Setelah Justin selesai mandi, dan membaringkan dirinya dikasur sambil memperhatikan telapak tangannya yang sekarang memiliki simbol yang sangat unik dan rumit.
"Ini simbol apa ya ? Menggunakannya bagaimana ? Aku lupa menanyakan sama Kak Billy." Justin masih menatap telapak tangannya dan ngelusnya.
TOK!!!
TOK!!!
TOK!!!
Pintu kamar Justin terdengar diketuk kembali sebanyak tiga kali, "Siapa ?" ia beranjak bangun dari kasurnya tetapi tidak ada terdengar jawaban dari balik pintu tersebut. Tanpa ada rasa curiga Justin membuka pintu kamarnya dan tidak ada orang sama sekali, dengan melihat kenanan dan kekiri tetapi tetap saja Justin tidak melihat seorangpun.
"Siapa sih yang iseng malam-malam begini. Hei siapa yang usil mengetuk pintuku." Ia menguatkan suaranya berharap orang usil tersebut menunjukkan dirinya.
"Wah, wah, malaikat kita yang baik hati muncul." Seorang wanita dengan gaun merah selutut keluar dari sisi gelap balik tembok penyangga. Wanita dengan tampilan yang menyeramkan dengan gigi yang runcing-runcing dan kepalanya memiliki dua buah tanduk, kuku-kuku tangannya yang begitu tajam dan panjang.
"S-siapa kau ?" Justin berjalan mundur kebelakang hendak mau kembali masuk ke dalam kamarnya.
"Mau kemana sayang ? hahaha" Iblis wanita itu tertawa dengan seram dengan menunjukkan gigi-giginya yang sangat tajam, dengan cepat ia menggerakkan tangannya sesamping dan pintu kamar Justin tertutup dan terkunci. Kini badan Justin berdempet dengan pintu kamarnya sambil menatap seram kearah wanita tersebut.
"Haahhh, kau kenapa tampan ? Tergoda denganku ?" Kini Iblis tersebut mengelus pipi Justin yang sedikit pucat, selain menatap Iblis seram tersebut dari dekat, Justin juga tersiksa karena nafasnya yang begitu bau.
"Kau, pergi!" Dengan kekuatan penuh Justin mendorong tubuh Iblis tersebut sampai menabrak dinding.
Justin melihat Iblis wanita tersebut terkulia lemas karena dinding tersebut roboh dan menimpa sebagian tubuh si Iblis.
"Tolong jangan bunuh aku, tolong." Dengan nada memelas dan keadaan seperti sedang sekarat Iblis tersebut membuat dirinya seperti sedang sekarat,
Justin mendenkati Iblis itu dan berdiri sedikit lebih dekat dan berkata, "Aku tidak akan membunuhmu dengan syarat kembali ke Neraka dan beritahukan kepada para Iblis jangan pernah mengganggu manusia." Justin membalikkan badannya hendak kembali.
Tanpa disangka Iblis tersebut tertawa dengan kuat dan bangkit, ia menarik Justin dan melebarkan sayapnya lalu membawa Justin pergi dan terbang tinggi keluar dari tempatnya.
"Kau kira aku akan sekarat begitu saja ? Hahahaha dasar malaikat bodoh, ups atau aku harus memanggilmu manusia bodoh?" Kembali Iblis tersebut tertawa jahat dan terbang makin tinggi.
"Lepaskan aku Iblis laknat! Lepaskan aku!" Justin memukul dengan kuat kaki dari iblis tersebut yang telah berubah seperti kaki burung elang.
"Hahaha, kau minta di lepas ? Baiklah sayang, sampai jumpa di neraka!" Ia terbang terus lebih tinggi dan membalik terbang dengan cepat kearah bawah lalu melempar Justin kembali ke darat sambil terus tertawa senang.
Justin berteriak ketika tubuhnya kembali kedarat dengan sangat kencang dan
BRUK!!!
TIN! TIN! TIN!
Tubuh Justin mendarat diatap sebuah mobil hingga atapnya penyet dan rata, semakin hebatnya tubrukan badan Justin membuat alaram mobil-mobil disekitarnya bunyi dengan kencang dan membuat penduduk keluar dari apartemen dan rumah mereka.
"Ada apa ini ? Kenapa semua bunyi?" Tanya seorang wanita muda dengan panik dan mematikan alaram mobilnya.
"HEI! ADA YANG JATUH DI ATAP MOBIL PAK DAMAR! TELEPON AMBULANCE!" Teriak seorang pria paruh baya sambil memeriksa tubuh Justin.
Kini tubuh tersebut tak sadarkan diri dan diambang kematian, tidak berapa lama ambulance sampai dan mengevakuasi Justin dan segera membawanya kerumah sakit dengan iringan suara sirine yang membuat orang merinding.
