Kyuhyun masih mengamati foto itu. Jujur saja, ia tidak tahu bagaimana perasaannya saat ini. Sedih? Bahagia? Atau kasihan? Semua bercampur menjadi satu dan membuatnya tak tahu bagaimana harus merespon. Kyuhyun hanya mengamati foto itu dengan pikiran kalut.
"satu hal lagi, lusa aku akan berangkat ke Milan" Chaewon berujar kembali.
Sontak raut wajah Kyuhyun berubah mengeras "Tidak. Kau tidak akan pergi" titahnya, suaranya sangat berat dan menekan.
"aku tidak meminta persetujuanmu. Aku hanya memberitahu" balas Chaewon tenang namun terasa tajam.
"ketika aku bilang kau tidak akan pergi, maka kau tidak akan pergi" tekan Kyuhyun sambil menahan amarahnya entah mengapa.
Chaewon hanya menatap wajah Kyuhyun dari samping, rahangnya mengeras dan terkatup, rona wajahnya juga sudah memerah.
"aku ke sana untuk pekerjaan" ujarnya melembut.
Kyuhyun bangkit dari duduknya menatap Chaewon "Tidak!! Kau tidak akan pergi!! Aku akan menyuruh orang lain menggantikanmu"
Chaewon tak mengerti apa yang membuat amarah Kyuhyun memuncak "baiklah" ucapnya mengiyakan permintaan Kyuhyun.
"tapi beri aku satu alasan kuat, mengapa kau sangat menentang kepergianku?" pintanya.
"aku tidak akan memberimu alasan. Kau hanya harus mematuhi perintahku" kecamnya.
Chaewon ikut bangkit menyamai pandangan Kyuhyun "Pa Presdir, tidak, Tuan Cho Kyuhyun. Anda memang bosku di kantor, tapi di luar itu status kita sama. Jadi, tidak ada perintah di antara kita saat berada di luar kantor, yang ada hanyalah pengertian" terangnya kalem.
"aku hanya ingin mengerti mengapa kau bersikeras menentangku untuk tidak pergi ke Milan, hanya itu"
Kyuhyun tidak terima dengan pembantahan Chaewon, ia beranjak ke dapur dan mengambil sekaleng beer yang tersedia di kulkas dan menenggaknya. Chaewon ikut pergi ke dapur, ia menyanggah tubuhnya di konter dapur sambil melipat tangannya di dada, memperhatikan Kyuhyun yang nampaknya masih sengit.
Kyuhyun meremas kaleng birnya yang kosong lalu melemparnya ke tong sampah dengan asal. Chaewon masih menatapnya tak melontarkan sepatah kata pun, hanya menatapnya. 'sekiranya apa yang membuatnya sampai seperti ini?' pikir Chaewon.
Kyuhyun menarik nafas panjang dan berkata "aku trauma".
'Well, aku baru mengetahuinya' pikir Chaewon lagi.
"aku takut sesuatu terjadi padamu saat kau pergi ke Milan nanti" lanjut Kyuhyun, suaranya mulai serak bahkan ia berbicara tanpa melihat Chaewon. Hanya memandangi ruang kosong di depannya.
Chaewon bukanlah tipe orang yang ingin mengetahui segalanya "pasti berat bagimu" respon Chaewon, yang ia ketahui bahwa apapun yang terjadi pada Kyuhyun pasti sangat berdampak pada dirinya hingga ia semarah tadi.
"aku tidak akan pergi" sambung Chaewon berusaha membuat Kyuhyun merasa lebih tenang.
Hal itu berhasil membuat Kyuhyun menoleh ke arahnya "aku akan meminta editor lain menggantikanku" ujarnya meyakinkan, lagi pula Dr. Lydia juga menentang kepergiannya.
"Well, sudah malam. Aku akan bersiap untuk tidur, apakah anda sudah ingin pergi?" tanyanya.
"tidak, aku akan tidur di sini" jawab Kyuhyun yang masih terkesiap.
"baiklah, selamat malam" Chaewon pergi meninggalkan dapur.
"tidakkah kau ingin mengetahui alasan di balik traumaku?" suara baritone Kyuhyun mengisi seluruh ruang, membuat Chaewon berhenti.
"itu adalah masalah pribadimu, aku tidak akan menanyakannya. Tapi, bila kau ingin bercerita aku akan mendengarkan" Chaewon melanjutkan langkahnya menuju kamar tidur.
Kyuhyun menyandarkan dirinya pada grand piano yang terletak dekat jendela ruang tengah. Ia terus berfikir kenapa ia bisa semarah tadi? Ia merasa tidak profesional dan tak berdaya. Ia bahkan hampir membuka ingatan kelamnya pada wanita itu. Ingatan yang tidak ingin ia ungkit kembali.
Ia mengingat perkataan Aaron kala itu, "kau harus berhati-hati pada perubahan mood orang hamil, mereka terkadang sangat sensitif. Ada kemungkinan bila teoriku benar kau mengidam, maka ada kemungkinan kau akan mengalami moodswing juga. Kau akan menjadi orang yang sensitif" apakah ini juga karena faktor kehamilan Chaewon?
Tiba-tiba saja Kyuhyun merasa mual, ia pun berlari menuju dapur dan mengeluarkan seluru isi perutnya. Akhhh! Dia merasa sangat tersiksa, setelah ini ia akan meminta balasan dari Chaewon. Tanpa disadarinya, Kyuhyun tersenyum terhadap pikirannya itu.