webnovel

Birthday Teror

Kim Sora POV,

10 desember 2019,

"Sora~aah, saengil chuka Hamnida!", ucap Sunmi dari seberang telpon

"Semoga hidupmu selalu dipenuhi oleh kebahagiaan. Aku menyanyangimu Sora!", lanjut Sunmi dengan suara riang

"Gomawo Sunmi~aah, aku juga menyanyangimu", jawabku sambil membuka pintu mobilku

"Bagaimana kalau kita makan siang hari ini? Ada cafe baru yang cantik di Gangnam, aku akan menjemputmu nanti ya", katanya lagi dengan bersemangat

"Ye, arasso. Aku akan menunggumu", jawabku tersenyum sambil berjalan menuju pintu masuk Minerva

"Baiklah. Sampai nanti, bye", kata Sora mengakhiri percakapan kami

"Bye", jawabku

Aku menaiki anak tangga dengan senyum diwajahku. Cuaca hari ini cukup dingin, namun langit biru cerah membuatku lebih bersemangat.

Hari ini hari ulangtahunku. Ketika aku masih bersekolah, biasanya aku dan orangtuaku akan pergi mengunjungi suatu tempat, seperti taman hiburan, kebun binatang, dll, untuk merayakan ulang tahunku. Namun, semenjak berkuliah dan pindah ke Seoul, aku hanya mengahabiskan waktu ulangtahunku dengan Sunmi.

"Anyyeong," sapaku ketika memasuki Minerva

"Saengil Chuka Hamnida, saengil chuka hamnidaa, saranghaneun Kim Sora...saengil chuka hamnidaaaa", semua pegawai ku berdiri menyambutku di meja Resepsionis

"Ayo tiup lilinnya Oenni!", kata Song Aeri menghampiriku sambil membawa kue ulangtahun di tangannya

"Woaaahh, kalian membuatku terharu", jawabku setelah meniup lilin pada kue ulangtahun

"Selamat Noona, semoga kau sehat dan bahagia selalu", kata Yunsu menghampiriku dengan senyum diwajahnya

Terdengar ucapan selamat dari para pegawaiku.

"Gomawo, yorobun. Kalian tak perlu melakukan hal ini", jawabku sambil menerima kue ulangtahun dari Aeri

"Hanya ini yang bisa kami lakukan untukmu, Noona", jawab Go Minhyuk

"Ye. Eunso yang membuat kue ini sendiri", kata Aeri  sambil menepuk bahu pegawai baruku itu

"Jinjja? Woaah daebak ya! Gomawo Eunso~aah, aku sangat senang!", jawabku menatap gadis muda bertubuh tinggi itu dengan bahagia

"Sama-sama, Noona. Selamat ulang tahun untukmu", jawab Eunso malu-malu

"Belum ada pengunjung yang datang kan?ayo kita makan kue ini bersama", ajakku sambil berjalan ke sebuah meja di tengah ruangan baca

Aku membagikan kue ini kepada ketujuh pegawaiku. Kami menikmati kue sambil mengobrol dan bersenda gurau. Aku sangat menyukai mereka. Aku menganggap mereka seperti saudaraku. Aku senang mereka dapat bergaul dan bekerja sama dengan baik walaupun latar belakang dan usia mereka berbeda-beda.

Song Aeri (24 thn), ia adalah seorang wanita muda yang riang, ramah dan pekerja keras. Ia telah bekerja sejak hari pertama Minerva dibuka, namun ia baru menjabat sebagai Manager selama 1 tahun belakangan ini. Ibunya sudah meninggal dunia ketika ia duduk di sekolah menengah. Ayahnya bekerja sebagai supir taksi di kota Chunchon, ibukota provinsi Gangwon di sebelah utara. Aeri harus bekerja sejak lulus sekolah untuk membantu ayahnya menyekolahkan ke 3 adiknya.

Park Yunsu (23 thn), ia adalah pemuda yang sangat menyenangkan. Ia seorang mahasiswa tahun ke 2 jurusan media komunikasi di Hanyang university. Ia bekerja di Minerva untuk dapat membiayai kuliah nya.

Go Minhyuk (23 thn), pria muda yang sangat bersemangat dan pandai bergaul. Saat lulus sekolah, Ia pernah mengikuti pelatihan dasar barista dan langsung jatuh cinta dengan profesi ini hingga sekarang.

