webnovel

Dibelakang Punggung Mereka...

Samael dan Har bermain dengan senang hati selama hampir lima jam. Baik itu pergi ke Mall untuk cuci mata, atau bahkan pergi ke tempat-tempat seperti lapangan balap dan lapangan basket.

Setelah merasa sudah waktunya pulang saat waktu menunjukkan pukul tujuh malam, Samael dengan kasar meninggalkan Har dengan wajah kusam di luar mobil.

Nah, Har punya banyak uang, mobil, dan sopir. Hanya satu klik di nomer ponsel dan dia akan dijemput, tidak ada masalah meninggalkannya disana~

Sekarang, Samael sudah kembali ke rumahnya yang bisa dibilang sedang namun dengan halaman yang luas.

Membuka pintu, dia tersenyum saat berteriak: "Sayang~ Aku pulang!~"

Dak, Dak, Dak...

Suara langkah kaki terdengar, dan kemudian terlihat Atira yang menyambutnya sambil tersenyum, lalu terjun ke pelukannya dengan lembut.

"Ottoo.....Jangan berlari seperti itu, hati-hati dengan kandunganmu." Samael memarahi Atira yang ada di pelukannya.

Atira merasa manis saat menjawab, "Hehe, tidak bolehkah aku bertindak manja? Aku mencoba meniru Lia~"

"Ohhh, kau sudah akan menjadi Mama...Lupakanlah, dimana Lia?"

Atira melepas pelukannya dan berjalan sambil menarik Samael tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Dia membawa Samael ke ruang tamu yang ternyata sudah penuh dengan orang-orang... lebih tepat dibilang sudah penuh dengan wanita.

Lucy, Kalika, Alisha, Chelsea, Agnes dan juga Neringa. Enam wanita cantik itu terlihat sangat bersemangat ketika berbicara dengan Lia yang menjadi pusat perhatian.

Terutama perutnya yang membengkak itu....

"....Kenapa kalian semua kesini? Apakah kalian tidak sibuk?"

Akhirnya Samael buka suara, dan karena ini dia akhirnya diperhatikan oleh wanita-wanita ini.

Lucy dengan dengusan kesal berkata, "Lihat siapa yang berbicara. Hampir setiap kali kau ke perusahaan, kau hanya akan terlihat seperti memancing. Linglung sepanjang hari atau bahkan tidak niat bekerja!"

"Ah? Apa urusanku?"

"Jelas ada urusan, bajingan! Kau adalah General Managerku, ingat ini!" Lucy melempar bantal sofa kepadanya.

Samael menangkap ini dan tidak puas, "Ayolah, aku ingin resign sejak lama, tapi kau menolakku."

"Itu benar, jika Samael pergi, bukankah itu sama dengan aku mendapatkan pekerja gratis yang mumpuni nantinya? Lucy, kau licik."

Jawaban dari Kalika membuat sudut mulut Lucy berkedut, dan dia menatap Kalika dengan giginya yang digertakkan.

Kalika tidak mau kalah, tapi dia hanya mengangkat kepalanya tinggi-tinggi. Karena dari segi operasional perusahaan, bahkan Perusahaan Lucy tidak mampu memegang sepatu perusahaan Kalika.

Samael kemudian melangkah dan menempar kepala keduanya dengan bantal saat akhirnya duduk di salah satu sofa yang tersisa.

Keduanya menekan kepala mereka dengan tangan dan menatap Samael dengan keras.

"Jawab dulu pertanyaanku, kenapa kalian kesini?"

"Itu karena aku yang memanggil mereka, tidak masalah kan, sayang?"

Mendengar bahwa Laelia yang mengundang mereka, Samael membuka mulutnya lalu akhirnya angkat tangan.

Atira tertawa melihat ini, "Yah, jangan begitu suami. Mereka juga kesini untuk kandungan kami juga. Lihat, mereka membawa beberapa barang~"

"Kami tidak kekurangan uang, Atira...."

"Tapi tetap saja ini masih sangat mengejutkan, kau ternyata mengambil Atira sebagai istri keduamu...bahkan mendapatkan surat nikah secara resmi." Chelsea mengatakan ini secara tiba-tiba.

Alisha juga mendengus, "Itu benar kan, aku sudah mengatakan bahwa dia pasti ada main tangan dengan wanita lain, dan benar saja. Bahkan Atira sudah hamil empat bulan."

"Jangan mengatakan aku seperti itu, jika tidak hati-hati, kau mungkin saja akan cuti hamil pada perusahaan jika suasana hatiku buruk."

