webnovel

BAB 27| MATAHARI

Aku dan Seli setuju dengan usul Ali. Tapi kalvin dan tuan Wers menggeleng. Mereka menunjukkan raut sedih.

Mis Zuliz juga ikut menggeleng.

Aku sepertinya tahu apa maksud gelengan itu.

"Tuan kouqts sudah tak ada?" Tanya ku pada tuan Wers yang sedari tadi diam dengan posisi menunduk.

Dia mengangguk kemudian menuju pada komputer milik Ali. Kami mengucapkan permohonan maaf pada tuan Wers.

Kemudian tuan Wers mulai menceritakan alur dari buku itu.

"Jadi buku itu di tulis berdasarkan fakta. Sebenarnya, ayah Bryan dan lainnya sudah menyerang klan Matahari 20 tahun yang lalu, saat umurku 8 tahun. Ayahku juga terlibat dalam hal itu. Hampir 2 tahun lebih ayahnya menyerang klan ini."

"Ayah Bryan?" Tanya ku yang masih bingung.

"Yah tuan Mark." Jawab Tuan Wers.

"Setelah peperangan itu, ayahku berhasil membunuh tuan Mark. Lalu, ayahku mulai menulis buku ini untuk 30 tahun ke depan. Ayahku seorang indigo, jadi dia tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Sayangnya kekuatan ayahku menurun pada ku. Mungkin Bryan akan menyerang habis habisan soal klan ini." Jelas Tuan Wers.

"Di sini juga tertulis nama papa Seli." Kata ku yang teringat dengan bacaan semalam.

****

sekertaris klan Matahari...

Akhirnya kami sampai di gedung terbesar dan termegah klan Matahari. Raib dan Ali sudah memakai ransel mereka masing masing.

Kalvin dan Mis Zuliz sudah siap dengan pertarungan ini. Kondisi Klan Matahari sangat sepi dan suram.

Bahkan jalanan hanya ada satu-dua mobil yang lalu lalang. Mobil di klan Matahari berbentuk limas.

Warna di klan ini sangat mencolok, membuat ku silau saat melihatnya. Aneh memang kenapa klan ku sangat mencolok sekali? Warna nya juga terkesan norak.

"Ayo Sel! Sebentar lagi kamu bertemu dengan papa mu." Kata Ali dengan semangat jiwa.

Kami berenam mulai melangkah menuju ke dalam gedung megah itu. Banyak pengawal yang tunduk pada ku. Mungkin karena Papa ku bekerja di sini.

"Halo kesatria, senang bertemu dengan mu." Sapa seseorang bertubuh tinggi besar dengan jahitan di wajahnya.

"Dia tuan Leon." Kata Tuan Wers sambil menepuk bahu ku.

Setelah itu, tuan Leon mulai mengantarkan kami ke dalam gedung paling tengah. Kemudian naik lift menuju lantai 45 dan lurus sekitar 1 meter. Dan sampai pada ruangan berwarna emas mencolok.

Sangat mencolok.

"Seli, masuk lah dulu. Itu papa mu." Pinta Kalvin dengan membukakan pintu melalui tombol otomatis.

Di ruangan.....

Saat aku baru pertama kali masuk ke dalam kantor papa ku. Papa sedang sibuk dengan laptop nya.

Disebelah meja kerja papa terdapat foto keluarga ku. Di sana ada papa, mama, dan aku di tengahnya.

Ternyata papa masih menyimpan foto tua itu.

"Hah?  Kamu kenapa bisa ke sini?" Tanya papa yang terkejut akan kedatangan ku.

"Pa." Sapaku sambil mengambil duduk di depan meja papa.

"Apa?" Tanya papa sambil memegang tangan ku.

"Yeah, papa ngapain? Papa mau perang?" Tanya ku langsung pada papa.

"Ngomong apa sih kamu ini? Yah enggak lah. Gimana keadaan mama mu?"

"Pa, jangan perang. Umbra itu sangat bahaya, papa bisa mati."

"Stttt, anak papa ngomong apa sih?"

****

Sekarang aku dan lainnya sedang berada di aula gedung megah sekertaris.

Karena tak berhasil membujuk papa, banyak sekali pikiran yang menunjang kami. Yah, peperangan ini bukan peperangan biasa yang bisa di pecahkan dengan jentik kami.

"Leon bawa brankas yang sudah disiapkan." Pinta papa ku pada asisten.

"Brankas apa?" Tanya Ali.

Sekarang pun Ali masih ragu ragu dengan rencananya hari yang tadi. Mulai terasa sangat pekat di sini.

"Ini rencana kami. Kami mulai berperang dari kota Melz, kemudian kami mengirim pasukan lain di kota Rut, aku dan sisanya di kota ini. Ilios." Kata Papa.

"Tuan Jackson, tapi apakah rencana itu bisa membuat kami menang?" Tanya Kalvin pada Papa ku Jackson.

"Ya, aku sudah menyiapkan rencana ini. Kami membawa armada terbaik klan kami." Jawab Papa ku.

