webnovel

Sepotong Roti

Bel istirahat telah berbunyi, anneth keluar dari kelasnya dengan membawa kotak makan miliknya ke depan kelas. Wajahnya terlihat lesu karena ketika dia masuk ke sekolah dan kelas barunya dia tidak menemukan kai, seseorang yang di cari.

"Dia pasti berbohong ketika dia bilang sekolah " ucap anneth pelan dengan helaan nafasnya, dia membuka tutup kotak makannya dan memandangi roti yang sengaja dia potong dua tadi pagi.

Nafsu makannya seketika menghilang karena sesuatu yang dia rencanakan tidak berjalan dengan baik.

"Aku buang saja! " dia menoleh ke arah sampingnya, sebuah drum bekas minyak tanah yang sengaja dijadikan sebuah tempat sampah dengan warna cat kuning dan biru. Dia mengangkat kotak makannya yang telah terbuka ke atas tempat sampah tersebut.

"Hei, kamu tidak boleh membuang makanan! " suara seseorang dari belakang anneth.

Dia menangkap dengan jelas suara itu, suara yang sedikit serak khas milik kai. Walaupun dia baru pertama bertemu dengan kai kemarin, tapi anneth begitu ingat jelas suara sahabatnya itu.

Lengkungan bibir membentuk senyuman terlihat jelas diwajah anneth, dia berbalik dan melihat sosok yang bicara padanya. Sosok kai berdiri di belakangnya, lengkap dengan seragam serta dasi yang dikenakannya.

"Kai! " pekik anneth kesenangan, dia lalu menarik tangan kai untuk duduk disampingnya.

"Aku mencarimu sejak pagi tadi, baru saja aku bilang kamu berbohong ketika kamu bilang masih bersekolah! "

Dia senang bukan kepalang menemukan kai, "aku minta maaf karena telah menganggapmu berbohong tadi! "

"Tapi bagaimana kamu tahu aku disini? " tanyanya.

Kedua alis kai naik mendengar perkataan-perkataan anneth yang sudah seperti sebuah kereta api, jika sudah lewat tidak ada satupun yang bisa menghentikannya.

"Itu mudah saja, kamu murid baru dan seragammu masih sangat putih " jawab kai dengan wajah datar.

Anneth melihat ke arah seragam miliknya yang memang masih sangat putih cemerlang, dan berganti ke arah seragam milik kai yang telah berubah warna seperti kekuningan. Hanya sebuah gambar tut wuri handayani yang tersimpan di depan saku seragamnya yang menandakan kemeja yang dipakai oleh kai itu adalah seragam sekolah.

Anneth tidak mempedulikannya, dia hanya sedang merasa senang karena telah bertemu dengan kai.

"Dan kamu juga suka membuang makanan! " sambung kai yang membuat anneth harus memajukan bibirnya karena merasa tersindir oleh ucapan kai.

"Aku sengaja membuat bekal ini untuk kita makan bersama " jelasnya, "tapi karena aku belum menemukanmu tadi aku jadi malas makan "

"Apa yang kamu buat? " tanya kai.

Anneth dengan cepat mengambil potongan roti yang memang sengaja menjadi bagian sahabatnya itu.

"Ini " dia menyodorkannya pada kai, "roti dengan mentega dan meises "

Kai mengernyit, "makanan apa itu? "

"Ini makanan manusia! " cetus anneth menyimpan dengan paksa di tangan kai, "kalau sapi atau kerbau tidak akan suka makanan ini! "

"Tapi,,, aku pernah memberikannya pada monyet dia memakannya " sambung anneth.

"Jadi ini makanan monyet? " lagi-lagi kai bertanya, tetapi kali ini dia memasukkan satu gigitan roti ke mulutnya.

"Kan monyetnya itu kamu! " anneth cekikikan, "karena rotinya dimakan juga,,, "

Kai mengerutkan dahinya, "iya tidak apa aku dibilang monyet, daripada kamu membuang makanannya! "

Anneth menganggukan kepalanya senang ketika kai menghabiskan roti yang dia berikan padanya.

"Ini juga untukmu saja " dia memberikan roti miliknya untuk kai.

"Lalu kamu makan apa? "

"Aku sudah kenyang " jawab anneth, "katanya kalau pacar yang baik itu harus memberikan semua makanan miliknya "

"Kamu itu sok tua! " cetus kai, "sekolah masih kelas dua saja sudah bicara pacar, kecentilan karena cantik! "

"Jadi menurut kai aku cantik? " kesenangan anneth semakin bertambah ketika kai menyebutnya cantik.

"Kamu kan perempuan pasti cantik! " kai masih dengan wajah polosnya, "masa ganteng "

Anneth tersenyum lebar, dia tidak peduli dengan jawaban kai. Yang dia tahu bahwa kai mengatakan padanya bahwa dia cantik.

"Kenapa kita tidak satu kelas? " tanya anneth.

"Karena kelasku disana " jawab kai menunjuk ke arah sebrang kelas anneth.

"Aku sudah kelas tiga, jadi tidak mungkin kita sekelas " sambung kai.

