Ghazama adalah seorang remaja yang baik dan cerdas. Saat ini ia duduk dibangku SMA ia memiliki banyak teman masa kecil yang bersekolah digedung tang sama. Salah satu temannya adalah Labib dan juga seorang yang baik dan cerdas. Namun disekolah itu juga ia dipertemukan oleh cinta pertamanya, kata dia. Lalu, ia mencoba dekat pada wanita itu. Ghazama memiliki hal yang sangat ingin ia temukan semacam ingatan yang pernah ada kini menghilang. Dia pernah mengalami jatuh dan terbentur kepalanya, itu membuatnya kehilangan sedikit ingatannya, tidak ada yang sadar akan hal itu sampai sekarang. Bagaimanakah ia akan menemukan hal yang dicari cari selama ini? Dan bagaimanakah kisah cintanya berlanjut disana?
Melepas semua kain yang melekat disetiap bagian tubuhnya. Terbangun dari tidur malamnya, Ghazama bergegas pergi membersihkan tubuh dan bersiap untuk berangkat sekolah. Ditengah keramaian kota jakarta ia berjalan kaki menuju sekolahnya. Kedua matanya yang biru tampak memandangi seorang gadis "Apakah aku bisa mendekatinya? Lihat! Gadis itu terlihat cantik serta memiliki tubuh yang modis. Rambutnya yang dikuncir kuda membuatnya terlihat lebih manis. Memang bukan pertama kali ini aku memandanginya, gadis itu adalah siswa yang satu sekolah denganku dan ia berada dikelas sebelahku 2-3. Sebuah keajaiban jika aku bisa mengenalnya lebih dekat" batin Ghazama itu, tersenyum tipis lalu melanjutkan perjalanannya kesekolah. Sebagai pelajar ia termasuk siswa yang rajin dan tekun bahkan sekalipun ia belum pernah absen serta dia sering mendapat peringkat kelas.
Dia sering bergumam kalau sedang mencari sesuatu yang sangat penting baginya. Saat ia mencoba mencarinya belum pernah sekalipun ia mendapatkan hasil yang jelas. Tetapi ia tidak mudah menyerah begitu saja. Dan kehidupan yang dijalaninya saat disekolah berbeda, ia adalah pemuda yang tampan, rajin serta pandai dan cerdas. Namun, ia hanya memiliki sedikit teman disekolahnya. Sebab ia jarang sekali bergaul dengan teman sekolahnya. Lalu, ia dinilai sebagai orang yang antisosial dan berkepribadian dingin kepada teman teman sekolahnya. Sangat bertolak belakang dengan sifat aslinya, "Bukannya aku tidak ingin menyangkal prasangka mereka kepadaku, karena itu hanya akan membuatku menyia nyiakan waktu saja. Aku hanya harus membuktikannya dengan caraku! Lihatlah aku dan berkata, 'aku salah menilainya' aku akan membuat kalian mengakuinya!" batinnya. Pelajaran Bahasa Indonesia jam pertama kelas sudah dimulai ia bergegas kembali ketempat duduknya disebelah teman sebangkunya, sahabat sekaligus saingannya. Begitu pelajaran dimulai ia selalu memperhatikan setiap apa yang disampaikan gurunya didepan kelas, sehingga ia sering mendapat peringkat atas dikelas maupun disekolahnya. Bel berbunyi lagi tanda jam istirahat makan siang telah tiba, lalu ia bergegas membeli minuman kekantin.
Lalu ia tersebut merasa kehidupan SMA-nya baru dimulai saat ia bertemu dengan gadis itu lagi. Ia percaya bahwa ini adalah takdir dari yang maha kuasa. Itu bukanlah pertama kali ia bertemu dengannya, akan tetapi ia menganggap pertemuan kali ini berbeda dengan sebelumnya. Dan tanpa disadarinya ia terus memandangi wajah gadis yang cantik itu "Ada apa?" tanya gadis itu mendekatinya, "Ah... Iya, begini.. Sebenarnya aku sering melihatmu beberapa kali, ehm.. tidak tidak bukan karena aku sering membuntutimu. Kau berada dikelas 2-3 kan? Bolehkah aku mengenalmu lebih dari itu?" ajak nya itu sedikit gugup. Ini adalah kesempatan baginya untuk menunjukan dirinya yang sebenarnya kepada orang – orang yang bilang "Ghazama, itu lho orangnya tidak ingin bergaul dan sering bersikap dingin dengan yang lain" seperti itu. Ghazama ingin membuktikan kepada mereka bahwa ia bisa melakukan apa saja jika ia menginginkannya. Kali ini Ghazama serius dengan apa yang telah ia pikirkan, ia mencoba mendekati seorang gadis yang sering ia perhatikan. Sungguh beruntung dia jika bisa berteman dengan gadis secantik itu, "Maaf! Bukannya aku tidak ingin berbicara denganmu tapi datanglah kebukit belakang sekolah" jawab gadis itu tersipu malu. Ghazama mengiyakanya saja. Obrolan mereka berakhir, setelah itu mereka kembali kekelas mereka masing masing. Kegiatan belajar mengajar kembali dimulai.
