webnovel

Winter Flower

Kim Sora POV,

16 Desember 2019,

Aku menutup pintu apartemenku dan berjalan menuju ruang tamu. Saat ini pukul 8.30 malam, dan Aku baru saja tiba dirumah setelah seharian berada di Minerva, menyelesaikan laporan laporan pembayaran f&b kepada para suplier.

Aku mengahabiskan waktu selama 5 hari untuk beristirahat dirumah karena demam dan flu. Setiap hari Sunmi selalu datang mengunjungiku walaupun hanya sebentar. Sebetulnya keadaanku sudah membaik dua hari yang lalu, namun Sunmi bersikeras memaksaku untuk beristirahat dirumah.

Sejauh ini tidak ada kejadian apapun yang menimpaku. Tidak ada pesan ancaman yang masuk maupun yang lainnya. Aku bersyukur, mungkin pelaku merasa takut setelah mengetahui bahwa polisi sedang melakukan investigasi saat ini.

Aku duduk di sofa dan memandang bunga-bunga  kecil berwarna merah pemberian Namjoon yang ada di hadapanku. Sehari setelah teror kelinci, Sunmi membawakanku tanaman bunga ini dari Minerva. Ia pikir tanaman ini bisa menjadi pengganti Namjoon, dan berharap agar aku dapat merasa lebih baik bila dapat melihatnya terus.

Aku menyalakan layar ponselku. Tidak ada pesan satupun dari Namjoon. Pada hari kami bertengkar, aku mengirimkan pesan padanya yang berisi permintaan maafku padanya. Aku juga menceritakan mengenai semua detail kejadian saat itu dan apa yang kurasakan saat itu.

Keesokan harinya ia menelponku dan meminta maaf atas pertengkaran kami. Ia mengatakan bahwa kami harus membicarakan dan menyelesaikan ini dengan bertatap muka. Ia tak ingin timbul salah paham lagi bila kami membicarakannya di telpon atau melalui pesan.

Jadi, selama 5 hari ini, kami hanya bertukar pesan sebatas menanyakan kabar masing-masing atau hal-hal kecil lainnya. Terus terang aku sangat merindukannya saat ini. Selain itu terasa masih ada hal yang mengganjal diantara kami yang belum kami selesaikan, sehingga terkadang aku merasa canggung saat bertukar pesan dengannya. Aku tak tau apa ia merasakan hal yang sama padaku atau tidak.

Aku merasa lelah karena banyaknya pikiran yang berkecamuk di kepalaku. Aku memijat dahiku dan beranjak menuju kamar mandi, mungkin berendam dengan air hangat dapat membuat pikiranku sedikit lebih tenang.

Setelah selesai mandi aku langsung berganti pakaian tidur. Aku memakai piyama satin pendek berwarna hitam. Kulihat jam menunjukkan pukul 9.30 malam. Aku masih sempat membaca sesuatu, pikirku. Lalu Aku naik ke tempat tidurku dan mengambil sebuah buku dari meja tempat tidur.

Aku baru membaca 2 halaman ketika kudengar bell pintu apartemenku berbunyi. Aku bertanya-tanya siapa yang mengunjungiku selarut ini. Aku menaruh buku ku kembali ke atas meja dan memakai jubah tidur sebelum beranjak menuju pintu masuk.

"Ye?", jawabku sambil menekan interkom

Aku melihat seseorang dengan hoodie berwarna abu-abu sedang berdiri memunggungi kamera interkomku. Jantungku tiba-tiba berdetak sangat cepat, aku memicingkan mataku berusaha mengenali orang tsb.

Aku memekik terkejut, Ketika orang berhoodie itu membalikkan badan dan melihat ke arah interkom.

"Jagiya~!", panggilku

Namjoon melambai sambil memamerkan kedua lesung pipinya ke arah kamera.

Senyum lebar langsung tergambar di wajahku ketika aku berjalan menghampiri pintu.

