webnovel

Cekik Saja Aku

Editor: Wave Literature

Ye Fei keluar dari lift dan berlari ke pintu kamar, lalu berulang kali mengkonfirmasi bahwa itu adalah benar kamar nomor 1888. Ia menelan air liurnya dan mencoba membuat suaranya terdengar lembut dan menyenangkan.

"Tuan Su… Apakah kamu di sana? ...Tuan Su, apakah kamu di sana? Tuan Su...!"

Setelah Ye Fei mengetuk-ngetuk pintu selama sepuluh menit, akhirnya pintu kamar itu terbuka. Sebelum ia bereaksi, seluruh tubuhnya langsung ditarik ke dalam kamar dan didorong ke dinding. Napas Su Mohan yang ringan dan samar berhembus ke wajah Ye Fei. Ia pun mendongak pada pria di depannya dan tersenyum menawan. "Tuan Su, aku mengetuk pintunya sejak tadi. Tanganku terasa sakit…"

Nada bicara Ye Fei yang merajuk justru membuat Su Mohan berkata dengan kejam, "Jika kamu memotong tanganmu, tidak akan sakit lagi."

Mendengarkan nada bicara Su Mohan yang santai semakin membuat Ye Fei merasa tegang dan jantungnya berdetak kencang, membuatnya merasa seolah-olah ia akan mati di saat itu juga. "Tuan Su…"

"Lebih baik kamu memberikan penjelasan yang memuaskan."

Jari-jari Su Mohan yang panjang dan bersih menggenggam erat leher Ye Fei. Suaranya yang dalam dan kemarahan di matanya membuatnya terlihat seperti gunung berapi. Ye Fei merasa tangan Su Mohan sangat dingin sekaligus sangat panas sehingga bisa membakar dirinya menjadi abu. Mau tidak mau, ia cepat-cepat menjelaskan, "Tuan Su, aku hanya ingin membicarakan tentang kesepakatan dengannya…"

"Kesepakatan? Apakah kamu ingin menjual tubuhmu? Hm?" tanya Su Mohan. Nada bicaranya terdengar dingin dengan dibalut amarah yang sulit untuk dijelaskan.

Wanita ini sangat berani! Aku jelas sudah memperingatkannya bahwa aku tidak suka melihat milikku disentuh oleh orang lain, dan dia malah berani bermain-main dengannya. Dia sebenarnya menganggapku sebagai apa? Mainan? Tidak ada seorang pun yang berani untuk tidak menaruh perhatian padaku! pikir Su Mohan dengan geram.

Ye Fei menjadi ketakutan saat melihat mata dingin Su Mohan yang tak kenal belas kasihan itu. Namun, kemarahan pria itu membuat Ye Fei memiliki kepercayaan diri. Setidaknya Su Mohan marah dan Ye Fei tidak peduli apa alasannya karena yang jelas itu menjadi bukti bahwa kurang lebih ia masih memiliki tempat di hati Su Mohan.

"Bicara!"

Raungan Su Mohan membuat Ye Fei gemetar sejenak. Ye Fei tiba-tiba merasa sangat sedih saat menatap mata Su Mohan yang terbakar dengan api amarah. Ye Fei dulu adalah seorang miliarder, tapi hartanya tiba-tiba diambil dan ia dijebloskan ke penjara selama enam tahun. Ia bahkan tidak lulus dari perguruan tinggi sehingga setelah keluar dari penjara, ia tidak memiliki kualifikasi akademis dan malah memiliki catatan kriminal. Setelah melihat keadaan Ye Fei sekarang, tidak akan ada yang menginginkannya. Padahal, ia adalah pihak yang tertindas dan dirugikan juga.

Mata Ye Fei mulai berkaca-kaca, ia mulai merasa sesak, dan amarah mulai membuncah di dadanya. Ia berusaha membuka jari-jari Su Mohan sedikit dari pergelangan tangannya dan berkata dengan keras, "Su Mohan, cekik saja aku! Jika kamu menindas wanitamu, itu berarti kamu hanya bermain-main juga denganku!"

Wanitaku? Kata-kata Ye Fei membuat Su Mohan sedikit terkejut. Apakah Ye Fei mengira bahwa Su Mohan menganggapnya sebagai wanitanya sendiri? Bukankah Su Mohan selalu memperlakukannya sebagai mainan yang kejam. Namun, mengapa Su Mohan harus begitu marah jika Ye Fei hanya mainan?

Su Mohan mencoba mengingat para wanita di sekitarnya dan kemudian mendapati bahwa ia tidak dapat mengingat siapa mereka, belum lagi yang membuatnya marah. Padahal, begitu seseorang memprovokasi Su Mohan, ia akan langsung memberi orang itu pelajaran di tempat. Namun, hari ini ia tidak hanya marah di depan umum. Ia bahkan tidak bisa melepaskan tangan Ye Fei saat melihat air mata wanita itu.

Apa yang membuatnya berbeda?! pikir Su Mohan. Wajahnya sedikit tenggelam karena memikirkan hal yang tidak dapat dijelaskan ini. Ia melihat mata Ye Fei yang berkaca-kaca dan akhirnya menarik tangan wanita itu. Ia membalik punggungnya dari Ye Fei dan berjalan ke arah jendela. Sementara itu, Ye Fei tampak sedikit gelisah.

Su Mohan bertanya sarkastik, "Menindas? Apakah kamu merasa tertindas? Aku lihat tadi kamu sangat menikmatinya!"

Bab berikutnya