Choi Ara (26 thn), walaupun usia kami sebaya, Ara memiliki sifat keibuan yang besar. Ia telah menikah selama 3 tahun, namun hingga saat ini belum dikaruniai keturunan. Ia sangat penyabar dan selalu dapat menjadi tempat curhat para pegawai lain bila mereka menemui kesulitan.

Kim Sossa (22 thn) berasal dari keluarga berada. Ayahnya seorang dokter gigi dan ibunya seorang guru. Namun ia mengakui bahwa ia tidak suka belajar, ia berkuliah di Seoul Women's University, dengan jurusan bahasa Korea.

Jang Hansol  (28 thn), ia adalah seorang pria pekerja keras dan sedikit pemalu. Hansol oppa sudah menikah dan memiliki seorang anak perempuan berusia 1 tahun. Dulu ia memiliki sebuah kedai kopi di Busan, daerah asalnya. Ketika kedai tersebut bangkrut, ia memutuskan untuk pindah bersama istrinya ke Seoul untuk mencari pekerjaan di sini.

Lee Eunso (23 thn) gadis bertubuh tinggi dengan wajah yang menyenangkan. Ia pandai memasak dan membuat kue. Eunso baru 2 minggu bekerja di Minerva. Sebelumnya ia bekerja di sebuah coffee shop terkenal di Daegu, namun karena ayah dan ibunya baru saja berpisah, ia memilih ikut pindah ke Seoul bersama ibunya.

Selama menikmati kue buatan Eunso, kami saling berbagi cerita.

"Oenni..ada apa dengan ponselmu? Kami semua mencoba menghubungimu tapi tidak bisa tersambung", tanya Aeri sambil manyantap kue

"Aah, Mianhae, aku lupa memberitau kalian nomer ponselku yang baru", jawabku sedikit bersalah

"Kau mengganti nomermu? Apa ponselmu hilang?", tanya Hansol sambil mengerutkan dahi

"Ani, aku hanya mengganti nomer ku saja. Ponselku baik-baik saja", jawabku menggelengkan kepala

"Oya Oenni, apa kita akan tetap buka pada hari Natal? Aku harus pergi bersama orangtuaku ke acara Makan malam yang diadakan oleh yayasan Rumah Sakit ayahku bekerja. Aku harap Minerva tetap buka, sehingga aku tak perlu ikut mereka", kata Kim Sossa dengan wajah masam

"Wae? Bukankah menyenangkan dapat pergi ke acara seperti itu?", tanya Yunsu

"Ani. Acaranya sangat membosankan. Aku sangat enggan untuk pergi", jawab Sossa menggelengkan kepalanya

"Kita akan libur pada saat Natal, sama seperti tahun lalu, ya kan Oenni?", tanya Aeri kepadaku

"Ye. Kita akan libur pada hari Natal, sehingga kalian bisa menghabiskan waktu bersama keluarga kalian", jawabku setelah menelan kue ku

"Apa akhir tahun juga libur? Karena suamiku mengajakku mengunjungi Jeju Island saat malam tahun baru", ujar Sossa

"Ye. Kita akan libur selama beberapa hari. Mulai tanggal 31 Desember hingga 3 Januari", jawabku tersenyum ke arah Kim Sossa

"Woaahh daebak!!", jawab Minhyuk bersemangat

Dalam waktu sekejap kue ulangtahunku habis tak tersisa. Lee Eunso tak henti-henti nya mendapat pujian dari kami. Kue buatannya sangat fantastis.

Kemudian, Ketika sekelompok pengunjung datang, kami buru-buru mengakhiri pembicaraan kami. Aeri segera berlari ke meja resepsionis untuk menyambut pengunjung. Ara, Sossa dan Yunsu membereskan sisa-sisa makanan, sedangkan Minhyuk, Hansol dan Eunso kembali ke Coffee shop untuk menyiapkan kue-kue dan kopi untuk hari ini.

"Noona, ada kiriman untukmu", kata Yunsu kepadaku ketika aku hendak menuju ruanganku

"Eh, kiriman?", tanyaku

"Ye. Aku telah menaruhnya di ruang kerjamu. Ada sebuah bunga dan hadiah yang dikirimkan pagi ini", jawabnya

"Arasso. Terima kasih Yunsu~aah", jawabku

Aku berjalan menuruni tangga menuju ruang kerjaku. Aku bertanya-tanya siapa yang mengirimkan hadiah kepadaku. orangtuaku tak pernah mengirimkan hadiah tanpa memberitau terlebih dahulu, dan biasanya hadiah tersebut langsung dikirimkan ke tempat tinggalku, bukan ke Minerva.