Dua belas jam berlalu tetapi Justin belum keluar dari ruang operasi, para dokter mengatakan Justin mendapat mujizat dikarenakan kondisinya yang sangat parah masih dapat bertahan, tulang rusuknya retak, dan ada bagian atap mobil yang menancap mengenai satu bagian dekat jantungnya, dapat di bilang jika selamat dalam operasi Justin tidak akan bisa sadar kembali dan hanya dapat hidup dengan bantuan alat-alat medis.
Pihak dokter berusaha dengan sekuat tenaga untuk menyelamatkan nyawa Justin, setelah pihak rumah sakit berkoordinasi dengan pihak kepolisian pada akhirnya didapatkan nomor kontak dari handphone Justin dengan nama kontak "Mommy" dan "Kak Mike", setelah berapa kali di hubungi nomor kontak dengan nama "Mommy" tidak terjawab.
"Pak, nomor kontak keluarga dari pasien tidak dapat dihubungi. Saya akan menghubungi kakak dari pasien" Perawat tersebut kembali menekan nomor telepon Mike, tidak berapa lama telepon tersebut diangkat.
Ners: "Halo, Selamat Malam, apa benar ini dengan pihak keluarga Justin Rossler ?"
Mike: "Iya benar, ini dengan siapa ya ?"
Ners: " Ini dari Rumah Sakit Permata, apakah Pak Mike dapat ke Rumah Sakit sekarang ? Keluarga anda yang bernama Justin Rossler mengalami kecelakaan dan masih dalam penanganan."
Mike: "APA ? BAIK-BAIK TERIMAKASIH SAYA AKAN KESANA." Terdengar suara telepon diputuskan.
PoV Mike
Aku tersentak saat handphoneku berdering, padahal aku hampir saja memasuki alam mimpi yang indah. Aku terkejut saat pihak rumah sakit menelepon dan menjelaskan kondisi Justin, aku tidak kepikiran untuk mengganti pakaianku dan aku segera membangunkan Papa dan Mamaku. Mereka sama terkejutnya dengan diriku. Kami langsung pergi kerumah sakit, ya kami tidak berganti pakian hanya pakai piyama yang dilapisin jaket saja. Dalam perjalanan Papaku memaju lacu mobil dengan kencang.
Sesaat sampai di Rumah Sakit, aku dan Mama langsung berlari kedalam dan bertanya dengan perawat dan kami sangat terkejut mendengar Mike masih berada diruang operasi dari 4 jam yang lalu. Aku menangis sejadi-jadinya dipelukan mama, aku merasa sangat bersalah karena kemarin pagi aku memarahinya dan membuat gosip pacaran Justin dan Vera. Aku melangkahkan diriku dengan lemas menuju ruang operasi, aku makin menangis saat melihat lampu ruang operasi masih aktif. "Justin, maafin aku, please aku mohon bertahan." Mike terisak sambil mengusap pintu ruang operasi yang tertutup rapat. Badanku semakin lemas dan terduduk di pojok luar pintu operasi, diotakku tiba-tiba terlintas masa-masa aku dengan Justin yang kami alami bersama, dia telah menganggap diriku seperti kakak kandungnya. Tidak terasa aku tertidur karena tenagaku terkuras saat menangis.
Aku dibangunkan oleh Mama dan papaku.
"Ada apa ma ?" Aku mengucek-ngucek mataku dan menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam mataku.
"Lampu operasi sudah mati." Papaku membantu aku berdiri. Aku, mama dan papa berdiri di depan pintu ruang operasi. Tidak berapa lama pintu operasi terbuka dan satu dokter keluar dari ruang operasi.
"Dok, bagaimana keadaan adik saya ? Jawab dok!" Aku kembali menangis sambil memegang tangan dokter tersesebut.
"Pasien, mengalami kondisi yang sangat memperihatinkan, kita harus banyak berdoa dan berharap mijizat akan segera datang. Saya permisi." Aku melihat dokter tersebut melangkah pergi, tangisanku makin menajadi.
------------------------
Hanya keluarga Mike yang berada di rumah sakit saat ini, keluarga angkat Justin belum juga dapat dihubungi karena ketebatasan sinyal didaerahnya. Pada akhirnya, berdasarkan data seadanya yang mereka miliki, ayah Mike mengambil inisiatif untuk pergi menjemput langsung orang tua angkat Justin.
Sedangkan dirumah sakit, saat ini Justin telah dipindahkan ke ruang ICU, keadaannya begitu sangat parah, seluruh tubuhnya hampir terdapat balutan perban putih, begitu juga dengan kepalanya. Banyak selang dan alat medis yang terpasang di tubuhnya, hanya garis bergelombang dilayar monitor lah yang hanya dapat memastikan Justin masih hidup.