"Jagiya~, kau sudah kembali?!", kataku dengan riang ketika membuka pintu untuknya

"Annyeong", jawabnya tersenyum kepadaku

"Bogo sippoyo!", kataku memeluk pinggangnya dengan erat

"Nado", jawab Namjoon mendekap tubuhku dengan kedua tangannya

Aku melepaskan pelukanku dan mengajaknya masuk.

"Kapan kau tiba, Jagiya~?", tanyaku sambil mengajaknya duduk di ruang tamu

"Tadi siang, namun kami harus langsung melanjutkan latihan sehingga aku belum sempat mengabarimu. Mian. Oh, Camelia!", katanya ketika sudah duduk di sofa dan menunjuk pot bunga Camelia pemberiannya

"Aku sangat menyukainya, terima kasih Jagi, aku akan merawatnya dengan baik", jawabku tersenyum memandangnya

"Aku senang kau menyukainya", jawabnya tersenyum. "Kau sudah tidur?", tanyanya ketika melihat pakaianku

"Ah, belum. Aku masih membaca sesuatu", jawabku sambil merapatkan jubah tidurku

"Apa aku mengganggumu?aku bisa kembali lagi besok, bila kau ingin tidur", jawab Namjoon gugup

"Ani. Gwaenchana", jawabku menggeleng

"Jadi, bagaimana keadaanmu jagi?  Apa kau sudah merasa lebih baik?", tanya Namjoon memandangku dengan lembut

"Ye. Aku sudah tidak apa-apa", jawabku

"Aku ingin meminta maaf padamu Jagi, karena telah berbicara keras padamu waktu itu. Aku sangat khawatir dengan keadaanmu, aku sangat takut sesuatu akan terjadi padamu", kata Namjoon mengusap wajahnya yang terlihat lelah. "Ah, aku merasa sangat bersalah padamu karena aku tidak peka. Kau pasti sedang dalam keadaan takut dan tertekan karena kejadian itu, tapi aku malah berteriak-teriak padamu", lanjutnya sambil menundukkan wajahnya

"Jagiya~, tidak apa. Aku juga minta maaf. Dan Terima kasih karena kau telah mengkhawatirkanku. Tapi sekarang seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja. Aku sudah tidak menerima pesan-pesan buruk lagi. Dan sejauh ini tidak ada insident apapun yang terjadi padaku. Aku sangat bersyukur. Sepertinya si pelaku merasa takut karena hal ini sudah ditangani oleh polisi", jawabku tersenyum sambil memegang tangannya

"Begitukah? Syukurlah. Aku tak bisa fokus selama aku berada di Jepang, jagi. Rasanya aku ingin cepat-cepat kembali ke Seoul untuk menemanimu", jawab Namjoon meremas tanganku

"Sekarang kau sudah disini", jawabku tersenyum padanya

"Ye. Lalu bagaimana hasil investigasi kepolisian?", tanyanya lagi

"Tadi pagi polisi baru menghubungiku. Mereka mengatakan bahwa hasil pemeriksaan CCTV di sekitar Minerva tidak bisa memberikan jawaban dari mana pelaku datang dan kearah mana pelaku pergi, karena ada beberapa CCTV yang rusak dari toko-toko di sekitar Minerva. Lalu dari kotak hadiah itupun tidak ditemukan sidik jari pelaku. Hanya terdapat sidik jari milik Aeri, Yunsu dan milikku. Sepertinya pelaku menggunakan sarung tangan saat mempersiapkan hadiah itu. Polisi mengatakan bahwa perbuatan ini sepertinya sudah dipikirkan dengan sangat baik, sehingga cukup sulit untuk melacaknya", jawabku dengan serius

"Apa berarti pelakunya bukanlah seorang amatir?", tanya Namjoon cemas

"Tidak juga. Bila dilihat dari luka yang terdapat pada tubuh kelinci itu, sepertinya pelaku melakukannya dengan ragu-ragu, seperti baru pertama kali melakukannya", jawabku lagi

