webnovel

Malam Jumat di Kantor

Realistis
Sedang berlangsung · 476.8K Dilihat
  • 11 Bab
    Konten
  • peringkat
  • N/A
    DUKUNG
Ringkasan

Seri Fiksi Super Pendek: Sigit dan Olive adalah sepasang rekan kerja di kantor. Tapi siapa yang tahu hubungan mereka ketika di luar jam kerja. Cerita: Nyasuverse Gambar: Maggot666

Chapter 1Macet.

"Hmm...."

Dengung senyap mesin menderu sampai tenggelam dalam keramaian sekeluarnya dari parkir basement. Kopling, dan ganti transmisi ke gigi dua saat di tengah jalan raya. Kalau saja hari ini tidak lebih parah dari kemarin, mendingan aku jalan kaku.

"Duh, panas banget," kilahnya. Sama-sama mengerti, aku dan dia pun refleks menaikkan kaca pintu.

"Eh, abis masuk tol terus ke mana sih?" duh, penyakit lupa ini mesti dibasmi. Nah, dia tertawa lagi.

Wanita yang duduk di sebelahku ini langsung mengambil ponsel dari saku jaketnya, "Nih, biar nggak lupa" katanya sambil... duh! ponselku yang sedang modus aktif ditukar dengan miliknya yang sudah masuk aplikasi peta.

"Eh! Ngapain di ambil!?"

"Hehehe. Siapa tahu ada yang gimana, gitu."

Sebisa mungkin aku tak ingin memandang wanita berambut pendek bob itu. Lebih-lebih ketika ia mengambil ponselku. "Hayo, pasti banyak bokep ya? Gawat banget nih, nggak pakai kunci segala," godanya.

Masalah utamanya bukan wajahnya yang merah kalau-kalau ada film porno benaran. "E-eh, galeri kamu isinya apaan nih?" ingin sekali rasanya aku melompat keluar dari mobil dan mati di tempat.

Foto-foto iseng, kalau aku ditanya. Ada foto dekat saat ia ngelindur di meja kerja, ada juga foto diam-diam di tengah ramainya isi elevator, dirinya yang sedang menyerahkan dokumen kepada si N dari bagian pemasaran, dirinya ketika tergopoh-gopoh kembali ke lobi karena ponselnya ketinggalan, dan fotonya yang lain dan seterusnya dan seterusnya. "E-em, iya. Itu foto kamu,"argh, tolol sekali jawabanku.

"Kalau itu juga aku tahu, kali," Ia memicingkan mata, dan berselonjor mendekatiku, "masalahnya, kok bisa banyak begini? Emangnya kamu penguntit, apa?" gadis itu mendengus. Ya Tuhan, terlalu dekat.

Bahkan meski habis semalam suntuk lembur sampai-sampai kami numpang tidur di kantor, wajahnya yang minim make up pun sedap di mata. Rambut pendek bobnya yang disisir belah samping pun menegaskan aura dewasa yang ia pancarkan. Sensualitas bibirnya yang berbalut lipstik merah bening menawarkan godaan untuk langsung melahap manisnya rasa apel yang melekat di aromanya.

Punggung tangan kiriku yang menggenggam tongkat persneling tertimpa sensasi halus itu untuk kesekian kalinya. Meski berlapis jaket, kamisol krem, dan bra renda cokelat tanpa strap, aku masih merasakan kekenyalan dadanya yang menempel menyelimuti punggung tanganku. "Ih, padahal juga tiap hari aku mampir ke tempatmu. Nggak perlu yang beginian," omelnya. Mataku tetap mengarah ke jalan, meski berkali-kali kudengar 'eh, denger nggak?' darinya. Ugh malunya tidak tanggung-tanggung.

Jalan semakin menyempit, dan saat sampai ke tol yang mengarah langsung ke lingkungan apartemennya akhirnya berbagai macam mobil dan segala bunyi klakson indahnya akan terlihat beberapa meter lagi. "Ah, kacrut," kutukku, " macet, nih. Kayanya bakal sampai jam tujuh ini, nggak apa-apa tuh?"

"Santai aja lagi," mimik wajahnya yang cemberut tiba-tiba berubah setelah tertawa sejenak, "lagipula... sini bentar."

