"Mamaaa ... mamaaa," teriak Fito ketika kakinya baru saja masuk beberapa langkah.
"Kalian sudah pulang?" tanya mertuaku kepada Azam.
"Iya, sudah magrib. Azam pamit langsung, ya, Mi. Mana ai July?" tanya Azam yang masih di dekat pagar, ia hanya mengantar Fito pulang saja.
"Lagi mandi, ya, sudah. Hati-hati," jawab mertuaku berbohong.
Beberapa menit kemudian, suara mesin mobil terdengar semakin menjauh. Fito masuk ke dalam rumah, langsung menghampiriku.
Hanya anak inilah yang membuatku kuat dan bertahan selama ini. Kalau bukan karena memikirkan Fito akan menjadi piatu, aku sudah lama pergi dari kehidupan ini.
"Mamaaa," jeritnya dengan riang.
"Jangan diem aja! Bergerak, ini sudah mau malam!" Bentakan Mas Bo'eng membuat Fito sedikit tersentak dan makin erat memelukku.
"Cepetan! Beresin ini barang-barang!" Mertuaku menambhakan kembali.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com