webnovel

Enyahlah dari Kamarku

Editor: Wave Literature

Kepulan asap segera menyebar dan pandangan di depan Mo Yesi kian lama kian menjadi lebih jelas. Kini, ia bisa melihat seorang wanita yang duduk di kamar mandi. Wanita itu memiliki wajah yang cantik dengan penampilan yang memukau. Alisnya indah, kontur wajahnya begitu halus, ditambah lagi warna merah bibirnya yang seterang buah ceri. Ia memiliki sepasang mata yang berkilauan seterang bintang, seolah-olah matanya menyimpan bintang-bintang kecil yang tak terhitung jumlahnya. Mata wanita itu sangat indah.

Mo Yesi yang melihat wanita cantik itu merasa sedikit kagum. Apakah ini adalah wanita cantik yang dikirimkan Yan Shaoqing kepadaku? pikirnya. Wanita itu benar-benar cantik, tapi sayangnya Mo Yesi tidak peduli seberapa cantik wanita itu. Ia tidak tertarik.

Mo Yesi berdiri di samping wanita itu sejenak, lalu mengaitkan senyuman di sudut bibirnya dan berkata dengan dingin pada wanita itu, "Kau bisa keluar sendiri. Aku beri kau waktu satu menit. Enyahlah dari kamarku."

Mendengar perkataan Mo Yesi, wanita itu perlahan mengangkat kepalanya. Ia mengerutkan keningnya dan menatap Mo Yesi, lalu mengulurkan tangannya. Ketika Mo Yesi tidak menanggapinya, ia mengulurkan tangannya dan memegang celana Mo Yesi. Tubuh Mo Yesi menjadi kaku dan tegang. Mo Yesi pikir ia akan muntah, gatal, atau alergi. Tetapi, setelah menunggu beberapa saat, reaksi penolakan itu tidak terjadi.

Mo Yesi mengidap misogini (kebencian atau tidak suka terhadap wanita atau anak perempuan). Selain kerabat wanitanya, tidak ada wanita lain yang bisa mendekatinya. Tetapi, tiba-tiba ia mendapati bahwa tidak ada penolakan dari tubuhnya saat ia dekat dengan wanita itu. Tubuhnya tidak memunculkan reaksi apapun.

Mo Yesi menunduk dan terdiam menatap wanita itu. Ia bisa melihat bahwa mata wanita itu menunjukan ekspresi terkejut dan tak terduga. Ia belum mengerti mengapa ini semua bisa terjadi, tetapi wanita itu telah bangkit dari lantai dan melingkarkan lengan ke lehernya. Wanita itu menatap Mo Yesi dengan heran, lalu berjinjit dan mencium bibirnya yang sedikit dingin.

Wanita itu mengangkat wajah mungilnya yang lembut. Matanya yang basah menatap Mo Yesi saat ia berkata, "Tolong aku."

Bab berikutnya