webnovel

BAB 26| MATAHARI

Bayangan hitam itu menghilang dan Raib terjatuh di lapangan salju, kemudian warna putih salju berubah menjadi merah.

Banyak nya darah yang keluar dari tubuh Raib membuatku sedikit mual. Ali menatap Raib dengan wajah syok.

Mis Zuliz langsung pergi menuju Raib, begitu pula dengan Kalvin.

"Kalvin! Teknik penyembuhan!" Pinta Mis Zuliz.

"Ut Bene!!!"

Author Pov

Raib tersedak dan memuntahkan sejumlah darah dari mulutnya. Suhu dingin disini menjadi lebih dingin.

Seli berusaha untuk membuat suhu menjadi lebih hangat.

Pemandangan di sekeliling mereka, berlima sangat tak wajar. Kini pohon pohon berubah menjadi warna hitam.

Seperti klan mati yang tak berfungsi lagi. Begitu suram, menakutkan.

"Li! Bawain minum!" Pinta mis Zuliz. Ali langsung bergegas mengambilkan minum untuk Raib.

"Ra?" Tanya Seli pada Raib yang sedikit linglung.

Raib tak menjawab pertanyaan Seli dia malah mengatakan...

"This is Umbra!!" Kata Raib dengan bahasa inggris.

"Ra?"

"Etiam Pater vester non moriatur!!" Kata Raib dengan bahasa yang asing.

"Ali keluarkan alat penerjemah mu!!!"

Kini mereka sibuk dengan alat penerjemah yang sedang mereka gunakan saat ini.

"Artinya.....Ayah mu bisa meninggal."

Kalvin menatap Ali dengan wajah bertanya. Kondisi Raib hari ini sangat tak memungkinkan.

****

Kami sedang berdiskusi soal Raib yang kini malah berbicara aneh.

"Vin Raib gimana? Kok dia jadi gak tahu siapa dia dan bahasanya????"  Tanya ku serius pada Kalvin.

"Bisa aja dia kerasukan." Kata Ali dengan santai. Entah kenapa dia bisa menunjukkan sikap Santuy nya dalam situasi seperti ini.

"Bisa jadi! Ali kamu cari UMBRA itu apa!" Pinta Mis Zuliz.

Ali sibuk dengan komputernya yang dia mainkan dengan jari jari yang lincah mengetik.

"Bayangan!" Kata Ali dengan wajah santuy.

"Sepertinya aku tahu siapa yang bisa menyembuhkan Raib." Ucap Kalvin dengan tersenyum.

Sejujurnya aku tak tahu apa yang mereka bicarakan, dari tadi aku hanya mengangguk ngangguk aja.

Ali langsung mengendalikan kapsulnya menuju peta yang di berikan oleh Kalvin.

Sejujurnya di klan Matahari pemandangannya sangat bagus. Tapi sejak munculnya UMBRA itu pemandangan di sekitar kami menjadi hitam.

"Ini rumahnya?" Tanya Ali yang heran dengan rumah yang sangat sederhana itu.

"Iya ayo! Turun." Pinta Kalvin.

Saat kita hendak melangkah kan kaki ke tangga pertama kalvin sempat berkata.

"Jangan pernah menyebut soal rumahnya yang sederhana!! Dan jelek!!!" Ucap Kalvin dengan tegas.

Tok tok!!

Kemudian pria yang lumayan mudah muncul dengan wajah berwibawa. Mungkin usianya sekitar 30 an.

Rambutnya tersisir dengan rapi, ia menggunakan sweater rajut dengan warna sangat mencolok.

Rambutnya pirang, bila matanya berwarna merah, dan kulitnya putih. Bisa dikatakan kalau ia pria tampan.

"Wers!! Apa kabar mu!? Aku di sini ada urusan." Kata Kalvin dengan wajah gembira.

"Masuklah!!" Ucapnya dengan memandangi ku dengan tatapan curiga.

Saat kami masuk, rumah itu benar benar amat sederhana. Bahan terlanjur sederhana.

Perabotannya juga sudah usang dan buluk.

"Kenapa anak itu?" Tanya pria yang mungkin namanya itu Wers, yang menunjuk Raib dengan sekujur darah nya.

"Umbra." Kata Kalvin dengan tatapan serius.

"Oh?! Aku tahu Apa yang terjadi. Umbra akhir akhir ini mencari keturunan murni, kamu tahu siapa UMBRA itu?" Tanya Wers pada Ali.

"Pasukan perang Bryan." Jawab Ali.