"Bagaiamana dengan Park Minwoo?", tanya Namjoon lagi

"Minwoo mengatakan pagi itu seperti biasa ia melakukan jogging pukul 6 pagi lalu kembali pada pukul 7. Polisi sudah memeriksa dan memastikan apa yang Minwoo katakan benar karena ia terekam di CCTV sekitar apartemennya selama waktu tersebut. Dan tidak terlihat berada di sekitar Minerva pada jam tersebut", jawabku

"Jadi bukan ia pelakunya?", tanya Namjoon mengerutkan dahinya

"Bisa dibilang begitu. Lagipula tulisan tangan di kartu itu bukanlah tulisan tangannya", tambahku lagi

"Apakah ada tersangka lagi?", tanyanya

"Sampai saat ini belum ada. Mengenai perusakan ban dan pesan-pesan itupun mereka belum mendapatkan apa-apa. Mungkin karena kejadiannya sudah cukup lama berlalu sehingga petunjuknya pun sudah hilang", jawabku muram

"Hhhh...pelakunya masih diluar sana. Dia masih bisa melakukan sesuatu. Aku rasa kita harus melakukan sesuatu, Jagiya~", kata Namjoon membelai rambutku

"Seperti apa, jagi?", tanyaku pelan

"Bodyguard?", tanya Namjoon memandangku

"Ani. Tidak, aku tak ingin ada bodyguard, Jagi", jawabku cemberut

"Apa kepolisian bisa memberimu gelang atau tombol untuk panggilan darurat? Jadi pada saat terjadi sesuatu padamu, mereka dapat dengan cepat menemukanmu", kata Namjoon menaikkan alisnya

"Sunmi pernah menanyakan ini, tapi menurut polisi hingga saat ini belum ada kejadian yang menunjukkan bahwa keadaanku terancam, sehingga mereka tak bisa menyediakan alat itu untukku", kataku mengangkat bahu

"Apa aku perlu menyewa detektif untuk menyelidiki hal ini? Karena sepertinya kepolisian menemui jalan buntu. Atau mereka memang tidak menginfestigasi kejadian ini dengan serius karena menganggap ini hanyalah perbuatan orang jahil padamu?", kata Namjoon sambil menyisir rambutnya dengan jari-jarinya

"Menurutku sangat berlebihan bila harus menyewa detektif, jagi. Kita percayakan saja pada polisi, aku yakin pasti akan ada titik terang dari infestigasi ini", jawabku menggenggam tangannya

"Aku akan baik-baik saja, jangan terlalu khawatir, Jagiya~. Mulai saat ini aku akan selalu membawa pistol kejut dan semprotan merica di tasku", jawabku berusaha menenangkannya

"Aku merasa lebih tenang bila kau selalu membawa alat-alat itu kemanapun kau pergi. Kuharap tidak ada yang akan terjadi lagi padamu Jagi", kata Namjoon memelukku

"Ye", jawabku sambil memejamkan mata menikmati perasaan nyaman ini

"Oya, aku punya sesuatu untukmu", kata Namjoon melepaskan pelukannya dan mencari-cari sesuatu di tasnya

Ia lalu mengeluarkan ponselnya beserta airpods dari tasnya.

"Aku membuat sebuah lagu untukmu", katanya sambil memasangkan airpods ke telingaku

"Lagu?", tanyaku sambil membelalakkan mata memandangnya

"Sebenarnya ini lagu kolaborasi dengan artis favoritku, Younha sunbaenim (sebutan untuk senior). Managementnya menghubungi kami beberapa minggu lalu dan memintaku berkolaborasi dengannya. Ia adalah penyanyi favoritku sejak dulu, dapat berkolaborasi dengannya bagaikan mimpi yang terwujud", katanya dengan bersemangat

"Ketika aku mendengar lagunya, aku langsung teringat padamu. Sehingga aku memutuskan untuk menerimanya dan memasukkan rap ku kedalam lagu ini", jawabnya dengan wajah sedikit malu

Aku tak dapat berkata apa-apa, aku hanya memandangnya dengan perasaan haru.

