"Eh, kenapa ada patungku di sini ?!" Asheel meninggikan suaranya karena terkejut.
Di depan mereka adalah sebuah patung pria yang sangat akrab bagi mereka. Ya, itu adalah patung Asheel yang duduk di singgasana dengan pakaian kimono-nya yang biasa. Di sebelah sosok patung Asheel juga terdapat patung Sera dan Ophis.
Melihat adanya patung mereka berdua, Merlin mengeluh: "Kenapa tidak ada patungku di sini ?!"
Asheel menatapnya dengan aneh, "Apakah kamu ingin di sembah oleh beberapa hewan?"
"Kenapa kamu mengatakan itu?" Merlim memiringkan kepalanya.
"Yah, tidak ada manusia atau makhluk berakal lainnya yang menyembahku di sini, kan?"
"Ya..." Merlin mengangguk dengan murung sambil menundukkan kepalanya. Dia tidak suka saat dirinya di sisihkan seperti ini, dia ingin berdiri di sisi Asheel.
Selain itu, bukan berarti jika tidak ada yang menyembah Asheel saat ini, tidak akan ada juga di masa depan. Setidaknya, bahkan jika hanya sebuah patung, dia masih ingin berdiri di sisinya.
Sejak gunung ini terdapat sebuah kuil yang berdiri di atasnya, orang-orang di masa depan pasti berpikir jika tempat ini adalah tempat untuk memberi permohonan bagi mereka.
Oleh karena itu, tidak aneh jika ada patung yang tidak diketahui oleh orang-orang dan mencoba memanjatkan doa pada mereka.
"Jangan sedih seperti itu, Merlin-chan." Asheel menepuk kepalanya, "Saat ini kamu belum bisa menanggung kekuatan iman."
Merlin merasa terhibur dan banyak kesedihan sebelumnya telah hilang setelah tangan Asheel mendarat di kepalanya.
'Aku tidak boleh terlalu serakah. Sedikit demi sedikit, aku pasti akan bisa berdiri di sisimu saat itu!' dia bertekad di benaknya.
Kebahagiaan yang dirasakannya beberapa hari terakhir ini seperti mimpi baginya, jadi dia akan mengambilnya secara perlahan dan menikmatinya.
"Simbol apa itu?"
Suara Ophis tiba-tiba terdengar yang langsung menyadarkan mereka berdua.
Ukiran di dinding tepat di belakang patung Asheel, terdapat sebuah simbol sederhana yang terdiri dari delapan anak panah dalam pola radial.
"Itu adalah simbol Chaos...?!" Asheel berkata dengan sedikit terkejut. Itu memang sebuah simbol yang sangat khas baginya.
Saat dirinya masih bermain Yggdrasil, bendera yang mewakili dirinya di ruang tahta adalah simbol tersebut bersama dengan simbol kepala Iblis. Dia tidak repot-repot membuat simbol rumit dan hanya itu, tapi rekan salah satu Guild-nya memodifikasinya sedimikian rupa dan menjadi sangat keren.
Saat Asheel masih merenung masa lalu, seruan Merlin menyadarkan pikirannya:
"Lihat, Ophis-chan! Juga ada sebuah simbol di patungmu!"
Mereka mendongak dan memang melihat ada sebuah simbol tepat di belakang patung Ophis. Itu adalah sebuah simbol tak terhingga yang khas (∞) namun diukir dengan sebuah kepala ular yang menelan ekornya sendiri.
Melihat patung mereka berdua begitu keren, Merlin menjadi murung kembali. Saat dia menatap kembali ke patung Sera, tidak ada simbol apapun di belakangnya.
"Kenapa tidak ada apapun pada simbol Sera-nee?"
Asheel dan Ophis juga menyadari itu saat mereka mendongak dan melihatnya, benar-benar tidak ada apapun pada simbolnya.
"Apakah dia bahkan menyimbolkam sesuatu yang khusus?!" Asheel berkata dengan tidak yakin.
Sera memiliki banyak kemampuan di gudang senjatanya seperti sihir es, sihir kematian, sihir jiwa, dll. Tapi kekuatannya tidak mencerminkan sesuatu yang khusus.
Karena dia tidak terlalu peduli sebelumnya mengenai kemampuan Sera, dia menjadi memikirkannya sekarang karena penasaran. Lagipula, dia sendiri yang melatihnya di masa lalu.
Bahkan jika Sera pernah mengatakan sesuatu mengenai kekuatan khususnya, dia pasti sudah melupakannya. Karena selama ada Sera di sisinya, maka semua akan baik-baik saja untuknya.
"Ahh~! Aku menjadi penasaran !?" dia menggaruk kepalanya dengan frustasi. Sekarang, dia menjadi sangat penasaran.
"Daripada menyianyiakan banyak kata untuk mengagumi semua itu, lebih baik kita kembali ke tujuan kita berada di sini?" Ophis tiba-tiba berkata.
"Uh, ya.." Asheel telah pulih dari rasa penasarannya. Dia sebelumnya hanya terkejut pada dirinya sendiri karena dia bahkan tidak tahu konsep apa yang menyiratkan keberadaan pacar pertamanya. Dia lalu melihat sekeliling, "Seharusnya semua mayat Iblis itu ada disini, kan?"
Mereka menyapa pandangan ke sekeliling dan melihat banyak mayat Iblis yang terjejer dengan rapi di lantai gua.
Albions, Red Demons, Lesser Demons, Copper Demons, Gray Demons, Ochre Demons, Blue Demons, Scarlet Demons, dan masih banyak lagi.
Mereka semua terbaring rapi di tanah.