Aku membuka pintu kantorku dan melihat sebuah tanaman dalam pot kecil dengan bunga berwarna merah diatas meja kerjaku. Terdapat sebuah kartu berwarna putih di antara bunga-bunga berwarna merah tersebut. Tanaman itu di bungkus sedemikian indah dengan kertas tissue berwarna emas. Disampingnya terletak sebuah kotak kado berwarna hitam dengan pita berwarna merah diatasnya.

Aku menutup pintu kantorku dan berjalan menuju hadiah tersebut. Bunga yang indah sekali. Aku menyentuh kelopak bunganya yang seperti beludru.

"Cantik sekali", ujarku pelan

Aku mengambil kartu berwarna putih tersebut dan membacanya.

"Dear Kim Sora,

Happy birthday, Jagiya...

Semoga hari-hari mu dipenuhi oleh kebahagiaan dan ku harap hari ulang tahunmu menjadi hal yang luar biasa sama seperti dirimu.

Jagi, aku masih ingat bagaimana jantungku berdetak kencang saat pertama kali bertemu denganmu. Aku tak pernah menyangka bahwa aku akan bertemu dengan seseorang yang menakjubkan seperti dirimu. Aku harap kita dapat merayakan ulangtahun bersama di tahun-tahun mendatang.

Pada hari spesialmu ini, aku mengirimkan bunga kelahiranmu "camelia merah". Bunga ini melambangkan cinta, semangat, dan keinginan kuat. Sangat cocok denganmu dalam segala hal, Jagi.

Maafkan aku tak bisa merayakan hari spesial ini denganmu. Aku harap kau mengerti. Kau harus tau bahwa saat ini, di tempat ini, aku selalu memikirkan dirimu.

Sampai berjumpa lagi, jagiya. Aku akan memberikan sebuah hadiah istimewa untukmu saat kita berjumpa nanti.

Aku mencintaimu,

KNJ"

Aku tersenyum membaca kartu ucapan dari Namjoon. Aku merasa dadaku sesak akan rasa bahagia. Camelia, bunga yang indah. Aku akan merawatnya dengan sepenuh hati. Aku memindahkan pot bunga tersebut ke meja disamping sofa.

Aku membuka ponselku dan menulis pesan pada Namjoon.

"Jagiyaa~ aku telah menerima bunga darimu. Indah sekali, Terima kasih. Aku tak pernah merasa sebahagia ini ketika ulang tahun. Apa kau sedang bersiap untuk berangkat ke Jepang? Aku harap acara fan meetingmu berjalan lancar. Aku tak sabar bertemu denganmu lagi, aku mencintaimu", tulisku

Tiba-tiba aku teringat saat malam terakhir kami bertemu. Aku begitu lelah setelah menangis. Aku hanya ingin beristirahat dipelukan Namjoon.

"Memalukan sekali. Bagaimana mungkin aku memintanya tidur bersamaku. Dasar bodoh", aku menutup wajahku dengan kedua tanganku ketika mengingat saat itu

Aku tak begitu ingat apa yang terjadi setelah kami naik ke atas tempat tidur. Aku hanya ingat ia membelai kepalaku dan aku jadi nyaman dan mengantuk.

Ketika aku bangun keesokan paginya, Namjoon sudah tidak ada. Aku mencoba menghubunginya, namun tidak ada jawaban hingga sore hari. Ternyata ia sedang berlatih hari itu dan baru selesai pada sore hari.

Setelah itu ia terus menggodaku, mengatakan bahwa aku tertidur seperti orang pingsan. Ia berkata bahwa ia sempat membangunkanku, tapi aku tertidur sangat lelap hingga tidak bergerak sedikitpun. Aku merasa malu sekali.