"Lagu ini baru akan dirilis awal tahun depan. Tapi aku ingin kau mendengarnya sekarang. Kuharap kau menyukainya", kata Namjoon tersenyum menatapku

Ia mulai memutarkan sebuah lagu dari ponselnya. Lagu ini dimulai dengan suara piano sebagai intro. Aku langsung merasa bulu kudukku berdiri.

"Hold on, hold on, hold on

(Bertahanlah, bertahanlah, bertahanlah)

Freezing cold wind of the winter

Angin dingin yang membekukan di musim dingin

Blooming alone under the deep footsteps

Mekar sendirian di bawah jejak kaki yang dalam

I'm lost trying to find the reasons

Aku tersesat mencari alasannya

I was born and I met you"

Aku terlahir dan bertemu denganmu

Tatapanku beralih memandang bunga Camelia dihadapanku.

"The sighs are frozen tears

Desahan itu adalah air mata yang membeku

Abandoned dreams give birth to other wounds

Mimpi yang terbengkalai melahirkan luka lain

where is the end of this season

di mana akhir musim ini

If there's eternity

Jika ada keabadian

Hold on, hold on, hold on"

Tahan, tahan, tahan "

Aku menggigit bibir bawahku dan menatap Namjoon yang tersenyum lembut kepadaku.

"I will take it away before you stumble

Aku akan mengambilnya sebelum kau tersandung

(Hold on, hold on)

(Bertahanlah, bertahanlah)

I will stay by your side until you survive

Aku akan tetap di sisimu sampai kau bertahan

(Hold on, hold on)

(Bertahanlah, bertahanlah)

I hope you bloom"

Aku harap kau mekar"

Aku menghela nafas tertahan, entah mengapa lagu ini membuat dadaku sesak.

Kupandang mata berwarna almond dihadapanku. ketika kudengar Namjoon membawakan bagian rapnya, aku merasa seperti ia sedang berbicara denganku.

"Why did I meet you

Mengapa aku bertemu denganmu

Here, now, this winter day

Di sini, sekarang, di hari musim dingin ini

When I close my eyes, spring seems so far away

Saat aku memejamkan mata, musim semi tampak begitu jauh

And there's only cold breaths here

Dan hanya ada nafas dingin di sini

I was born in crimson from the blood

Aku terlahir dalam warna merah tua dari darah

You shed this harsh winter

Kau menumpahkan musim dingin yang keras ini

Plum blossom, Camellia, Daffodil

Bunga plum, Camellia, Daffodil

Yeah, call me whatever you want

Ya, panggil aku apapun yang kamu mau

They say life is full of paradox

Mereka bilang hidup ini penuh dengan paradoks

All you gotta do is gettin' used to this marathon

Yang harus kau lakukan adalah membiasakan diri dengan maraton ini

"Do you think the world is harsh on you only? Everyone has it hard"

"Apakah menurut mu dunia ini hanya kejam terhadap mu? Setiap orang mengalami kesulitan "

To the grown up you

Untuk mu yang sudah dewasa

Those words can't be your consolation

Kata-kata itu tidak bisa menjadi penghibur mu

Listen carefully, winter

Dengarkan baik-baik, musim dingin

You made me bloom

Kau membuat ku mekar

Now I will send forth my blue aroma with my branches

Sekarang aku akan memancarkan aroma biru dengan cabangku

I'll show you that there's another sky

Aku akan menunjukkan kepada mu bahwa ada langit lain

I'll call forth the autumn that was once like you"

Aku akan memanggil musim gugur yang dulu sepertimu "

Kurasakan air mataku mengalir perlahan di pipiku. Ku tutup mulutku untuk menghentikan isakanku. Aku mengalihkan pandanganku ke arah lain agar Namjoon tidak melihat air mataku.