Ruang bawah tanah ini sudah seperti banker, dengan ruangan yang sangat luas. Bahkan Iblis Albion yang merupakan raksasa bisa muat ditempatkan disini.
Asheel mengangguk melihat banyak mayat itu, "Apakah itu sudah semua?"
"Ya, Tuan. Itu semua yang tersisa di seluruh hutan, mayat yang tidak sempat kita ambil pasti telah musnah menjadi abu akibat kekuatan Empat Binatang Ilahi-sama."
Tiba-tiba, suara serak dan dewasa terdengar di telinga mereka. Sebuah sosok hitam muncul dari kegelapan gua ini dan berdiri di belakang mereka.
"Uwaahh! Bisakah kamu muncul secara normal?!" Merlin terkejut saat mendengar suara tepat di belakangnya.
"Mohon maaf, Merlin-sama. Saya yang rendah ini tidak berani melakukannya lagi." Sosok hitam itu membungkuk ke arahnya.
Ophis memandang prajurit bayangan sejenak karena sedikit penasaran. Matanya bisa melihat banyak hal yang bahkan bisa melihat apa yang Tuhan di dunianya tidak bisa lihat.
"Jiwa sisa yang berisi pengalaman tempur serta kemampuannya?" Dia bergumam dengan keras.
"Tepat, seperti yang sudah aku katakan sebelumnya, kan?" Asheel tersenyum.
"Um."
"Nah, kalau begitu...." Asheel lalu mengeluarkan zanpakuto dan menarik bilahnya. Dia memegang pedangnya secara vertikal sebelum berkata, "...Shadow, bisakah kamu memulainya?"
"Kukuku, akhirnya kamu mau menggunakan kekuatanku, wahai pewaris." Suara lain, tapi kali ini suara pria yang lebih muda terdengar. Nadanya terdengar angkuh dan bergaya. "Oh, Pewaris Shadow, aku telah melihatmu selama ini. Semua sikapmu tidak mencerminkan seorang Shadow sama sekali.
"Karena itu... aku akan membimbingmu untuk menjadi Shadow sejati!"
Setelah kata-kata itu jatuh, tiba-tiba sebuah kabut gelap mengepul dan membentuk pusaran di sekitar bilah pedang. Itu membentuk pusaran gelap di bilahnya, dan setelah beberapa saat pusaran berhenti atau lebih tepatnya telah mewujudkan sebuah sosok.
Itu adalah seseorang yang mengenakan jubah gelap dengan siluet dan topeng kacamata di wajahnya sehingga orang lain tidak bisa melihatnya dengan jelas. Poni runcing hitamnya keluar dari sela-sela jubahnya dan jatuh didepan topengnya. Di tangannya terdapat sebuah pedang indah yang diukir dengan baik.
"Kukuku, perkenalkan, aku adalah Shadow. Seorang pewaris yang telah di akui oleh Shadow sendiri sebagai yang ke dua. Kami mengintai dalam bayang-bayang dan berburu dalam kegelapan."
"..."
Merlin dan Ophis menatapnya dengan aneh dan menjadi tidak bisa berkata-kata. Sementara Asheel menutupi mukanya dengan telapak tangannya karena malu.
"Oh, aku lupa dia menderita sindrom kelas delapan." Asheel menghela napas setelah melihat roh zanpakuto-nya.
"Ngomong-omong, dimana sisimu yang lain?" Dia memutuskan untuk menyapanya.
"Huh, walaupun diriku yang lain memiliki kekuatan bayangan, aku tidak akan mengakuinya. Dia tidak mencerminkan seorang pewaris Shadow sama sekali-"
"Hentikan, itu memalukan!"
Sebelum bisa menyelesaikan kalimatnya, sebuah suara lain terdengar dari dirinya. Sosok berjubah itu diselimuti kegelapan sekali lagi dan langsung berubah menjadi seorang prajurit dengan baju zirah gelap.
Prajurit itu memiliki penampilan berupa bayangan besar berotot dengan rambut ungu seperti nyala api, mata ungu bersinar, dua tanduk hitam melengkung, dan cakar tajam. Dia mengenakan baju besi hitam legam dan jubah hitam panjang berasap.
"Ya ampun, aku sudah kewalahan dengan pria aneh itu."
Prajurit berzirah gelap itu menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya, jelas dia sangat tersiksa dengan omong kosong Shadow di Alam Jiwa-nya.
"Aku menebak kamu memanggilku ke sini untuk semua mayat itu, kan?" Prajurit itu berkata lagi sambil menatap Asheel.
"Ya, seperti yang kau katakan...." Asheel kemudian merasa canggung karena lupa nama prajurit di depannya. "A.. Abon?"
"..."
"Namaku Ashborn."
"Ah, benar!" Asheel berseru dengan canggung. "Nah, Ashborn, kalau begitu ubah semua mayat itu menjadi prajutit bayangan."
"Itu hal yang mudah," Ashborn mengangguk. "Selain itu, kata namaku hampir sama denganmu, bagaimana kamu terus melupakannya begitu cepat?"
"Maaf, ya. Tapi Shadow lebih mudah diingat dari pada kamu."
"Jawaban yang sama lagi. Yah, terserah." Ashborn mengangkat bahu.
Dia lalu berjalan dan kemudian berdiri tepat didepan tumpukan mayat dari Klan Iblis.
"Arise."
Shadow & Ashborn merupakan roh lain dalam zanpakuto Asheel selain Frankestein.
Shadow adalah Cid Kagenou dalam cerita Kage no Jitsuryokusha ni Naritakute.
Sementara Ashborn, seperti yang kalian tahu dari cerita Solo Leveling.