*tring

"Kau sudah menerimanya? Syukurlah. Aku sedang dalam perjalanan menuju bandara. Aku senang kau menyukai bunganya. Baiklah, aku harus bersiap-siap. Aku akan menghubungi mu lagi ketika sudah tiba di jepang. Selamat ulang tahun sekali lagi, jagiya~. Aku mencintaimu", isi balasan Namjoon

Aku mematikan ponselku dan tersenyum memandangi bunga Camelia kecil itu. Lalu Aku mengalihkan pandanganku ke kotak berwarna hitam yang masih berada di meja kerjaku. Sebuah pita besar berwarna merah melilit indah di atasnya. Lalu ada sebuah kartu kecil bertuliskan "Untuk Kim Sora" yang menempel pada pita tersebut, namun tak tercantum siapa pengirimnya

"Siapa yang mengirimkan ini?", pikirku sambil mengerutkan dahi. Aku membuka ikatan pita tersebut dan membuka tutup kotaknya. Seketika bau tidak sedap tercium dari dalam kotak tersebut.

"Kyaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!", aku berteriak dengan sangat keras

Aku kaget melihat isi kotak hitam itu. Kurasakan tubuhku gemetaran karena shock.

"Tidak! Tidak! Ya tuhan!!", suaraku bergetar, aku  berjalan mundur sambil menutup mulutku

"Noona! Ada apa??", teriak Yunsu muncul di depan pintu kantorku bersama dengan Sossa dan Ara.

Aku tak dapat berkata apa-apa, aku hanya menunjuk kotak hitam yang masih tergeletak di atas meja kerjaku. Kurasakan jantungku berdegup sangat cepat.

"Oenni, gwaenchana?", kata Sossa nampak cemas berjalan menghampiriku

Yunsu berjalan menghampiri kotak tersebut dan memekik keras.

"Apa ini?! Menjijikkan sekali", katanya kaget

"Apa isinya? Ada apa Yunsu~aah?", tanya Ara dengan wajah cemas menghampiri Yunsu yang masih berdiri terpaku di depan meja

"Aigo!! Apa ini!! Astaga menyeramkan sekali! Siapa yang mengirimkan ini!", kata Ara panik setelah melihat isi kotak tersebut

"Apa isinya Oenni?", tanya Sossa yang masih memegangi tubuhku yang gemetar

"Kelinci! Isinya kelinci yang sudah mati!", jawab Ara panik sambil memegangi perutnya dan berlari keluar ruangan seperti menahan muntah

Kakiku terasa lemas, aku berjongkok di depan pintu, shock dan takut. Di dalam kotak hitam itu terdapat seekor kelinci berwarna putih yang telah mati. Lehernya terkoyak, darah tergenang didasar kotak. Pada bulunya yang putih terdapat tulisan "Kau berikutnya!". Sepertinya tulisan itu ditulis dengan darahnya karena meninggalkan warna merah kecoklatan yang menyeramkan.

"Aku akan menelpon polisi. Oenni, bertahanlah", kata Sossa kepadaku dan berlari menuju lantai satu

"Noona, gwaenchana?", kata Yunsu berjalan menghampiriku, wajahnya sangat cemas

Aku menggeleng dengan lemah. Kemudian Yunsu memapahku menuju kursi di tempat istirahat pegawai yang berada di ruangan sebelah.

"Mengerikan", kata Ara yang baru saja keluar dari kamar mandi sambil mengelap mulutnya

"Ada apa, Yunsu~aah??", tanya Hansol dan Minhyuk

"Sossa berkata mengenai sesuatu yang menjijikkan dan harus menelpon polisi, apa ada sesuatu?", tanya Minhyuk dengan bingung ketika melihatku dan Ara yang terduduk lemas di kursi

"Ada seseorang yang mengirimkan kelinci mati kepada Noona", jawab Yunsu sambil menunjuk ke dalam ruang kantorku

"Huh? Kelinci? Apa maksudmu?", tanya hansol tak mengerti

Lalu ketiga pria itu pergi menuju ruanganku. Terdengar umpatan dari mulut Minhyuk dan Hansol. Mereka saling berbicara satu sama lain dengan suara cepat. Aku tak dapat memahami apa yang mereka sedang bicarakan karena pikiranku masih berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi.

Sepuluh menit kemudian, dua orang polisi datang menemui kami. Minhyuk, Ara dan Sossa kembali ke lantai satu untuk melayani para pengunjung. Sedangkan Hansol, Yunsu, Aeri dan Eunso menemaniku berbicara dengan polisi.