"The white light is the frozen sun

Cahaya putih adalah matahari yang membeku

Even if I continue to exist like the hidden moon

Bahkan jika aku terus ada seperti bulan yang tersembunyi

Where is the end of waiting

Dimana akhir dari penantian

If there's a start

Jika ada awal

Hold on, hold on, hold on"

(Tahan, tahan, tahan)"

"I will take it away before you stumble

Aku akan mengambilnya sebelum kau tersandung

(Hold on, hold on)

(Bertahanlah, bertahanlah)

I will stay by your side until you survive

Aku akan tetap di sisimu sampai kau bertahan

(Hold on, hold on)

(Bertahanlah, bertahanlah)

I hope you bloom"

Aku harap kau mekar"

"I never forget your warmth

Aku tidak pernah melupakan kehangatanmu

I'll be the winter flower be the dancing star

Aku akan menjadi bunga musim dingin menjadi bintang dansa

I'll be by your side (stay)

Aku akan berada di sisimu (tetap tinggal)

I'm with you"

Aku bersamamu"

Aku tak dapat menahan isakanku. Air mataku terus mengalir dan tak mau berhenti.

"I will take it away before you stumble

Aku akan mengambilnya sebelum kau tersandung

I will stay by your side until you survive

Aku akan tetap di sisimu sampai kau bertahan

I hope you bloom"

Aku harap kau mekar"

Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku.

"I hope you bloom

Aku harap kau mekar

I hope you bloom

Aku harap kau mekar

I hope you bloom

Aku harap kau mekar

I hope you bloom "

Aku harap kau mekar"

Namjoon menarikku kedalam pelukannya.

"Ssshh...", Namjoon menenangkanku sambil memelukku dengan erat

Aku menangis di pelukannya. Dia melepas airpod dari telingaku dan meletakkannya di atas meja. Lagu ini sangat indah, memberiku harapan untuk situasi yang kuhadapi saat ini.

"Bertahanlah, Sora. Aku akan tetap di sisimu sampai kau melewati ini, sampai kau mekar dengan indah. Aku akan memberimu dunia aman dan hangat yang kau butuhkan", kata Namjoon mencium kepalaku

"Gomawo. Aku sangat beruntung memilikimu ", jawabku pelan

kami berpelukan selama beberapa menit sampai aku berhenti menangis. Kemudian ia melepaskan pelukannya dan menyeka air mata di pipiku. Namjoon menangkup wajah ku dengan tangannya.

"Aku mencintaimu", kata Namjoon Lembut

Dia mencium keningku, kedua kelopak mataku, hidungku. Lalu bibirnya mencium pipiku, hingga ke daguku dan akhirnya mengusap bibirnya dengan bibirku. Isak tangis perlahan keluar dari mulutku. Namjoon memperdalam ciumannya seolah menyesap semua penderitaan dalam diriku.

Intensitas ciumannya membuatku melekat padanya seakan ia satu-satunya hal yang solid di dunia yang tak stabil ini. Mulutnya membuka bibirku yang gemetar, mengirimkan getaran liar di sepanjang sarafku. Membangkitkan sensasi yang tak pernah ku rasakan sebelumnya. Waktu terasa berhenti ketika lidahnya bertemu dengan lidahku. Gelombang kehangatan membasuh semua keraguanku. Jari-jarinya melingkari tubuh ku dengan penuh hasrat.

Jantungku berdegup kencang saat Namjoon mengangkatku ke pangkuannya. Tanganku perlahan menyentuh rambut lembutnya. Lidah kami menari bersama dengan gerakan liar. Tangannya bergerak perlahan mengelus betisku dan naik hingga ke pahaku.

