Naga Emas sendiri.
"Naga Emas? Manifestasi dari Empat Binatang Ilahi?" Merlin memiringkan kepalanya.
"Ya, walaupun jiwa Empat Binatang Ilahi merupakan jiwa yang utuh, mereka masih bisa bersinkronasi secara sempurna yang membuatnya menjadi makhluk tunggal. Tapi Naga Emas masih berupa embrio yang harus mereka berempat lestarikan, dan embrio itu sudah menyatu dengan gunung ini."
Merlin mengangguk, "Yah, naga emas mewakili semua elemen dan kekuatan di dunia, jadi dia bisa mengendalikan alam itu sendiri walaupum masih berupa embrio. Aku ingin tahu bagaimana kemampuannya saat sudah dewasa...?!"
"Itu mungkin membutuhkan waktu lama," Asheel mengangkat bahu.
"Apakah kamu menciptakan jenisku?" Ophis tiba-tiba bertanya. Matanya saat ini sangat mendesak Asheel untuk menjawabnya.
"Tidak juga, Naga Emas bisa dibilang emm..." Asheel menggaruk kepalanya dan merasa sedikit kesulitan untuk menjelaskan. "Naga Emas sedikit berbeda darimu. Seperti kamu yang terlahir secara alami dari unsur tertentu di dunia, sedangkan Naga Emas tidak. Dia hanya mengandung kekuatan dan dominasi seekor Naga, itu saja."
"Oh," jawab Ophis ringan. Dia tahu tentang Naga Emas sebelumnya karena kelahirannya benar-benar sangat terang, tapi dia tidak berpikir jika Asheel bisa menciptakan makhluk yang sama seperti dia, yaitu Dewa Naga. "Tapi itu masih Dewa Naga."
Ophis menjadi teringat oleh dua Naga idiot tertentu yang saling berkelahi seperti dirinya dan Great Red, atau sekarang yang memiliki nama Yukane. Dua naga idiot itu mengejar dominasi yang padahal di dunia itu terdapat dirinya dan Yukane, yang menjadikan mereka mustahil untuk mengejar dominasi dengan keberadaan mereka berdua. Sekarang, dia bertanya-tanya apakah Naga Emas benar-benar bisa mengejar dominasi dengan keberadaan dirinya di dunia ini.
Di sisi lain, Merlin sangat terkejut jika Ophis ternyata adalah seorang Dewa Naga.
"Ehh! Ophis-chan, kamu juga seekor Naga?!"
"Jangan menyebutku 'seekor'," Ophis berkata dengan tidak senang.
"Ahh!" Merlin tersadar dan buru-buru meminta maaf dengan sedikit panik, "Maafkan aku, Ophis-chan! Aku tidak bermaksud mengatakannya!"
"Um," Ophis hanya mengangguk.
"Kamu memaafkanku?"
"Um!"
"Yayy!" Merlin melompat ke arahnya dan menggosok tubuhnya ke Ophis. "Aku hanya tahu jika kita berdua memiliki kemampuan yang mirip."
Bukan hal yang aneh saat Merlin tidak tahu Ophis adalah seekor Naga. Lagipula, Ophis tidak memiliki wujud yang tetap yang membuatnya tidak mempunyai wujud Naga-nya sendiri. Dia hanya memancarkan aura Naga dan memakai wujud yang diberikan oleh Supreme One.
"Yah, Ophis. Kamu bisa mengembangkan kekuatanmu lebih jauh dengan Merlin-chan disini," kata Asheel sambil tersenyum.
Mereka berdua mengangguk sebelum fokus ke depan karena tujuan mereka tepat ada di sana.
Setelah melangkahkan kaki ke ujung lorong, yang menyambut mereka pertama kali adalah.....
Sebuah patung.