"Siapa yang menerima paketnya pertama kali? Biasa tolong ceritakan dengan detail?", tanya polisi yang bertubuh tinggi kearah kami

"Aku, pak. Aku datang pukul 7, dan kulihat sudah ada kotak hadiah itu di depan pintu masuk lantai satu. Aku tak melihat siapa yang mengantarnya. Namun Karena tertulis "Untuk Kim Sora", aku pikir ini adalah hadiah ulangtahun dari seseorang untuk Sora Noona, maka aku membawanya masuk dan menaruhnya di meja resepsionis. Kemudian sepuluh menit sebelum kami buka, aku membawa kotak ini dan hadiah lainnya ke ruangan Sora noona", jelas Yunsu panjang lebar

"Apa ada hadiah lainnya?", tanya polisi itu lagi

"Ye, sebuah bunga didalam pot", jawab Yunsu lagi

"Apa kau juga yang menerimanya?", kali ini polisi berkaca mata yang bertanya

"Tidak. Aku sedang membereskan lantai 2 ketika kurir yang mengantarkan bunga datang. Aku mengetahuinya karena beberapa kali kurir itu membunyikan bel di meja resepsionis. Lalu kemudian Aeri noona lah yang menerimanya", jawab Yunsu

"Apa betul anda yang menerimanya? Apa ada yang mencurigakan dari kiriman tersebut?", tanya polisi berkaca mata lagi kepada Aeri

"Ye, saya yang menerima bunga itu, hanya bunga biasa tidak ada aneh. Menurut kurir yang mengantar ini adalah hadiah ulangtahun untuk Sora Oenni dari kekasihnya", jawab Aeri sambil mengingat-ingat

"Dimana bunganya sekarang?", tanya polisi berkaca mata

"Seharusnya bunga itu ada diruangan Sora Oenni. Karena aku meminta Yunsu untuk menaruh kedua hadiah tersebut di kantornya", jawab Aeri melihat ke arahku

"Ye. Bunga itu ada di ruanganku", jawabku dengan suara bergetar

Lalu kami semua menuju ruang kerjaku. Aku menunjukkan pada polisi itu dimana kuletakkan bunga tersebut dan memperlihatkan isi kartu ucapan dari Namjoon.

Kotak berisi kelinci mati tersebut sudah dimasukkan ke dalam mobil polisi untuk diperiksa lebih lanjut.

"Apa aku dapat berbicara dengan kekasihmu? Aku ingin memastikan hal ini", kata polisi bertubuh tinggi kepadaku

"Eh, saat ini kekasihku tidak berada di korea, ia sedang melakukan pekerjaan di jepang. Tapi aku bisa memberimu nomer ponselnya", jawabku

"Tentu", jawabnya

"Apa akhir-akhir ini anda mengalami kejadian-kejadian aneh?", tanyanya lagi

"Huh? Ituuu...", jawabku ragu-ragu

"Ye. Bulan lalu telah terjadi sesuatu, benar kan Noona? Ini mengenai ban mobilmu yang dirusak", kata Yunsu memandangku

"Ah ye! Ban mobilmu beberapa kali dirusak kan Oenni?", Aeri ikut menimpali

Aku memandang mereka semua secara bergantian. Aku ragu, apakah aku juga sebaiknya aku melaporkan semua yang telah terjadi?

"Ye. Benar yang dikatakan mereka. Aku akan menceritakan semuanya", kataku memandang kedua polisi tersebut

"Arasso. Kau dapat menceritakannya pada rekanku, sementara aku dan pegawaimu akan memeriksa kamera CCTV", jawab polisi berkacamata

Kemudian ia, Hansol dan Yunsu pergi menuju lantai satu, menuju meja resepsionis, dimana monitor CCTV berada. Sedangkan Aeri menunggu di ruangan sebelah.

Aku menceritakan mengenai insiden ban rusak, lalu menceritakan mengenai teror pesan yang kuterima hampir satu bulan ini. Aku juga mengatakan bahwa aku mencurigai seseorang. Lalu Polisi mengatakan akan meminta keterangan dari semua orang yang terlibat, kemudian akan mendalami kasus ini dan berusaha mencari tau siapa pelakunya.

Ketika polisi berkacamata kembali keruanganku, ia melaporkan bahwa memang telah terekam seseorang memakai pakaian hitam dan masker hitam datang dan menaruh kotak hitam didepan pintu. Namun karena sudut gambar dan pakaian yang digunakan pelaku sangat tertutup, sangat sulit untuk mengetahui isentitasnya.

