Saat berselancar disalah satu aplikasi, Vera membulatkan mata saat postingan salah satu akun gosip memuat gambar dirinya dan Justin.
"Ya! Apa-apan ini! Siapa yang membuat gosip!" Vera berteriak kesal saat melihat postingan tersebut.
"Gosip apa ? Kok kamu sampai merah begitu ?" Justin mencoba mengintip handphone Vera karena penasaran., Vera langsung menunjukkan kepada Justin dengan wajah yang ditekuk karena kesal.
"Hei1 Hei! Apaan ini!" Justin membulatkan matanya dan mengambil handphone Vera sambil membaca komen-komen.
"Em, Mike ? Apakah ini bukan ulahmu ?" Nada Justin kembali tenang, sambil membaca-baca gosip yang beredar tentang dirinya.
"A-aku ? Hahaha tentu bukan." Mikeg menjawabnya sambil tertawa kikuk, perubahan pada wajah Mike sangat terlihat dimana semburat merah muncul dipipi putih miliknya.
BRAK!
Kali ini Vera memukul meja dan menatap Mike, "Hapus atau.." Vera tersenyum dengan seram sambil meremas tangannya sendiri.
"Yaa!!! Aku kenal yang buat, akan aku hubungi." Mike bergidik seram, "Aku harus ke toilet." Mike segara lari ke arah toilet dengan kencangnya.
"Sudah aku duga." Justin menyandarkan dirinya sambil menatap Vera.
"Kakak kenapa ? Gak kesal ?" Vera memanyunkan bibirnya karena kesal dengan Mike.
Justin hanya tersenyum dan tertawa kecil, "Kesal ? Tentu saja, tapi cobalah untuk memaafkan, rasanya akan lega sekali. Meskipun Mike yang membuatnya, pasti akan dia hapus kalau sudah ditegur. Sudah-sudah jangan marah, gak baik untuk kesehatan." Justin mendekatkan dirinya dan mengelus kepala Vera sambil tersenyum manis.
"Iya Kak, Vera akan maafin kak Mike kok, hanya tadi menggertak agar gak diulanginya lagi." Vera tersenyum malu sambil mengangguk.
20 menit sudah berlalu, dan makanan pesanan mereka sudah datang dan disajikan dimeja tapi Mike belum juga kembali dari toilet.
"Vera, sebentar ya, kakak mau liat kak Mike dulu, dia kok lama sekali." Justin langsung pergi kearah toilet tapi kosong, ia membuka bilik toilet satu-satu dan mendapatkan Mike di bilik tengah. Saat Justin membuka bilik ditengah, Mike langsung meariknya kedalam bilik.
"Hei!" Justin hendak berteriak tapi Mike menutup mulutnya.
"Sut, diam. Tadi aku saat didalam sini mendengar suara seorang wanita tapi aneh, banyangannya dilantai memiliki ekor bercabang." Mike berbicara pelan.
"Sudahlah, paling saja salah lihat, ayo keluar makananmu sudah datang." Justin menarik Mike keluar sebelum ada orang lain yang masuk kedalam kamar mandi.
Saat mereka keluar dan didepan kamar mandi, Mike menarik tangan Justin.
"Aku takut. Sebaiknya kita pulang saja." Wajah Mike tampak begitu ketakutan sekali.
"Tenang, semua akan baik-baik saja percaya deh, kan kita di lindungi yang diatas." Justin senyum dan menarik Mike ke kursi mereka lagi.
Selama menyantap makanannya, Mike hanya diam saja dan membuat Vera merasa bersalah.
"Kak...maafin aku." Vera menarik pelan ujung lengan baju Mike.
"Eh ? Tidak apa-apa aku yang salah kok. Kakak minta maaf juga ya Yeri, Justin aku minta maaf." Mike menundukkan kepalanya.
"Iya, gapapa kak." Kembali lagi Taehyun dan Vera menjawabnya dengan bersamaan dan membuat Mike tertawa.
Justin menuangkan air yang berada dalam botol bening kepunyaannya kedalam minuman Vera dan Mike.
"Apa ini ? Apa yang kau masukkan Justin?" Mike menatapnya dengan tajam.
"Iya, kakak memasukkan apa ?" Vera mengkerutkan keningnya sambil menatap minumannya.
"Tidak apa-apa, itu hanya gula cair karena disini minumannya kurang manis." Justin terpaksa berbohong kepada mereka agar Vera dan Mike tidak curiga yang dimasukkan Justin kedalam minumannya sebenarnya adalah air suci yang ia dapat dari tempat permulaan.
Dua jam berlalu mereka makan dan bercanda dengan riangnya, perasaan Justin pada saat itu juga lega karena tidak terjadi apa-apa dengan kedua orang yang Justin sayangi tersebut, ternyata aroma iblis yang di rasakan Justin tidak mampu untuk berlaku lebih jauh dan menembus perlindungan air suci yang dibuat Justin. Hari ini Justin dan kedua temannya dapat bersenang-senang dengan aman, setelah selesai makan mereka pergi bermain game dan tidak lupa Mike dan Vera berbelanja baju begitu banyak, Justin seketika berubah status dari teman Mike menjadi kuli angkutnya Mike.