"Darimana kamu tahu?? Oh aku lupa kalau kamu anak pintar!" Kata Wers dengan menatap Ali berlagak lupa.

"Raib, sepertinya dalam keadaan bahaya. Termasuk kamu!!!" Ucap Wers sambil menunjukku.

"Apa kamu bisa disembuhkan Raib?" Tanya ku pada Wers yang bisa ku ketahui dia seperti dukun di Klan Matahari.

"Tergantung Nona Seli." Katanya dengan mengambil cawan yang terbuat dari tanah liat.

Kemudian dia mulai memegang bahu Raib dengan membacakan suatu mantera, sangat pelan.

Raib yang setengah sadar hanya bisa memandangi Wers dengan tatapan kosong.

Kemudian dia membasuh wajah Raib dengan air dari cawan. Kemudian Raib berteriak.

"What are you doing??? I'm there to help you guys!!!" Bentak Raib yang mulai memberontak.

Dari sini suara Raib sudah berubah, tak seperti Raib yang ku kenal.

Wajah Raib yang dingin juga mulai berekspresi. Tak seperti biasanya.

"Yes Miss, But not this body." Kata Wers dengan lemah lembut.

"Silence!!!" Teriak Raib.

Kemudian Wers menarik sesuatu di bagian kepala Raib.

"Ahhhhh!!!!!" Kemudian Raib memuncratkan darah tepat di wajah Ali.

Sebenarnya aku ingin tertawa melihat wajah Ali yang kesal saat Raib memuncratkan darahnya pada Ali.

Tapi ali bisa menahan emosi nya sebentar.

"Sebaiknya kalian segera pergi. Apa aku boleh ikut dalam perjalanan ini?" Tanya Wers pada Mis Zuliz.

"Tentu." Jawab Mis Zuliz dengan menyuruh kalvin untuk membawa Raib ke kapsul.

Teman perjalanan kami bertambah satu, kini Raib masih pingsan. Itu membuatku tak ada teman berbicara.

"Seli, sungguh beruntung sekali kamu memiliki keturunan ksatria. Kamu sungguh mirip dengan kakek mu." Kata  tuan Wers saat dia duduk di sebelah ku.

Aku hanya tersenyum menerima pujian tersebut. Memang banyak orang yang sering berkata kalau aku lebih mirip kakek ku.

"Kalvin kami sepertinya harus datang ke kantor sekertaris klan Matahari terlebih dahulu. Kabar perang itu sudah sangat dekat." Pinta Tuan Wers pada Kalvin.

Kalvin menunduk dan mulai menyuruh Ali untuk mengendalikan kapsul sesuai tujuan.

"Kalian sudah punya tujuan?" Tanya Tuan Wers Lagi.

"Wers, percayalah pada ku. Aku telah berubah." Ucap Kalvin dengan serius.

Uhuk! Uhuk!

"Sebaiknya kamu ke kamar Raib, sepertinya dia membutuhkan mu." Pinta Tuan Wers yang mendengarkan suara Raib batuk.

Tanpa di suruh dia kali lagi, aku langsung menuju kamar Raib. Aku mendapati Raib yang wajahnya penuh darah.

Bajunya sangat kotor, dan itu sekali lagi membuatku bergidik ngeri. Ko di Raib benar benar fatal.

Bahkan kami baru ingin memulai tapi di antara kami sudah berkucur darah.

"Ra, mending kamu ganti baju dulu deh." Pinta ku pada Raib.

Raib menurut dan berdiri dengan langkah terseok seok. Dia sungguh sangat memprihatinkan.

"Sel, apa yang terjadi pada ku?" Tanya Raib saat selesai dari kamar mandi.

"Kamu tak ingat?" Tanya ku terkejut, aku kira Raib mengetahui semua ini.

"Kamu hampir di culik Umbra." Jawab ku dengan nada serius.

"Umbra? Sepertinya aku pernah tahu soal itu..... bayangan pasukan Klan Matahari?" Tanya Raib setelah berpikir lama.

"Iya, kami dalam masalah besar sekarang Pangeran Bryan dan James membuat umbra sebagai perlawanan pertama." Jelas ku pada Raib.

"Sel, kamu bisa panggilkan Kalvin, kaki ku masih terlalu lemas untuk melangkah." Pinta raib pada ku.

****

Raib Pov

"Sel, kamu bisa keluar sebentar?" Tanya ku pada Seli yang ada di ambang pintu.

Seli menurut dan kemudian ia pergi dari kamar ku tempat aku dan Kalvin berada.

"Vin, umbra itu berbahaya. Kamu bisa mati kalau kami juga harus mengahadapi umbra." Kata ku pada Kalvin.