"Kami akan membawa rekaman CCTV ini lalu akan kami dalami. Kami akan mengabari anda bila sudah ada kemajuan dari investigasi ini", kata polisi berkacamata mengakhiri pemeriksaannya

"Ye, terima kasih pak polisi", jawab kami

Ketika pemeriksaan selesai, aku bersandar pada sofa. Dengan gugup kumainkan liontin bulan sabit di leherku. Aku harus memberitau Namjoon. Tapi ia sedang sibuk saat ini, apa bijaksana memberitaunya sekarang?, pikiranku berkecamuk.

Lalu Siapa yang mengirimkan ini? Sangat menakutkan sekali. Aku berusaha mengatur nafasku. Namun tanganku masih gemetar akibat kejadian itu.

"Oenni, gwaenchana? Aku membawakanmu teh chamomile hangat agar kau merasa tenang", Aeri muncul sambil membawakanku secangkir teh

"Gomawo Aeri ssi", jawabku tersenyum lemah kepadanya

Aku menerima cangkir tersebut dengan kedua tanganku yang gemetar. Aroma chamomile dan gelas yang hangat memberiku sedikit kenyamanan. Aku meminumnya sedikit dan kehangatan langsung menjalar di seluruh tubuhku.

"Oenni, kau pucat sekali. sebaiknya kau pulang dan beristirahat", kata Aeri pelan

"Ye, maaf merepotkan kalian", jawabku memandang Aeri

"Ani, sama sekali tidak merepotkan, habiskanlah tehmu Oenni agar kau merasa lebih baik. Aku harap polisi segera menemukan si pelaku", jawab Aeri tersenyum padaku dan berjalan meninggalkan ruanganku

Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki yang berjalan cepat.

BRAK!

Suara pintu kantorku terbuka dengan lebar.

"Sora~aah!! Apa kau baik-baik saja??", terdengar suara panik Sunmi dari pintu

"Sunmi..", gumamku

"Sora! Gwaenchana? Aku melihat mobil polisi diluar dan Yunsu bilang telah terjadi sesuatu! Apa kau baik-baik saja?", cecar Sunmi berlari menghampiriku dengan wajah pucat

Aku langsung memeluk Sumni ketika ia telah tiba dihadapanku. Aku menceritakan apa yang telah terjadi dengan suara bergetar. Sunmi menatapku tak percaya dan memelukku dengan erat.

"Mengerikan! Siapa yang melakukannya?!, astaga aku tak mempercayai ini!", ucap Sunmi dengan marah

"Aku tak tau, Sunmi. Polisi sedang menyelidikinya saat ini", jawabku lemah sambil duduk kembali di sofa

"Minwoo tidak melakukan hal ini dulu, mengapa sekerang seperti ini?!", kata Sunmi lebih kepada dirinya sendiri

Aku tak menjawabnya. Aku memijat kepalaku karena sangat sakit.

"Sejak kau mengganti nomer ponselmu, pesan-pesan itu tak pernah ada lagi kan, Sora?", tanya Sunmi duduk di sampingku

"Tidak, aku rasa mereka tak mengetahui nomer ponsel baruku", jawabku menggeleng lemah

"Oleh karena itu, mereka melakukan ini padamu. Tapi ini sangat riskan, mereka bisa saja ketahuan kan?", kata Sunmi, berbicara seperti seorang detektif

"Mereka melakukan hal yang nekat, kupikir mereka putus asa, karena tidak bisa menganggumu dengan pesan-pesan lagi. Aku harap polisi menemukan sesuatu", Sunmi masih berbicara sendiri

"Ye, akupun berpikir demikian Sunmi", jawabku menatap kosong ke arah bunga Camelia di sampingku

"Aku akan meminta polisi memeriksa CCTV dari toko disekitar sini, mungkin mereka akan mengetahui dari mana pelaku ini berasal", jawab Sunmi memandangku penuh tekad

Aku mengangguk padanya.

"Baiklah, aku akan mengantarmu pulang Sora. Aku akan menemanimu hari ini", kata Sunmi beranjak dari Sofa

Aku berjalan mengikutinya menuju pintu. Saat ini baru pukul 1 siang, namun aku sudah merasa sangat lelah.

———————————

Selama perjalanan menuju apartemenku, Sunmi sesekali memandangku untuk menegecek keadaanku.