Aku tersentak. Namjoon menghentikan ciumannya dan menatapku dengan mata penuh gairah.

"Jagiya~, jika kau tak ingin melakukannya, aku akan menghentikannya sekarang juga. Karena aku sangat menginginkanmu, kurasa aku tidak dapat menahan diriku lagi. Tolong, katakan sesuatu, jagi ...", Ucap Namjoon dengan nafas berat dan suara serak yang dalam

Jantungku berdegup kencang. Aku menatap mata almondnya. Aku mencium bibirnya, tapi Namjoon menghentikanku.

"Tolong Jagi, katakan sesuatu ..", kata Namjoon dengan tegas

"Aku juga menginginkanmu", jawabku pelan sambil menatap matanya

"Aku sudah peringatkanmu, jagi ...", kata Namjoon parau, dia berjuang untuk menelan ludahnya

Sebelum aku bisa menjawab, Namjoon menarikku kedalam pelukannya, melahap bibirku dengan lapar. Seluruh tubuhku bereaksi secara naluriah. Aku hampir lupa bernapas. Aku menyerah, aku balas menciumnya sekuat ia menciumku. Ia menggigil dan terdengar suara dari mulutnya, setengah geraman, setengah erangan.

Jari-jarinya perlahan menelusuri tulang punggungku. Getaran kenikmatan menyelubungiku saat dia memperdalam ciuman, membuka bibirku. Aku tak dapat berpikir. Aku menekan tubuhku padanya, memasukkan jariku ke sela-sela rambutnya.

Tangannya membelai pahaku. Lidahnya menyelinap ke dalam mulutku, lembut tapi menuntut. Pembuluh darahku berdenyut-denyut dan jantungku seperti akan meledak. Aku tidak pernah menginginkan seseorang seperti ini sebelumnya. Belum pernah.

Perlahan bibirnya pindah ke telingaku. Ia membisikkan namaku. Nafasnya yang hangat mengirimkan sensasi geli ke seluruh tubuhku. Lalu ia dengan lembut menggigit daun telingaku. Aku mengerang pelan. Jari-jariku mencengkeram rambutnya, menariknya lebih dekat.

Bibirnya kemudian turun untuk mencium leherku. Dia menjilat, menghisap dan menggigit leherku, meninggalkan bekas merah dan basah di seluruh leherku. Erangan panjang keluar dari mulutku. Aku memejamkan mata, menyerah pada kenikmatan yang datang terus menerus. Pada saat itu, aku tidak menyadari bahwa jari-jarinya telah menyelinap ke balik jubah tidurku. Aku bisa merasakan tangan hangatnya menyentuh perutku.

"Jagiii ....", aku merintih

Jari-jarinya berusaha melepaskan tali jubahku. Dengan tangan gemetar aku membantunya melepas jubahku. Tangannya bergerak ke bawah, merayap di bawah piyama satinku. Jari-jarinya menelusuri kulit ku, mengirimkan aliran darah ke setiap bagian tubuhku.

"Sial!", Kata Namjoon frustasi

Jari-jarinya kesulitan membuka kancing piyama ku.

"Maaf Jagiya~, aku akan membelikanmu sepuluh piyama baru", ucap Namjoon sambil merobek piyama ku hingga semua kancingnya bertebaran di sekitar kami.

Aku menjerit. Aku terkejut dengan apa yang baru saja dilakukannya. Dia melepas piyama ku dan melemparkannya ke lantai.

"Astaga! Kau cantik sekali", ucapnya dengan suara rendah sambil melihat dadaku yang terbuka di hadapannya

Aku tersipu dan mencoba menutupinya dengan tanganku.

"Hajima (jangan), biarkan aku memandangmu. Kau sangat cantik, Kim Sora", ucapnya serak sambil menatap mataku dengan lembut, sementara tangannya memegangi tanganku agar tidak menutupi dadaku.