Aku akhirnya menoleh ke rekan kerjaku yang menawan ini. Ah, rupanya jaket cardigan itu sudah terbuka, memperlihatkan kulit halusnya yang berpadu mesra dengan kamisol krem terangnya. Dadanya yang kencang tertekan sabuk pengaman hanya memperkuat aksen tubuhnya yang senada dengan kehendaknya saat ini.

"...sambil nunggu macet, enaknya ngapain? Kaca mobil juga warnanya hitam."

Hanya aku yang mendengar ajakan itu langsung dari bibirnya sendiri, bukan orang lain. Kalau tidak, bagaimana aku bisa tahu warna bra yang ia kenakan?

Anda Mungkin Juga Menyukai

SARI FADILLAH 2

Jika nanti aku belum bisa membahagiakan kamu yang pasti dalam pikiranku harus mengakhiri hubungan kita, walau sudah berjalan cukup lama menjalani suatu hubungan selama 3 tahun. Aku sudah berusaha mengikuti keinginanmu tapi kamu enggak bisa mengikuti keinginanku untuk akhiri hubungan cinta terlarang. Bukannya sudah janji akan selalu setia bersama dalam keadaan suka maupun duka, apapun yang kau alami sekarang belum tentu orang lain bisa menerima dengan lapang dada. Terkadang aku pernah merasakan hal yang dapat merugikan banyak orang, tapi berhubung aku memahami kondisinya langsung menyuruh untuk tidak melakukan yang tak senonoh. Padahal dalam hatiku bisa saja berselingkuh sama perempuan lain. Tapi aku enggak berani untuk menyakiti hatinya seorang perempuan yang kucintai sejak dari SMA sampai sekarang, malah ada niat untuk melamarmu pada saat kita sudah lulus Kuliah. Itu pun kalau kamu enggak selingkuh sama cowok lain. Kejadian tersebut merupakan paling menyebalkan menjalani hubungan pacaran selama 3 tahun, tanpa sadar kau telah menyakiti hatiku. Apa salahku selama menjalin hubungan? Apa kau enggak bisa menjamin bahwa aku tidak bisa setia? Pertanyaan ini masih tersimpan dalam benakku. Perjalanan telah kita lalui bersama sebelum aku pindah ke Bandung. Sempat mikir untuk putus karena kamu itu kurang percaya untuk menjalin hubungan jarak jauh, heh... ternyata dugaanku benar tanpa ada rekayasa yang di buat-buat. Pusing sekali memikirkan kamu di sini apakah baik-baik saja? Ada kejadian yang membuat aku menguras otak yaitu siapa sih sosok cowok selama berada di samping Sari? Penasaran juga setelah whatsapp sama Firdaus ternyata cowok selingkuh adik kelasnya. Hah... Sari suka sama adik kelasnya? Setahu aku kamu enggak mau menjalin hubungan adi kelas. Kenapa sekarang berubah pikiran? Hingga akhirnya aku tak peduli lagi sama Sari. Sudah aku putuskan akan menerima cinta dari perempuan lain, ingin tahu reaksinya seperti apa? Setelah mengetahui bahwa aku telah memiliki kekasih baru, pasti kamu akan cemburu. Namun, entah dari mana dapat informasinya. Apakah dari teman-temanku? Atau dari sahabatku Firdaus maupun Sidiq? Kita tunggu saja ke depannya seperti apa? Menurutku ide ini cukup menarik sih lagian Lusiana juga suka sama aku. Otomatis sudah waktunya merencanakan sesuatu yang lebih kreatif. Berhubung sekarang aku sedang berada di Jatinangor. Rasanya enggak tega juga menyakiti hati Lusiana setelah menerima cintanya, walaupun aku masih pacaran sama Sari. Untuk itu merahasiakan terlebih dahulu bahwa aku sama sekali belum punya pacar. Tapi aku juga harus memikirkan kembali mengenai kondisi kesehatan, kan semakin hari kondisi kesehatanku makin menurun. entah apa yang membuat penyakit dalam tubuhku enggak bisa di sembuhkan? Padahal sudah berusaha kesana kemari untuk menghilangkan penyakitku. Berharap sih Sari Fadillah masih seperti dulu menerima aku apa adanya.

MuhammadLutfiH · Realistis
Peringkat tidak cukup
390 Chs