webnovel

Tersentuh dengan Sendirinya

Editor: Wave Literature

Ye Fei memegang dadanya sambil terbatuk-batuk. Akhirnya, ia bernapas dengan lega. Setelah napasnya menjadi lebih tenang dan stabil, ia mengikuti Su Mohan dengan langkah kecil. Kemudian, ia memeluk pria itu dari belakang dengan erat sambil berkata, "Aku hanya memanfaatkannya saja. Kamu bukan hanya tidak membantu, tapi juga menyalahkanku. Selain itu, pria itu jelek dan tua. Bagaimana bisa aku menikmatinya?"

Suasana hati Su Mohan sedikit membaik saat mendengar keluhan Ye Fei, tapi ia hanya mendengus dingin. Ye Fei pun kembali berkata dengan lembut, "Pria itu tidak tampan ataupun kaya. Dia juga tidak memiliki kekuasaan sepertimu. Bahkan, jika aku murahan, aku masih mengerti prinsip mencari keuntungan dan menghindari kerugian. Bagaimana bisa aku begitu bodoh untuk merayu pria seperti itu? Tuan Su terlalu menghinaku."

Su Mohan menyahut dengan dingin, "Jadi, jika suatu hari nanti aku tidak punya harta atau kekuasaan, kamu tidak akan menatapku?"

Ye Fei mendengar suara Su Mohan yang muram dan buru-buru menjawab dengan lembut, "Bagaimana bisa Tuan Su mengatakan ini kepadaku? Perasaanku tulus. Aku jamin bahwa tidak peduli meskipun Tuan sedang senang atau kesusahan, sehat atau sakit, miskin atau kaya, aku akan selalu bersama dengan Tuan Su. Selama Tuan Su menginginkanku, aku akan selalu ada untuk Tuan. Jika Tuan Su tidak menginginkanku, aku akan selalu mengikuti Tuan Su sepanjang waktu sampai Tuan Su tidak bisa melepasku."

Mata Ye Fei mulai ditutupi lapisan air mata hingga membuatnya tampak berkaca-kaca. Ia bertanya 10.000 kali pada dirinya sendiri, Sudah sangat menyentuh atau tidak?! Aku tergerak sendiri untuk menangis...

Su Mohan tahu jelas bahwa kata-kata yang keluar dari bibir mungil Ye Fei itu tidak benar, tapi suasana hatinya tiba-tiba membaik tanpa bisa dijelaskan. Sudut bibirnya terangkat hingga sedikit melengkung, bahkan tanpa disadarinya. Ye Fei bisa melihat itu. Meskipun Su Mohan tidak membuka mulutnya, suasana menjadi lebih tenang. Ye Fei pun menghela napas lega dan jari-jarinya meraih Su Mohan dengan lembut. Tuan ini benar-benar memiliki watak yang sangat menarik! ujar Ye Fei dalam hati.

Su Mohan melihat gestur kecil Ye Fei, lalu menatap ke bawah pada sepasang tangan kecil yang melingkar di pinggangnya. Ingatan tentang tangan pria tadi yang seperti tangan babi memegang tangan Ye Fei terulang di pikiran Su Mohan. Ia merasa sepertinya ia bisa menghapus jejak yang ditinggalkan pria itu dengan menutup tangan mungil Ye Fei dengan tangannya yang besar bersama iblis.

Tangan Su Mohan sangat dingin hingga membuat Ye Fei sempat menggigil dan sempat bergerak untuk menghindarinya. "Pergi!"

Su Mohan sadar Ye Fei menghindarinya dan amarahnya kembali bangkit tanpa alasan. Ia pun menggenggam tangan Ye Fei, lalu mendorongnya ke samping. Ye Fei jadi ingin memberikan dua tamparan untuk dirinya sendiri. Bagaimanapun, Su Mohan terlalu mengerikan dan respons alam bawah sadar Ye Fei tidak punya cukup waktu untuk menembus otaknya sama sekali.

Su Mohan berbalik dan memunggungi diri Ye Fei, tapi Ye Fei langsung mendekatinya dari depan dan mengalungkan tangannya di leher Su Mohan sambil berkata, "Aku tidak akan pergi."

Su Mohan mengerutkan kening saat mencium aroma yang tiba-tiba masuk ke hidungnya. Lalu, ia meninggalkan Ye Fei, "Pergi."

Ye Fei tidak sekuat Su Mohan dan lengannya yang ramping menjadi biru karena cengkeraman pria itu. Seluruh tubuhnya kembali terdorong dengan mudah. Namun, ia tidak ikut marah. Ia berdiri, lalu kembali memeluk leher Su Mohan. Ia harus terus berjinjit karena perbedaan tinggi badan mereka dan ketika ia berjalan, keringat mulai muncul di ujung hidungnya.

Su Mohan akhirnya berhenti berjalan dan berdiam, lalu memandangi wajah centil Ye Fei yang begitu dekat darinya. Mata indah Ye Fei yang berkaca-kaca seolah bisa meneteskan air. "Lepaskan tanganmu," perintah Su Mohan.

yali Ye Fei sedikit menciut saat mendengar suara Su Mohan yang dingin. Namun, ia semakin mengeratkan kedua tangannya yang melingkar di leher Su Mohan dan langsung bersandar di bahunya. "Tidak mau," tolak Ye Fei.

Bab berikutnya