"Aku tak percaya ini terjadi pada hari ulangtahunmu, Sora", kata Sunmi bersimpati

"Mungkin memang mereka sengaja melakukannya hari ini", jawabku

"Ya, bisa jadi. Oya, aku sudah menemui Minwoo beberapa hari yang lalu, ia tetap mengatakan bahwa ia tidak melakukannya. Aku hampir saja menamparnya karena ia berbicara berbelit-belit. Menyebalkan sekali", kata Sunmi dengan wajah kesal

"Aku rasa memang bukan Minwoo yang melakukan ini, Sunmi. Tulisan pada kotak hadiah tadi bukanlah tulisannya", kataku mengerutkan dahi

"Jinjja? Apa kau yakin?", tanya Sunmi membelalakkan matanya padaku

"Ye. Aku cukup yakin itu bukan tulisan tangannya", jawabku sambil mengingat-ingat

"Lalu ini perbuatan siapa? Ini sangat meresahkanku, Sora", kata Sunmi dengan wajah muram

"Entahlah. Ini membuatku takut, Sunmi", jawabku sambil menggigit bibirku cemas

Aku tak pernah merasa seperti ini. Aku kira setelah pesan-pesan itu tidak akan ada lagi kejadian seperti ini.

Kami menghabiskan sisa perjalanan dalam kesunyian, sibuk dengan pikiran kami masing-masing.

Aku langsung merebahkan diriku di sofa ketika tiba di rumah.

"Aku akan memesan makan siang. Apa yang ingin kau makan, Sora? Aku akan mentraktirmu", kata Sunmi dari dapur

"Aku tak ingin makan apa-apa", jawabku sambil memejamkan mataku

"Kau harus makan, Sora. Aku akan pesan ayam goreng dan toppoki saja kalau begitu", kata Sunmi berjalan menuju balkon sambil menghubungi restoran untuk memesan makanan

*pipipip

Ponselku berdering. Aku mengambilnya dari tasku dan kulihat nama Namjoon di layar.

"Yeoboseyo, Jagi?", sapaku

"Kim Sora! Jagi, apa kau baik-baik saja?", tanya Namjoon dengan suara cemas

"Uh?", aku menegakkan tubuhku ke posisi duduk

"Baru saja polisi menghubungiku. Menyanyakan tentang hadiahku padamu. Mereka memastikan apakah betul aku yang mengirimnya. Mereka mengatakan telah terjadi sesuatu padamu. Aku sangat khawatir, jagiya~", kata Namjoon dengan serius

"Ani. Aku baik-baik saja. Kau tak perlu khawatir. Ada seseorang yang mengirimkan hadiah berisi seekor kelinci mati kepadaku. Aku shock, tapi aku baik-baik saja saat ini, jagiya~", jawabku sambil memijat dahiku

"Apa?? Kelinci mati?? Ottoke? Siapa yang melakukannya??", tanya Namjoon sedikit berteriak

"Tenanglah jagi~, aku tak tau siapa pengirimnya. Tapi pihak kepolisian sedang melakukan investigasi saat ini. Semoga mereka segera menemukan pelakunya", jawabku

"Ini keterlaluan. Apa kubilang, Jagi, mereka akan melakukan hal lain lagi padamu! Aku akan membicarakan ini dengan managerku. Mungkin aku bisa mempekerjakan seorang bodyguard untukmu", kata Namjoon dengan suara frustasi

"Ani. Tidak Jagi, tidak. Aku tak memerlukan itu. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Jangan terlalu khawatir. Polisi sudah menanganinya. Aku yakin dalam waktu dekat pelakunya akan tertangkap. Jangan terlalu mencemaskanku jagi", kataku mencoba menenangkannya

"Aku tak bisa tenang sebelum pelakunya tertangkap, Sora. Aku tak ingin mereka menyakitimu! Bagaimana bila mereka melakukan hal gila?!", kata Namjoon dengan suara keras menahan emosinya

"Oppa tenanglah! Inilah alasan aku tak ingin memberitaumu mengenai masalah ini. Kau menjadi khawatir dan bersikap berlebihan!", jawabku sambil berteriak

"Apa?!", jawab Namjoon terkejut

"Cobalah untuk tenang! Aku juga tak ingin ini terjadi!!", jawabku dengan suara bergetar

"Aku sangat khawatir saat ini sehingga aku tak dapat berkonsentrasi. Rasanya aku ingin kembali ke korea sekarang juga. Bagaimana mungkin kau mengharapkanku bersikap tenang, sementara kekasihku dalam keadaan bahaya!", lanjutnya dengan suara keras, kudengar nafasnya terengah-engah karena emosi

"Maafkan aku, aku tau kau khawatir padaku. Tapi aku baik-baik saja. Percayalah padaku. Aku bisa menjaga diriku disini", jawabku frustasi

Terdengar suara samar dari seberang telpon. Aku tak dapat mendengarnya dengan jelas.