"Kak, banyak sekali belanjaanmu. Vera saja yang cewek Cuma beberapa aja." Kini tangan Justin masing-masing memegang 6 kantong belanjaan.
"Sini kak, Vera bantu." Vera hendak mengambil kantong belanjaan ditangan Justin sebagian.
"Tidak, tidak apa-apa kok Vera, kamu duduk saja dulu sambil menunggu Kak Mike selesai." Justin mempersilahkan duduk dan meletakkan barang kepunyaan Mike yang diletakkan di atas kursi menjadi ke lantai.
"Ya! Mike masih lama gak ?" Justin menghela nafasnya dengan berat.
"Iya, iya gak beli lagi. Ayo pulang." Mike meletakkan kembali sebuah kaus berwarna hitam dengan hiasan gambar tengkorak didepannya.
Bukan membantu Justin membawa belanjaannya, Mike malah melenggang jalan terlebih dahulu untuk memesan mobil onlie.
"Hei, ayo cepat langsung dapet mobil nih." Mike menunjukkan layar handphonenya yang terdapat pesan bahwasannya mobil sudah di tepat.
"Sabar dong, belanjaanmu begini banyak juga kak." Justin sesekali berhenti dan membenarkan bawaannya yang begitu banyak.
"Iya, iya aku bantu deh." Mike mengambil satu tas belanja dari tangan Justin dan membawanya.
"Sudah kak, sini Vera bantu. Lagian belanjaan Vera gak banyak kok." Vera langsung mengambil sebagian tas belanjaan yang ada ditangan Justin.
"Terimakasih ya Vera, kamu baik sekali." Justin tersenyum sambil memuju Vera.
"Hoi, pasangan baru ayo cepetan jangan pacaran mulu." Mike berjalan kearah belakang Justin dan Vera lalu mendorong mereka berdua agar jalannya lebih cepat.
Dalam perjalanan pulang, mereka mengantar Vera pulang terlebih dahulu, selanjutnya Justin meminta diturunkan dipersimpangan seperti biasa.
"Terimakasih, kakak hati-hati ya. Aku deluan." Justin keluar sambil menepuk bahu Mike.
"Iya, kau juga Justin. Bye sampai besok." Mike membalasnya dengam melambaikan tangannya.
Justin berjalan perlahan menikmati angin yang berhembus begitu sejuk sore itu. Sesampainya didepan pintu kamarnya ada sesuatu yang beda. Aura yang memancarkan kasih dan kemurnian yang sangat pekat dari dalam kamarnya. Saat Justin membuka pintu kamarnya, matanya langsung tertuju kepada sosok pria yang sangat manis memakai kemeja putih, celana panjang putih serta sepatu putih.
"Kak Billy!" Justin langsung memeluk Billy dengan erat dan tanpa sadar ia menangis.
"Hei, jangan cengeng. Dari dahulu kamu tidak berubah ya." Billy tersenyum sambil mengapus airmata di pipi Justin.
"A-aku tidak cengeng hanya kelilipan." Justin tersenyum dan mempersilahkan Billy duduk di atas kasurnya karena kursi Cuma ada satu.
"Kakak kenapa kemari ? Tidak biasanya kak."
"Kakak merindukan kamu Justin. Dan ada suatu pesan dari Malaikat Agung untukmu, terimalah." Billy berdiri sambil mengeluarkan gulungan perkamen, di ikuti Justin berlutut.
"Saya menerima pesan Malaikat Agung." Posisi Justin berlutut sambil menundukkan kepalanya.
"Kepada Justin Rossler, terimalah tanda khusus dariku yang dapat aku gunakan menyelamatkan umat manusia lebih banyak." Billy mendekati Justin dan menggam tangan kanannya. Muncul sebuah cahaya putih yang menyilaukan.
Setelahnya ditelapak Justin muncul suatu simbol yang begitu rumit untuk di cernah.
"Tanda ini apa kak ?" Justin melihat telapak tangannya.
"Ini pemberian Malaikat Agung untuk kamu karena keberanian kamu melawan iblis dan menyelamatkan manusia, pergunakanlah dengan bijak ya adikku ?" Billy tersenyum sambil kembali berdiri.
"Baik kak, akan aku pergunakan untuk menyelamatkan umat manusia lebih banyak lagi. Terimakasih." Justin memeluk Billy kembali dan Billy membalas pelukan tersebut dan menepuk-nepuk punggung Justin.
"Jaga dirimu ya, kakak pamit pulang. Ada pekerjaan penting. Jangan lupa makan, selalu taati aturan, istiahat yang cukup." Billy tersenyum dan cahay putih mulai menyelimuti tubuhnya.
"Baik kak, sampaikan salamku kepada yang lain dan terimakasihku kepada Malaikat Agung." Justin sedikit berteriak sambil melambaikan tangannya.
"Baiklah. Sampai Jumpa adikku." Cahaya tersebut makin terang dan meghilang membawa tubuh Billy yang juga lenyap dari hadapan Justin.
Hati Justin sangatlah senang karena apa yang didapatnya hari ini merupakan anugrah terbesar dalam hidupnya. Kemudia ia membersihkan dirinya dikamar mandi.