webnovel

Bayi laki-laki

Kai berada di ruangan depan khusus shaf laki-laki di surau yang hanya dibatasi oleh sebuah tirai terbentang dengan tinggi setengah badan orang dewasa untuk memisahkan antara laki-laki dan perempuan.

Nenek yang usai solat berjamaah mengaji bersama dengan sekumpulan ibu-ibu, tirai yang tertiup angin dari arah pintu surau membuatnya dapat melihat sosok kai yang sedang bercanda tawa dengan sahabatnya sambil menunggu giliran untuk mengaji.

"Semoga keberuntungan selalu ada pada hidupmu! " suara nenek dalam hatinya, sambil kembali melihat al quran yang baru di bukanya. Dia menjadi teringat beberapa waktu silam ketika membawa kai kecil pulang kerumahnya.

***

Sembilan tahun yang lalu, ketika suasana pasar masih sepi karena dari pengeras suara mesjid baru mengumandangkan adzan awal jika dilihat dari waktu itu sekitar pukul tiga subuh. Biasanya muadzin memberikan pengumuman untuk membangunkan warga agar tidak terlambat solat subuh dan melakukan solat tahajud terlebih dulu.

"Pak dengar suara bayi yang nangis tidak? " nenek menarik-narik baju kakek yang berjalan di depannya, karena suasana pasar masih gelap gulita mereka berjalan pelan-pelan menuju pasar untuk berdagang sayuran.

"Iya dengar, mungkin ada pedagang lain yang membawa bayi dan menangis! "

"Tapi suaranya seperti dari toko teshan pak! " nenek menunjuk ke arah samping kirinya, sebuah toko kelontongan milik ko teshan.

"Ayo lihat dulu kesana! " nenek menarik tangan kakek.

"Iya,,, " kakek akhirnya harus mengikuti kemauan istrinya yang ingin memastikan suara tangisan bayi.

Langkah kaki mereka tertatih-tatih karena suasana hari yang masih gelap.

"Pak nyalakan senternya! " nenek memukul kecil tangan kakek, dia baru teringat suaminya itu membawa sebuah senter kecil.

"Iya, bu. lupa! " kakek lalu menyalakan senter yang dipegangnya.

"Kesana pak! " dia lalu mengarahkan cahaya lampu ke arah toko teshan, terdapat sebuah kardus mie instan yang terbuka.

"Itu hanya kardus bekas, bu! " ucapnya, "ayo kita ke masjid dulu untuk solat,, "

"Pak! " teriaknya, lagi-lagi menarik baju suaminya.

"Ada kaki bayi di dalamnya tadi aku lihat! " ucapnya, "ayo lihat! "

Dia memaksa suaminya itu untuk ikut dengannya dan lebih mendekat ke arah kardus bekas yang dibiarkan tersimpan di depan toko.

Pasalnya dia tahu ko teshan itu orang yang sangat tertib dan bersih. Dia tidak pernah membiarkan sampah-sampah berserakan di depan tokonya, karena menurut keyakinannya sampah itu menghalangi rejeki tokonya.

"Pak ada bayi disini! " teriaknya, dia terduduk dan memastikan bahwa yang dilihatnya itu adalah bayi sungguhan bukan halusinasinya.

Dia harus meyakinkan kembali karena sudah belasan tahun tidak merawat seorang anak, satu-satunya anak kandung yang telah menikah dengan penduduk desa seberang tidak pernah lagi mengunjunginya.

"Ibu mau apa? " tanya suaminya, melihat nenek menggendong bayi yang pada awalnya tersimpan di dalam kardus berpindah ke pangkuannya.

"Kasihan pak, dingin " ucap nenek, "dia cuma memakai satu kain saja "

"Bu, orang tuanya niat sekali membuangnya " ucap kakek menunjukan sebuah dot dengan kaleng susu khusus bayi baru lahir.

"Mungkin orang tuanya sedang pergi sebentar bu " ucapnya, "tunggu sebentar lagi "

Tangisan bayi laki-laki lucu itu terhenti seketika mendapat kehangatan dari tubuh nenek yang mendekapnya, sesekali menggeliat karena ingin menyamankan diri kembali.

"Berhenti nangisnya pak " ucap nenek.