"Aku harus pergi. Kita akan membicarakan ini lagi nanti", jawab Namjoon kaku dan menutup telponnya

"Ani. Jagi, jagiya~!", panggilku

Aku menatap layar ponselku dengan perasaan sesak. Dadaku terasa sakit, kurasakan mataku menjadi buram dipenuhi air mata. Apa kami baru saja bertengkar?, mengapa terasa sangat menyakitkan?. Aku tak bermaksud berteriak padanya. Kurasakan air mata mengalir ke pipiku. Dan tanpa kusadari aku mulai terisak.

"Sora? Ada apa?", Kata Sunmi bingung

Sunmi baru saja kembali dari balkon. Ia pasti terkejut melihatku tiba-tiba menangis seperti ini.

"Sora, ada apa?", tanya Sunmi berlutut dihadapanku sehingga wajah kami sejajar

"Kami bertengkar", jawabku terisak dipelukannya

"Bertengkar? Siapa? Apa kau bertengkar dengan Namjoon?", tanyanya sambil mengusap punggungku

"Aku tak bermaksud berteriak padanya, hanya saja ia bersikap sangat berlebihan. Ia pasti marah padaku", jawabku

"Astaga...tenanglah Sora. Aku yakin kalian hanya salah paham", jawab Sunmi dengan lembut

"Mengapa ini terjadi padaku, Sunmi? Apa salahku? Mengapa ada yang begitu membenciku? Dan Namjoon, Namjoon pasti sangat kecewa padaku", kataku lagi masih terisak

"Tenanglah Sora, aku yakin pelakunya akan segera tertangkap. Kita akan menemukannya. Bersabarlah sebentar, aku tau kau kuat. Dan Namjoon sangat mencintaimu. Aku rasa ia hanya khawatir padamu", kata Sunmi membelai-belai rambutku dengan lembut

Aku menghabiskan sisa ulangtahunku dengan beristirahat dikamar. Kepalaku sakit dan tubuhku agak hangat. Sunmi khawatir aku terkena demam. Aku tertidur pulas setelah minum obat.

Aku terbangun ketika ada pesan masuk ke ponselku. Kulihat jam menunjukkan pukul 8 malam. Aku telah tertidur selama 4 jam. Badanku masih terasa lemas namun rasa sakit di kepalaku sudah sedikit berkurang.

Aku membaca pesan yang dikirim ibuku.

"Anyyeong Sora, selamat ulang tahun anakku sayang. Ayah dan ibu selalu berdoa agar hidupmu selalu dipenuhi dengan kebahagiaan dan keberkahan. Maafkan kami karena tidak bisa mengunjungimu hari ini. Ayahmu baru saja menyelesaikan sebuah pekerjaan di Osaka. Kami baru saja kembali ke Gwangju sore ini.

Kami sangat merindukanmu, sayang. Kuharap kau dapat mengunjungi Gwangju akhir tahun ini. Aku akan memasak semua makanan yang kau suka. Apa kau makan dengan baik di sana? Jangan sampai melewatkan waktu makanmu ya. Jagalah kesehatanmu.

Aku tau bahwa kau sudah dewasa sekarang, namun bagi kami, kau adalah putri kecil kami yang berharga. Kami sangat bangga padamu, Sora. Kau selalu menjadi anak yang kuat dan selalu dapat kami andalkan. Kami mencintaimu, Sora."

Aku sangat merindukan orang tuaku. Seketika aku merasa sangat kesepian. Rasa bahagia yang kurasakan tadi pagi seperti menguap begitu saja.

Mungkin inilah yang diinginkan oleh peneror itu, membuatku merasa rakut, frustasi dan cemas setiap saat. Aku memang tak tau siapa pelaku dan apa yang diinginkannya. Tapi aku tak akan menyerah dengan mudah. Aku akan melawannya. Aku akan berusaha menemukannya dan membuatnya membayar semua yang telah mereka lakukan padaku dan orang-orang terdekatku.

Bab berikutnya