Bel berdering tanda berakhirnya kegiatan belajar mengajar disekolah, Ghazama bergegas pergi menemui gadis tersebut. Ghazama melihat gadis itu sedang menunggunya saat ia telah sampai ditempat yang mereka janjikan "Apakah kau ingin merasakan cinta atau kau sedang mengejarnya? Apa kau yakin ingin seperti itu? Ataukah kau, hanya ingin aku ---" gadis itu berbicara sangat fasih namun, "Apa yang kau maksud?" Ghazama menyela karena tak mengerti, gadis tersebut memalingkan wajahnya "Ahha!, Maaf! Maaf! Sebenarnya aku, ah tidak ada apa apa! Perkenalkan namaku Kanna, Senang bertemu denganmu!" Kanna menatap lalu memejamkan mata kirinya sambil tersenyum manis. Ghazama memaksakan senyumannya dan terlihat heran, "Ehh! Namaku Ghazama, senang mengenalmu" Kanna terlihat ingin menanyakan sesuatu "Kanna apakah kau ingin menanyakan sesuatu padaku?" tanyanya lagi, "Ghazama! Jika tidak keberatan, apakah besok kau ingin menemaniku makan siang diatap sekolah saat jam istirahat?" ucapnya sedikit malu membuat pipinya memerah. Dengan senang ia menerimanya "Hmm... Yasudah besok aku akan menemanimu, sedangkan aku juga sering memakan bekal makan siang sendiri" Kanna senang "Sampai jumpa besok, Ghazama!" ucapnya, "Ya!". Ini jadi cinta pandangan pertamanya. Ia merasa bahwa mereka pernah menjalin hubungan yang telah lama dibuat, Ghazama memutuskan untuk mencoba menjadikan Kanna sebagai pacarnya. Ghazama menantikan hari esok yang akan merubah jalan kehidupannya dan ia mungkin akan menemukan apa yang selama ini dicarinya. Semangat yang membara dalam hatinya yang membuatnya ingin berteriak "Yeah!!! Akan kulakukan sebaik – baiknya!" sebagai awal perealisasian isi hatinya. Ghazama kembali mengerjakan aktivitas biasanya, menyelesaikan pr, menonton tv, mandi lalu beristirahat.
Hingga pagi tiba, alarm dari jam telah berbunyi. Cahaya mentari yang masuk kedalam melalui ventilasi jendela membuatnya terbangun dari tidurnya. Tubuhnya menggeliat seperti cacing yang keluar dari dalam tanah yang subur. Menuju kamar mandi dan merapihkan tempat tidurnya serta, bersiap untuk bersekolah. Dengan janji yang telah dibuatnya ia menjadi lebih semangat dari yang biasanya. "Ah... Selamat pagi dunia!" Dengan apa yang telah diyakininya ia merasa bisa merubah dan melakukan apapun! Namun ia menyadari kalau saat ini belum ada yang berubah dalam kehidupannya, ia masihlah siswa anti sosial dihadapan teman – teman sekolahnya. Hal itu memang mengesalkan untuknya. Selain itu Jabari, dia adalah teman terdekat yang ia miliki. Ia berada dikelas yang sama dengannya 2-4, mereka sudah berteman sejak kelas 2 SMP. Sama seperti Ghazama, Jabari juga siswa yang pandai mereka selalu bersaing untuk mendapatkan peringkat tertinggi dan mereka selalu mendapat peringkat 1 atau 2, saling mengejar dan bergantian setiap tahunnya. Mereka adalah sahabat yang solid dan akur saat bersama walaupun kadang terlihat sering berdebat atau mengejek. Mereka saling memperdulikan satu sama lain, namun Jabari heran dengan seorang temannya hari ini "Zam, apakah terjadi sesuatu kemarin? Jarang sekali kau terlihat sangat bersemangat" menepuk pundak Ghazama yang sedang membaca, "Tidak, aku belum melakukan apa apa kemarin yang membuatku berbeda hari ini" tanpa menatapnya melanjutkan membaca, "Tidak, Ghazama aku memang mengatakan kalau kau itu sedikit lebih bersemangat, tapi aku akan memperingatkan kau jangan terus bersikap dingin seperti ini kau tidak akan mempunya seorang pacar jika begitu terus" Jabari sedikit memprovokasinya. Ghazama ingin membalasnya "Bukankah kau sendiri juga tidak punya pacar?" bangga dengan apa yang diucapkannya barusan. Mereka selalu melakukan perdebatan yang tidak perlu diawal pembicaraan mereka, lalu ia putuskan untuk menceritakan hal yang terjadi kemarin, "Ah!!! Sial! Kau sudah mendapat seorang incaran, kalau begitu aku ucapkan selamat! Aku mendukungmu, ingat! Aku tidak akan kalah darimu" reaksinya setelah mendengar cerita itu. Ghazama tidak mengerti perkataannya "Apa maksudmu? Maaf! Aku tidak terlalu mengerti dengan apa yang kau ucapkan barusan" tanpa menjawab pertanyaannya. Jabari mengalihkan pembicaraan, "Sial! Aku memiliki teman yang sangat menarik! Kau selalu saja seperti itu tapi kali ini aku tidak akan memberitahumu apapun, lakukanlah sendiri aku hanya akan mendukungmu" bahkan ini dijadikan sebagai persaingan untuk mereka.