"Dia lucu sekali bu " satu jari kakek mengusap pipi bayi yang baru saja dia temukan.

Mereka terduduk di emperan kios teshan untuk waktu yang cukup lama, menunggu orang tua dari bayi laki-laki yang mereka temukan. Bayi tersebut telah terlelap di gendongannya dan seperti telah menemukan sebuah kenyamanan pada seorang ibu.

"Ini sudah adzan subuh pak " ucapnya melirik ke arah samping dan depannya, suasana pasar sudah mulai berdatangan penjual dan pembelinya.

"Ibu pulang saja dulu kerumah " sarannya, "nanti bapak akan lapor pada kepala pasar bahwa kita menemukan seorang bayi, siapa tahu orang tuanya mencari nanti "

"Kasihan bayinya kalau harus dibawa ke pasar, cuacanya dingin sekali! " sambungnya.

"Iya, pak. Ibu akan pulang saja kerumah " dia menerima saran dari suaminya itu, "ibu juga nanti lapor kepala rt bahwa kita menemukan bayi di pasar, supaya tidak disangka yang aneh-aneh oleh tetangga "

"Hati-hati, bu pulangnya "

"Baik, pak "

Sosok wanita paruh baya itupun membawa bayi lucu itu berjalan keluar dari area pasar, dia berjalan menyusuri gang kecil menuju ke rumahnya yang berjarak jauh dari jalan raya.

"Kamu tidur yang nyenyak ya,, " ucap nenek ketika sampai dirumahnya dan menidurkan bayi mungil itu di tempat tidur miliknya.

"Kalau orang tuamu memang membuangmu, itu artinya tuhan memberikanmu untuk kami " ucapnya memandangi tidur lelapnya dengan senyuman, "kalau orang tuamu tidak mencarimu maka kamu akan tinggal bersama nenek dan kakek! "

Dia terus memandangi wajah mungil yang tertidur pulas di hadapan, sosok kecil belum memiliki dosa itu tersenyum dalam tidurnya.

Suasana hangat di dalam kamar membuatnya begitu nyaman di balik selimut usang, nenek begitu gemas dengannya sampai tidak ingin beranjak sedikit pun dari sosok kai sewaktu bayi.

Setelah berhari-hari, berminggu-minggu bahkan melewati bulan, tidak ada sosok orang tua yang mencari seorang anak yang telah ditinggalkan di depan emperan toko teshan di area pasar.

"Kita masukkan saja raka ke daftar kartu keluarga kita bu " ucap kakek, "kasihan nanti dia akan kesulitan ketika masuk sekolah karena harus membuat akta kelahiran! "

"Ibu juga sudah sangat sayang dengan raka, jadi ibu akan sangat senang kalau keputusan bapak seperti itu "

"Nanti bapak akan bicara dengan kepala desa " ucapnya, dia membawa kai kecil dalam pangkuannya sambil mendengarkan cerita dongeng di radio.

Kai kecil sangat menyukainya, karena setiap kakek mengajaknya mendengar cerita itu kai hanya terdiam karena rasa herannya pada suara yang muncul dari benda mati tersebut.

Terkadang kai tertidur di pangkuan kakek ketika mendengar ceritanya, dia selalu tahu jadwal acara dongen di radio tersebut dan selalu meminta kakek memangkunya ketika cerita radio dimulai. Seperti itu kedekatan kai dengan kakek sampai ketika setahun yang lalu kakek sakit keras dan meninggalkan mereka untuk selamanya...

***

"Pak, seperti yang kamu katakan dulu " ucap nenek dalam hatinya, "bayi kecil yang sembilan tahun lalu kita temukan menjadi anak yang baik dan pintar! "

Nenek teringat sosok suaminya kembali ketika mengingat bagaimana dia menemukan kai dan menjadi bagian dalam hidupnya.

Dia merindukan kakek yang begitu menyayanginya dan kai, dan lalu dia membacakan sebuah surat yasin dan mendoakan dalam hatinya agar suaminya tersebut diberikan tempat terbaik di sisi tuhan dan dipertemukan kembali ketika nanti tuhan memberikan takdir padanya untuk meninggalkan kehidupan di bumi dan meninggalkan kai cucu satu-satunya yang sangat dia sayangi dan menjadi pelipur laranya setelah kepergian suaminya...