"Tapi tuan Jackson. Bryan dan umbra itu benar benar sangat menginginkan pusaka anda demi menambah kekuatannya." Kata Aku yang sejak tadi rencananya tak di terima.

"Pusaka itu sudah ku simpan aman aman, dia nggak bakalan tahu." Jawab Papa dengan mantab.

****

AUTHOR POV

Kali ini mereka berenam beserta pengurus sekertaris dewan klan Matahari mengadakan rapat besar besaran di aula gedung.

Para pengawal, prajurit, pasukan, dan lainnya ikut menyaksikan jalannya rapat ini.

Ali sebagai bahan untuk mencari ide berada di kursi tengah sebelah Tuan Jackson.

Mereka sedang membahas cara untuk menghentikan umbra dan Bryan. Mereka mengeluarkan berbagai taktik.

"Jadi, kami mengelompokan 3 tim. Tim di bagian Ilios, Rut, dan Melz. Di dalam tim tersebut masing masing ada 5 kekuatan yang harus kalian pelajari. Perang ini kemungkinan besar datang 5 hari lagi, jadi kalian bisa berlatih." Jelas Ali dengan menggunakan seperti mic yang bentuknya aneh.

"Tapi Ali, kamu emang nya tahu apa kelemahan Bryan dan Umbra. Mereka bukan lawan yang biasa." Tanya Tuan Leon.

"Aku tak tahu apa kelemahannya, tapi aku tahu sihir yang sangat ampuh untuk para umbra."

"Para umbra seperti bayangan, jadi sangat sulit untuk di taklukan, kecuali dengan sihir nya tuan Wers." Kata Ali.

"Apakah tuan sanggup mengajari mereka? Minimal Ali, Raib, dan Seli." Tawar kalvin.

"Baik aku akan mengajari Raib, Ali, dan Seli saja. Ini bukan sihir biasa!" Tegas tuan Wers.

****

Kami bertiga sudah berada di lapangan belakang di gedung sekertaris Klan Matahari.

Lapangan ini berada di ruang bawah tanah gedung ini. Memang di letakkan di situ karena khusus buat latihan.

Ali dan Raib juga bersemangat dalam latihan ini, mereka sudah menggunakan baju olahraga khas Klan Matahari.

Warnanya kuning lemon dan disertai garis garis petir berwarna marah, oranye di bagian lengan dan kaki.

"Sel, kamu udah beli  minum?" Tanya Raib yang mulai pemanasan.

Aku menganggu dengan memberikan botol emas pada Raib. Sebenarnya aku suka warna yang cerah, tpi kalau semuanya cerah juga nggak enak dilihat.

Dan klan ini berbeda banget dengan klan Bulan yang cenderung semua berwarna gelap.

"Hei! Kalian yakin tak ingin memakai kacamata hitam??!" Teriak Ali sambil menunggu Tuan Wers datang.

"Memangnya kenapa Li?" Tanya ku pada Ali yang membawa 3 kacamata hitam.

"Soalnya takut silau...." Jawab Ali sambil memegang matanya sok silau silau.

Tanpa lama lagi aku meninju perut Ali hingga dia mual.

"Sel, bercanda. Uhuk." Keluh Ali.

Lagian, siapa yang berani sama Seli anak pemilik sabuk hitam yang kini telah menyandang gelar master.

Itupun belum memakai kekuatan penuh ku.

"Hei! Sudah sudah, nanti aja berantem nya." Kata Tuan Wers yang baru tiba di dalam lapangan latihan.

Kami bertiga diam, kecuali Ali. Dia tampak santuy santuy aja, saat Tuan Wers masuk.

Lalu, tuan Wers mulai memberitahu kami soal teknik tekniknya.

"Oke, seperti yang kalian ketahui. Sihir ini disebut, sihir urbe regnoque Tarquinios. "

"Apakah itu semacam sihir yang mudah dilakukan dalam waktu 5 hari?" Tanya Seli dengan menunjukkan jari lima nya.

"Mungkin saja, sihir ini hanya membutuhkan konsentrasi." Jelas Tuan Wers.

Kami bertiga mengangguk dengan kompak.

"Baik tarik nafas....

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Buang....

"Kalian katakan saja mox evanescet, dengan konsentrasi kuat kalian pasti berhasil. Tatap pada satu titik. Umbra."

Setelah itu Tuan Wers membawa seperti peti berwarna oranye mencolok.

Peti itu ia seret tepat di hadapan kami bertiga.

"Apa ini?" Tanya Raib.

"Ini? Umbra." Jawab Tuan Wers sambil membuka 2 kunci dari ketiga kunci.

"Siap?"

Kami mengangguk sembari mulai melakukan konsentrasi.

"Mulailah Ali!"

Ali terkejut sebentar saat umbra palsu sudah muncul dihadapan Ali.

Tapi dia kembali berkonsentrasi dengan mengangkat tangannya. Lalu ia menatapnya dengan tatapan serius di campur ragu ragu Ali.

"Mox evanescet!!!"

Hrrrrggggggggg!!!!!!

"Lebih fokus Ali!" Bentak tuan Wers.

Bab berikutnya