Alisha langsung memeluk tubuhnya dan dia semakin menatap Samael dengan jijik. Kemudian dia melirik Kalika diam-diam, dan dia hanya bisa melihat wajah tersenyum darinya seperti biasa.

Tapi dia juga masih ingat hari itu, ketika dia mengetahui kabar bahwa Atira menjadi Istri Samael dan bahkan hamil anaknya.....

Itu adalah tangisan yang menyayat hati, bahkan karena ini, kondisi perusahaan agak oleng. Untungnya Wanda membantu, tapi butuh seminggu bagi Kalika untuk keluar dari keterpurukan itu.

.... Meskipun dia masih tidak bisa berkata-kata, kenapa Kalika masih sama.... Kenapa dia masih mencintai Samael bahkan setelah mengetahui apa yang dia lakukan ?!

Alisha benar-benar tidak bisa berkata-kata pada waktu itu, terutama saat Kalika mengatakan: "Jika ada satu yang lolos, maka ada kemungkinan ada yang lain! Itu pasti aku, pasti !!!"

Dia benar-benar tidak tahu kenapa dia bisa mengatakan itu. Bahkan Alisha merasa kalau Kalika agak aneh belakangan ini...

Misalnya, dia jarang pulang ke rumah selama dua sampai tiga hari. Atau bahkan dia akan sering tersenyum diam-diam sewaktu-waktu yang membuatnya agak merinding.

Di sisi Lucy sendiri, dia menatap Atira dengan diam dan rasa iri dalam yang sangat kuat mencuat dari dalam hatinya.

Siapa bilang dia tidak iri?

Apakah dia menyukai Samael? Jika itu adalah keadaan dimana dia merasa puas hanya dengan dekat dengannya, maka jawabannya pasti YA!

Dia adalah pria yang selalu ada di sisinya saat mengalami hal buruk. Bohong jika dia tidak menyukainya...

Tapi tidak seperti Kalika, dia tidak memiliki keberanian untuk mengakuinya, itu saja.

Adapun Chelsea dan Nirenga. Keduanya hanya ikut untuk numpang makan, masakan Atira sangat enak dan itu gratis!

Sedangkan Agnes...

"Hyaa–"

"Oy! Apakah kau melecehkan Agnes lagi!" Lucy tiba-tiba berdiri dengan kedua tangan di pinggangnya saat melotot pada Samael.

Samael sendiri, dia hanya dengan ringan menatap Agnes disampingnya: "Kenapa kau berteriak aneh..."

"T-Tidak, Tidak kok...Hanya saja, tadi, itu menyenggol....Sikumu menyenggol payudaraku."

"Apa, hanya itu saja. Bukan berarti aku memainkannya dengan kedua tanganku, meskipun aku ingin." kata Samael sambil membandingkan telapak tangannya dengan besar bola milik Agnes.

"Uuuuu...." Agnes langsung memerah mendengarnya dan dia menundukkan kepalanya di dadanya yang besar disana.

Samael memiliki kebiasaan menggoda Agnes yang seperti ini. Karena rasanya unik untuk menggertak gadis yang biasanya terlihat berwajah poker di Dunia sana~

Pada akhirnya semuanya mulai menikmati makan, minum, dan mengobrol satu sama lain disana.

Ketika Samael pergi ke dapur untuk mengambil Bir, ternyata Kalika mengikutinya dan bahkan memeluknya dari belakang pada saat tidak ada siapapun disana.

Samael yang merasakan kelembutan ini bertanya, "Kau benar-benar tidak takut pada air panas yang mendidih bukan, Kalika."

"Kenapa kau mengatakannya seperti itu, bukankah hubungan kita juga tidak biasa, sayang?"

".... Membicarakan masalah ini, aku benar-benar tidak bisa berkata-kata. Sejak kapan kita mulai secara resmi berhubungan?"

"Um, sejak aku memutuskan untuk menjadi simpananmu di Dunia ini?"

Samael berbalik dan memeluk Kalika, kemudian mencium bibirnya sebelum akhirnya dia melepaskan pelukan keduanya.

Dia mengetuk dahi Kalika dan berkata, "Aku akan bertanggung jawab, atas kandungan di perutmu."

"Tapi masalahmu agak susah pada saat ini, dan identitasmu sangat sensisitif. Aku butuh status di Dunia ini, maukah...kau menungguku?"

Kalika mengangguk dan tersenyum bahagia, "Selama kau tidak meninggalkan kami, aku akan selalu menunggumu Samael."

Bab berikutnya