Anneth terdiam beberapa detik, "padahal aku bilang pada ayah kalau aku masuk kelas tiga saja! "

"Dasar anak orang kaya! " cetus kai, "mana bisa seperti itu, kamu harus mulai dari bawah tidak bisa seenaknya meloncat kelas! "

"Nanti jika kamu kesulitan mengerjakan pekerjaan rumah, kamu boleh bertanya padaku "

Kedua mata anneth berbinar, "aku boleh kerumah kai untuk menyakan soal yang sulit? "

"Tidak " jawab kai dengan cepat, "kita bertemu di pohon di lapangan tempat bermain, di pos kamling! "

"Kenapa disitu? " anneth merubah wajah senangnya.

"Kami semua mengerjakan tugas sekolah disana " jawab kai, "pos itu tidak terpakai ketika siang hari "

"Aku selalu kesana setiap pulang sekolah sebelum ke warung bu santi, karena di kelasku yang memiliki buku pelajaran hanya satu orang saja " sambung kai.

"Aku ikut " anneth bicara dengan penuh semangat, "kamu mau membeli apa ke warung bu santi? "

"Membantunya mencuci piring-piring kotor " ucap kai. Dia segera beranjak dari duduknya ketika mendengar bel istirahat yang telah berakhir berbunyi dan melangkahkan kakinya.

"Kai " teriak anneth, membuatnya membalikkan badannya dan menoleh ke arah anneth.

"Kita pulang sama-sama " ajak anneth.

"Baiklah "

Ucapan terakhir sebelum dia akhirnya melanjutkan langkahnya dan masuk ke dalam kelasnya. Dengan senyuman lebarnya anneth memasuki kelasnya kembali, dia seperti mendapat sebuah suntikan semangat setelah bertemu dengan seseorang yang dia tunggu-tunggu.

"Kamu mau ikut mengerjakan tugas? " tanya rara teman sebangku anneth.

Dia mengagetkan anneth yang sedari tadi berdiri di depan kelas setelah jam pelajaran berakhir.

"Aku mau tunggu kai " ucap anneth.

"Kai? " rara memasang wajah aneh, tapi biar begitu wajah cantiknya tetap terlihat.

Anneth tidak menghiraukan pertanyaan sahabatnya itu, karena kedua matanya masih terus fokus pada sekumpulan murid yang baru saja berhamburan dari dalam kelas tiga.

"Kai! " teriak anneth ketika sosok yang ditunggunya telah dia temukan.

Rara tertawa begitu kencang ketika melihat orang yang anneth tunggu.

"Kenapa tertawa? " tanya anneth terheran.

"Itu raka anneth " jawabnya, "bukan kai "

Kedua alis anneth terangkat, "tapi aku suka memanggilnya kai! "

Rara yang sifatnya lebih dewasa dari anneth menggelengkan kepalanya.

Dari kejauhan kai melihat ke arah anneth yang sedang berdiri menunggunya bersama seseorang, kai memicingkan matanya melihat sosok yang berada di samping anneth. Lalu raut wajahnya berubah tetapi tanpa senyuman, dia segera menghampiri anneth.

"Kamu sudah janji akan membantuku mengerjakan tugas sekolah " ucap anneth ketika kai sudah berdiri disampingnya.

"Iya " jawab kai, dia lalu menoleh ke arah rara.

"Kamu juga bisa ikut, ra " ajaknya.

Rara sumringah, "aku boleh ikut? "

"Iya " kai mengangguk.

"Tapi,,, " suara anneth pelan, dia memperhatikan wajah kai dan lalu ke arah rara sahabat sebangkunya di kelas.

Wajah kai berbeda ketika berbicara dengan rara, bola matanya terlihat melebar dan berkedip begitu lama.

"Ada apa? " kai berhenti dan berbalik ketika menyadari anneth tidak mengikuti langkahnya.

Anneth hanya terdiam wajahnya terlihat muram, dan kembali tidak bersemangat. Rara yang telah lebih dulu berjalan tidak memperhatikan anneth dan kai yang telah ditinggalkannya.

"Apa kamu yakin mau ikut? " tanya kai kembali.

"Iya, tapi aku tidak mau dengan rara! " jawab anneth dengan nada manja.

"Kenapa? "

Anneth terlihat menahan bibirnya untuk menjawab, dia hanya terdiam memainkan rambut panjangnya.

"Rara itukan temanmu " ucap kai, "tidak baik jika kalian bermusuhan, lebih baik berteman "

Anneth hanya terdiam, karena dia mengira kai hanya membantu dirinya saja untuk mengerjakan tugas sekolah tidak bersama orang lain.

"Kalau kamu tidak ikut aku pergi duluan saja! " kai berkata seperti sebuah peringatan terakhir pada anneth, dia memperlihatkan ketidaksukaannya pada sikap manja anneth.

"Iya aku ikut " anneth akhirnya menyerah, dia berjalan dengan hentakan kakinya yang penuh kekesalan dan mulutnya yang maju ke depan. Berjalan lebih dulu meninggalkan kai.

Tentu saja kai menyadari kemarahan anneth dari arah belakang, dia mengikutinya seraya menggelengkan kepalanya melihat kemarahan yang diperlihatkan anneth padanya.

Lalu tanpa disadarinya, dia tersenyum menanggapi sikap anneth seperti itu...