Saat jam istirahat makan siang tiba Ghazama pergi menuju atap sekolah membawa bekal yang buatan ibunya, Kanna sedikit melantur "Apa kau mencariku? Aku akan tetap berada disini, disisimu dan tidak akan meninggalkanmu" membuatnya sedikit heran, "Apa maksudmu Kanna?" namun ia pikir, perlahan ia akan mengerti sikap Kanna, "Ahha! Tidak, tidak... Ghazama, Kemarilah! Temanilah aku" sedikit mengelak, muncul pertanyaan baru dibenaknya "Kanna, aku ingin menanyakan satu hal!" tatapnya begitu serius kepada Kanna, "Ya! Silahkan, bertanya semaumu!" ucapnya, "Apakah kau selalu memakan bekalmu sendirian disini?" pertanyaan sederhana yang normal dalam pertemanan pada umumnya, "iya sih," jawabnya, "Apakah... Ah! Tidak... Kalau begitu persilahkan diriku menemanimu setiap harinya?" ucapnya membuat Kanna tersipu malu, "Hm... Tidak apa sih, jika kau tidak keberatan bersamaku..." ia memutuskan untuk selalu makan bersama ditempat itu, "Baiklah! Kalau begitu sudah kita putuskan! Haha!" obrolan mereka seperti berakhir, mereka lanjutkan menghabiskan bekal yang mereka bawa. Namun Ghazama sangat bersemangat sehingga, ia tak sengaja menyenggol makanan milik Kanna dan membuatnya terjatuh, sehingga tak layak dimakan, "Ah! Maaf, Kanna aku tidak sengaja melakukannya... Kalau tidak keberatan kau boleh memakan setengah bekal miliku" iapun merasa bersalah pada Kanna, "Eh!!! Tidak apa – apa Ghazama, sungguh kau tidak perlu meminta maaf, tapi jika kau ingin memberinya padaku maka aku tidak bisa menolaknya" Kanna merasa senang jika Ghazama membagi makanannya.
"Kamu sangat cantik, aku menyukaimu! Akulah laki – laki yang sangat beruntung!!!" batinnya, "Tentu saja!" mengulurkan bekalnya, "Selamat makan! ... ... ... ini enak sama seperti dulu!" ucapnya membuat Ghazama semakin penasaran dengan Kanna, "Apa maksudmu Kanna, sama seperti dulu?" ucapnya terkejut. Seperti ada rahasia yang belum diberitahunya, Kanna mengelak pertanyaan tersebut "Eh!!! Yah, sejak kecil aku memang sering memakan yang rasanya hampir sama dengan milikmu, dan aku menyukainya" Ghazama tidak ingin mempersulit hubungannya dia tidak bertanya lagi "Oh, jadi seperti itu, tadi aku sempat terkejut dan hampir mengingat sesuatu yang sangat penting, hm..."
"Ghazama, sudah dulu ya! Sudah saatnya kembali kekelas, sampai jumpa!" tersenyum sambil melambaikan tangannya. Mereka kembali kekelas mereka masing masing, "Oh iya, aku lupa sesuatu! Aku akan memastikannya sepulang sekolah, aku akan menunggunya" batin Ghazama.
Nada yang dikeluarkan lonceng sekolah sudah mulai terdengar tanda usainya kegiatan sekolah. "Baik, aku akan segera menunggunya!" ucapnya bergegas kearah gerbang sekolah. Puluhan wajah yang ia pandang melewatinya hingga "Kanna! Ada yang ingin aku bicarakan denganmu sebentar" menemukan Kanna lalu menggenggam tangannya membawanya keluar dari keramaian tempat itu.