"Apa yang kamu maksud?"

"Umbra hanya bisa di hancurkan dengan satu sihir. Dan sihir itu benar benar mustahil untuk dapat di lakukan." Ucapku teringat dengan buku yang ku baca di perpustakaan Kalvin.

"Kamu tahu sihir itu?" Tanya Kalvin pada ku.

"Tahu, tapi itu memerlukan ke fokusan dan latihan hampir bertahun tahun."

"Kamu tahu dari mana?" Tanya Kalvin yang sepertinya curiga dengan gelagat ku.

"Buku ini. Dan satu satunya orang yang bisa sihir itu. Wers Waston moldz." Kata ku dengan nada serius.

"Apa ini yang di sebut miracle?" Kata Kalvin dengan wajah sumringah.

"Maksud mu?"

Setelah itu Kalvin menyeret tangan ku menuju ke depan ruang utama.

"Vin! Kaki ku lemas, tenaga ku habis." Kata ku dengan memegang kakiku.

Dengan gercap Kalvin mengeluarkan teknik penyembuhannya.

Aku sekarang ada di ruang utama, aku bisa melihat Aku yang terkejut saat aku ada di ruang utama.

Seli yang sibuk bacain buku, yang sudah kupastikan dia tak akan paham.

Mis Zuliz yang memandang ku dengan tatapan heran.

Dan.....

"Tuan Wers!!!" Ucapku dengan bersemangat.

Lihatlah! Tuan Wers berada di sini, padahal baru kemarin aku melihat fotonya di buku, dan sekarang dia ada disini???

Apakah ini mimpi?

"Oh, putri. Sepertinya anda mengenal saya." Kata Tuan Wers dengan menunduk.

"Tentu saya mengenal anda, anda pemilik kekuatan segalanya. Wers Watson Moldz."

"Ah... Apakah putri sudah membaik?" Tanya mis Zuliz yang ada di belakang tuan Wers.

Aku mengangguk dan beranjak duduk di sebelah tuan Wers, untuk kali ini aku benar benar ingin bicara serius.

Ali sudah mengaktifkan mode pengendali kapsul, ia sepertinya juga ingin bergabung dalam diskusi ini.

Seli juga memperhatikan dengan baik. Kalvin mulai mengambil suatu peta Klan Matahari.

"Apa yang ingin kamu ucapkan putri?" Tanya Tuan Wers dengan tatapan serius.

"Apa anda tahu sihir yang dapat memusnahkan umbra?"

"Tahu, tapi kalian akan menggunakan itu?? Ah.... Tak mungkin itu benar benar mustahil." Jawab tuan Wers dengan mengeluarkan cincin???

Cincin tersebut ada 3 jumlahnya, cincin di sebelah kiri berwarna merah, cincin di di sebelah kanan berwarna kuning, dan cincin di tengah berwarna hitam di pinggirnya dan biru di dalamnya.

Kemudian tuan Wers tersenyum ke arah kami.

"Mungkin bisa saja, kalian pakai ini, mungkin akan memudahkan kalian." Kata Tuan Wers dengan memberikan cincin itu pada kami.

Cincin warna merah di berikan pada Ali, warna kuning di berikan oleh Seli, dan warna hitam biru di berikan pada ku.

Kamu bertiga saling memasang cincin itu pada jari jari kami. Begitu kami memakainya jari jari kami mulai bersinar terang.

Kami mengambang sekitar 40 cm dari lantai kapsul, Seli terkejut seperti biasa.

Aku sangat sangat terpesona dengan cincin yang sekarang aku pakai ini. Indah, dan menawan seperti yang ada di buku perpustakaan.

"Putri, tapi kenapa anda bisa tahu saya?" Tanya Tuan Wers saat kami kembali ke dasar lantai.

"Buku ini, di sini menceritakan soal anda, aku mendapatkannya di gudang perpustakaan klan Bumi." Jawab ku dengan membuka ransel ku yang berisi kan buku tersebut.

Tuan Wers mulai membuka jalan buku tersebut, di sana menceritakan tentang Klan Matahari.

Buku itu sangat tebal, membuat ku sedikit malas untuk membacanya, lagi pula aku tak sepenuhnya percaya dengan buku ini.

"Penulis buku ini, ayahku." Kata Tuan Wers sambil menunjuk nama penulis buku yang tertulis. KOUQTS WATSON DARK.

"Kalau gitu kita bisa langsung tanya tuan Kouqts." Usul Ali yang kembali pada kuis pengemudinya.

Bab berikutnya