Perlahan pandangannya beralih dari mata ke wajahku, lalu ke bibirku hingga akhirnya tatapannya tertuju pada dadaku. Ia menelan ludah, lalu ia menciumku dengan sangat lembut dan meletakkan tanganku di pundaknya. Jariku mencengkeram bahunya erat-erat untuk menopang tubuhku yang lemas.

Dan tangannya menyentuh dadaku. Dengan gerakan memutar dia meremas keduanya dengan lembut. Ia mengerang liar. Kemudian bibirnya bergerak ke bawah. Jantungku berdebar kencang. Aku menggigit bibirku saat lidahnya bergerak di sekitar putingku.

"Aaahh .... ", aku mengerang keras

Lidahnya terus menjilati putingku. tanganku mencengkeram rambutnya erat-erat.

"Jagi ..", aku mendesah

Namjoon secara bergantian menghisap putingku, lembut dan halus, keras dan liar. Rasanya seperti ada ratusan kembang api yang meledak di tubuh ku, dan aku menginginkan lebih dan lebih. Aku mendesah senang dan memejamkan mata. Aku menekan tubuhku erat-erat padanya. Jari-jari Namjoon bergerak liar di sekujur tubuhku.

"Aku sangat menginginkanmu ", ucap Namjoon menatapku dan memberikan ciuman penuh gairah

Aku melingkarkan tanganku di lehernya, lalu ia menggendongku ke kamar tidur. Aku setengah telanjang, tapi namjoon masih berpakaian lengkap.

Dia membaringkanku di tempat tidur dengan perlahan. Lalu segera melepas hoodie dan kausnya. Aku menatapnya dengan mulut terbuka. Dadanya yang lebar terlihat mengagumkan. Perutnya terlihat kencang dan menggoda. Aku mengedipkan mata beberapa kali mencoba menyakinkan diriku bahwa pria yang berdiri di depanku itu nyata.

Aku menggigit bibirku saat Namjoon bergerak ke arahku. Dan ia hanya membungkuk di atas tubuhku dan menatapku dengan penuh kerinduan dan cinta.

"Kau cantik sekali, Jagiya~...saranghae", bisiknya lirih

Tubuhku gemetar menginginkan sentuhannya, ingin bibirnya menyentuh bibirku.

"Aku juga mencintaimu, jagi...", gumamku

Tapi dia belum bergerak sedikitpun, tubuh dan tangannya masih tidak bergerak. Hanya matanya yang terlihat lapar menatap sekujur tubuhku. Kepalaku pusing. Aku sangat menginginkannya sekarang. Ingin bibirnya menyentuh bibirku. Ingin tangannya menjelajahi tubuhku.

Aku mengangkat tangan untuk menyentuh dadanya, terasa lembut dan menyenangkan. Jari-jariku bergerak perlahan menyentuh otot di perutnya. Namjoon menutup matanya dan mengerang.

"Kumohon jagi....", aku memohon dengan lemah, terdengar seperti isakan

Akhirnya Namjoon menutup jarak di antara kami. Ciumannya seperti oasis yang menyegarkan di padang pasir. Sentuhan jemarinya menenangkan tubuhku yang gemetar. Aku melingkarkan lenganku di lehernya. Namjoon mengusap dadanya ke dadaku, mengirimkan sengatan listrik yang menyebar hingga ke ujung jari kakiku.

"mmmmhhhhh", Namjoon mengerang

Aku meraih bahunya saat dia menghisap leherku. Tangannya turun menyentuh pinggulku. Perlahan ia melepas celana pendekku. Ibu jarinya bermain-main dengan renda celana dalamku, membuatku menekan tubuhku dengan erat padanya. Tanganku bergerak liar di punggungnya saat ia berhasil melepaskan celana dalamku.