"Ada apa Ghazama tiba tiba begini?" wajahnya memerah sambil melihat tangannya yang sedang dipegang membuat jantungnya berdegup kencang. Ghazama menyadarinya sehingga melepas tangannya "Minggu apakah kau punya luang waktu?" tanyanya "Aku luang, memangnya kenapa?" "Begini, sebenarnya aku ingin mengajakmu pada hari itu"
"Pergi menemaniku mencarikan hadiah untuk adik perempuanku, aku ingin meminta banyak pendapatmu boleh kan" tambahnya, "Oh jadi selama ini kau mempunyai adik perempuan, aku memang tidak terlalu bagus dalam hal ini. Tapi kau bisa mengandalkanku" menyempatkan membuat senyuman. "Yeah!!! Terima kasih, kau sungguh sangat membantuku!" teriaknya dan langsung meninggalkan Kanna begitu saja.
"Ghazama kau mau kemana? Pergi begitu saja" wajahnya sedikit gusar, lalu tersenyum dan berkata "Mungkin ini adalah kesempatanku untuk mendekatinya lagi" sambil mengepal tangan dan menaruhnya didada.
Sedangkan dua orang sedang merasa canggung berada halaman belakang sekolah "bar, sebenarnya selama ini aku menyukaimu. Jadilah pacarku!" ucap gadis itu "Lia, aku senang dengan apa yang kau rasakan. Maaf, aku sedang tidak ingin punya pacar" membuat gadis itu meneteskan air matanya dan langsung pulang, Jabari tak bisa mencegahnya.
Rupanya Jabari tidak sungguh sungguh dalam persaingannya dengan sahabatnya. Padahal Lia teman semasa kecilnya melakukan pengakuan cinta kepadanya, yang bisa membuatnya menang dalam persaingan tersebut. Dalam pandangan Jabari, gadis itu sangatlah cantik, manis, dan selalu tampak ceria. Setelah pengakuan tersebut ia perlahan menyadari akan ketertarikannya kepada gadis itu "Mengapa aku baru mengetahuinya setelah melihatnya menangis dihadapanku. Sakit rasanya melihat ia menangis, namun sudah terlambat bagiku. Dia sudah membenciku!" batinnya. Jabari kembali dengan rasa kecewa pada dirinya sendiri, ia tampak kacau setelah hal itu terjadi. Jabari berpikir untuk menceritakan masalah ini kepada Ghazama namun, ia tidak tahu kapan akan menceritakannya. Dulu Jabari juga sudah pernah menceritakan sedikit tentang Lia kepadanya, jadi dia memutuskan untuk tidak memberitahukan kejadian hari ini sekarang. Sekolah sudah benar – benar kosong semua murid sudah pulang kerumah mereka masing – masing.
Lia mengadu kepada temannya melalui telepon "Halo, ada apa tiba tiba meneleponku?" Lia menahan tangisnya "Kanna, orang yang kucintai menolak perasaanku selama ini. Aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan setelah semua ini. Aku tidak ingin ia membenciku setelah mengetahuinya. Sudah sulit bagiku untuk memandang wajahnya. Kalau bisa aku ingin kami kembali seperti dulu lagi namun aku ingin dia menjadi kekasihku" tak dapat membendungnya iapun mulai menangis lagi.
"Lia aku mengerti yang sedang kau alami, walaupun sedikit tidak mengerti yang kau rasakan. Tapi aku akan terus memberimu dukungan. Jadi kau tidak boleh menyerah, tidak kau tidak terlambat jika tidak menyerah sekarang, malah kau akan menyesal jika berhenti sekarang. Tetaplah dengan perasaanmu" ucapnya begitu "Baiklah, Kanna. Terima kasih, aku tidak akan berpikir untuk menyerah lagi. Sampai jumpa lagi disekolah"
Kanna berpikir "Oh iya, omong omong siapa yang disukainya ya?" karena besok adalah hari jum'at, Kanna segera menyelesaikan tugas tugas sekolah yang diberikan dan langsung istirahat.
Lia memeluk erat boneka untuk menenangkan dirinya, boneka itu adalah pemberian ibunya "Lia jika kamu takut, sedih, kau hanya boleh memeluk ibu, ayah, orang yang kaucintai, juga tentu saja! Boneka ini" ucapan ibunya untuk memotivasinya sambil mengulurkan boneka tersebut. Setelah mengingatnya ia pun tersenyum dapat tidur dengan nyenyak.