"oohhh ...", aku mendesah saat merasakan sesuatu yang keras menekan perutku

Tanganku turun mencari celananya. Dengan tangan gemetar aku mencoba membuka kancing celananya. Tapi tangan Namjoon meraih tanganku dan menguncinya di atas kepalaku.

Ia melumat bibirku dengan rakus saat ia melepas celananya dengan satu tangan dan meletakkan tubuhnya di antara kedua kakiku. Tangannya menyentuh paha bagian dalamku dan terus bergerak sampai dia menemukan inti tubuhku. Jari-jarinya memijat lembut klitorisku. Erangan panjang dan liar keluar dari mulutku. Aku tidak bisa berpikir, ini terlalu berlebihan.

Aku berhasil melepaskan tanganku dari tangannya. Jari-jariku meraba seluruh tubuhnya seolah tidak pernah merasa cukup. Namjoon menyibakkan rambut yang menutupi wajahku. Ia tersenyum sambil menunjukkan lesung pipinya padaku.

"Aku mencintaimu," bisiknya parau

Namjoon sedikit mengangkat kaki kiriku agar dia bisa memperbaiki posisinya. Tangannya yang hangat membelai pipiku, lalu aku merasakan tekanan lembut, aku memejamkan mata, suara lembut yang dipenuhi kenikmatan keluar dari mulutku. Dan aku merasakan dirinya ada di dalam diriku. Kami saling menatap selama beberapa saat.

"Aku mencintaimu", suaraku tersendat, seperti ada sesuatu di tenggorokanku

Namjoon menciumku dan mengaitkan jari-jari kami. Kemudian ia mulai bergerak perlahan. Erangan lembut terdengar di antara ciuman kami, tubuh kami saling terjalin. Terasa sempurna, seperti kami diciptakan untuk saling mengisi satu sama lain. Erangan keras keluar dari mulut Namjoon saat aku bergerak perlahan untuk mengimbangi gerakannya. Mulutnya meninggalkan bibirku dan mulai menghisap dadaku.

Namjoon memompa lebih cepat. suara isapan, rintihan dan desahan memenuhi kamarku. Kami tenggelam dalam kenikmatan yang membutakan. Ia menghujamkan tubuhnya dalam-dalam ke tubuhku. Aku menahan napas saat lingkaran kenikmatan semakin kuat dan aku bisa merasakan saat kepuasan yang luar biasa mendekat dan semakin dekat. Aku melingkarkan kakiku di pinggangnya tepat sebelum lingkaran itu meledak.

Teriakan ku menggema saat klimaks terjadi. Aku merasakan tubuhnya gemetar, otot lengannya menegang dan mengeras saat ia memompa lebih cepat, lebih keras.

Lalu ia mendesah keras sambil menggenggam erat tubuhku, ketika tiba di puncak yang sama denganku. Kami berpelukan, terengah-engah, kulit basah kami saling menempel selama beberapa saat, hingga akhirnya kesadaran akan waktu dan tempat menghantam kami kembali. Namjoon perlahan berguling ke samping dan berbaring telentang tanpa melepaskan genggaman tangan kami.

"Wow, luar biasa", kata namjoon terengah-engah

Aku memalingkan wajahku untuk menatapnya, dadanya bergerak naik turun seiring napasnya yang cepat. Matanya terpejam dan senyum mengembang di wajahnya. Aku memejamkan mata, menikmati perasaan yang tersisa setelah bercinta.

"Apa aku menyakitimu, jagi?", tanya Namjoon menatapku

"Ani", jawabku lembut sambil membelai wajahnya

Kemudian ia menarikku ke dalam pelukannya, kaki kami saling bertautan. Aku mengelap keringat di dadanya dan kami tidak mengatakan apa-apa lagi, kami hanya diam dan menikmati momen ini.

———————————————————————

Credit song : Winter Flower by Younha & RM

Silakan dengarkan lagu indah ini di youtube/ spotify.

Stay safe and stay gold,

Borahae 💜💜💜

Bab berikutnya